Sabtu, 24 Maret 2012

Dia dan Sebuah Kebetulan

"Bagaimana di sana?" Tanya Argi.

"Kenaikan harga bahan bakar, dan . . . . Tidak ada yang berubah jauh."

"Lalu, apa kau akhirnya menemui Nisya?" Echi menambahkan.

"Aku pulang untuk itu, tentu saja iya."

"Then?"

"Semua sudah lebih baik. Ya, mungkin tidak semua, tapi paling tidak beberapa telah kuselesaikan."

Aku mendengar percakapan dari bawah, tepatnya di ruang tengah. Entah dengan siapa Echi dan Argi berbicara, tampaknya orang itu telah datang. Mungkin sebaiknya kutemui mereka, kebetulan aku butuh minuman dingin di hari sepanas ini. Di bawah, kulihat mereka duduk bersama, dan lelaki itu membelakangiku.

"Hai! Selamat pagi." Kataku.

Sambil terus berjalan ke arah lemari es aku menyapa mereka. Menyadari kedatanganku, pembicaraan mereka terhenti.

"Ah, Nadia. Kemarilah. Ini orang yang selama ini tinggal di dekat kamarmu." Kata Echi.

"Eda, dia Nadia. Adikku."

Masih sibuk dengan isi lemari es, aku sempatkan membalikkan badan dan siap menyapa. Dan, kemudian aku berhenti bergerak karena menyadari suatu hal.

"Hai. Aku mengenalmu, ternyata." Kata lelaki itu.

"Kau?"

Lalu, Echi dan Argi hanya memandangi kami bergantian dengan tatapan heran. Eda. Lelaki di bandara yang menemukan visa-ku. Yes, he is!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar