Sabtu, 24 Maret 2012

Keadaan Semula

13 Juli 2012

Pertemuan kedua-ku dengan Nisya adalah saat dia menemuiku di bandara sebelum aku kembali meninggalkan Indonesia. Kali itu, dia datang berdua, hanya dengan gadis kecil-nya. Tidak dengan Ryry. Jelas sekali lelaki itu telah berbesar hati memberiku kesempatan berbicara berdua denga Nisya. Oh, tidak berdua, namun bertiga. Suatu hari, mungkin gadis kecil itu akan mengingat pertemuan ini.

“Mengapa terlalu singkat kau berada di sini?”

“Singkat? Hampir tiga minggu aku di sini.” Jawabku.

“Tapi, dihitung dengan hari ini, kita hanya bertemu dua kali.” Wajahnya tampak kecewa.

“Dua kali pertemuan cukup memuaskan dahagaku akan keinginan bertemu denganmu, Nisya.”

Dia hanya terdiam. Sama denganku, mungkin begitu banyak hal yang mengganggu pikirannya.

“Kapan-kapan, ajaklah dia dan Ryry ke tempatku.” Aku menyentuh lengan gadis kecil dalam gendongannya. Anak itu menyambut jari telunjukku dan memperlihatkan beberapa giginya yang mulai tumbuh.

“Tentu saja.” Jawabnya, masih dengan muka gundah.

“Mungkin ada beberapa hal yang tak mungkin terselesaikan antara kau dan aku. Tapi . . . . ”

Nisya mendongakkan kepalanya ke arahku, menunggu kalimatku yang masih tergantung.

“Tapi . . . .?”

“Tapi, yang kulihat darimu setidaknya telah menjawab rasa penasaranku. Kau tampak bahagia. Lalu, apa lagi?”

“Kau telah memiliki apa yang semua orang inginkan Nisya. Teruslah berbahagia.” Lanjutku.

Dia tersenyum, walau tampak tak sepenuh hati. Aku tahu ada sisi di dalam dirinya yang ingin menahanku atau sekadar membantah kata-kataku tadi. Gadis kecil itu meletakkan kedua tangannya di pipi Nisya. Saat itu, aku yakin dia tak punya kuasa untuk menahanku. Setengah jam lagi, waktu keberangkatanku tiba. Aku menegakkan badanku dan menyelesaikan semuanya.

“Baiklah. Percaya bahwa aku akan kembali. Dan di saat itu, kita benar-benar telah menemukan kebahagian kita masing-masing.”

“Aku harap. Hati-hati, Da” Katanya singkat. Selalu begitu.

Aku mengacak rambutnya. Hal yang selalu aku lakukan sejak dulu. Lalu, aku mencium pipi gadis kecil itu. Senang sekali bisa mengenalnya. Pasti banyak hal menarik saat dia tumbuh. Nisya sempat membalas lambaian tanganku. Kuharap tak ada air mata lagi di sini.  Dan ada banyak hal dari dalam diriku yang akan selalu tertinggal di tempat ini.

15 Juli 2012

Setidaknya, itulah beberapa hal yang dapat kukenang dari kepulanganku kembali ke negara ini. Dua hari yang lalu.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar