Kamis, 29 September 2011

Another Bomber Story

Minggu kemarin, tanggal 25 September 2011, sekitar pukul 10.55, terjadi lagi teror bom di Indonesia. Kali ini motifnya bom bunuh diri. Peristiwa itu terjadi di Gereja Betel Injil Supenuh (GBIS), Solo. Kejadian ini membuat satu orang, yaitu pelaku bom itu sendiri, meninggal di tempat kejadian, sedangkan belasan orang luka-luka.

Gue pertama kali tau berita ini ketika hari Minggu siang itu, sepulang dari lari pagi ke Gelora Bung Karno, Senayan, gue ngebaca status BBM temen gue, seorang Nasrani, yang menulis kata-kata seperti ini (kira-kira): "Semoga pelaku bom bunuh diri di GBIS masuk neraka Jahannam." Setelah gue buka twitter, memang di timeline sedang ramai-ramainya ngomongin kasus ini.

Jenazah pelaku dideskripsikan memakai kemeja putih dan rompi. Ia masuk ke gereja saat para jemaat sedang melakukan kebaktian rutin dan membaurkan diri dengan mereka. Korban sekaligus pelaku meninggal dengan bagian perut hancur. Mungkin bom tersebut, menurut asumsi gue, diletakkan di dekat perut.

Mendengar berita ini, dan tentu saja cacian dari banyak orang terhadap sang pelaku, baik dari warga Nasrani sendiri maupun tokoh agama lainnya, gue berharap, sungguh, pelaku bom tersebut bukan lagi-lagi warga Muslim yang sudah terlalu sering dianalogikan dengan istilah "terorisme". Tapi, akhirnya, kenyataannya sesuai ketakutan gue. Saat menonton berita di televisi, pada jam makan siang di kantor, gue mendengar dari si pembaca berita kalau si bomber bernama Ahmad bla bla bla. Nama yang sangat identik dengan Musim. Ternyata, nama asli si bomber bukan itu. Gue kurang tau banyak sih, tapi, lagi-lagi menurut asumsi gue, si bomber mendapatkan nama baru untuk menyembunyikan identitas asli atau setelah mengikuti doktrin tertentu. Si pembaca berita pun mengatakan bahwa alasan pelaku untuk mengerjakan "proyek" bunuh diri itu adalah JIHAD. Oh my Godness. Gue sebagai Muslim hanya bisa mikir....arghhhh... "Look what you have done Man! Lo udah buat agama lo dan saudara lo sesama Muslim nanggung beban!" Beban di sini, maksud gue, adalah tuduhan dari pihak tertentu yang mungkin langsung menyalahkan umat Muslim dan menganggap cap teroris adalah selalu untuk Muslim. Jihad? Jadi, ini cara jihad menurut sebagian orang? Merusak ketenangan hidup umat agama lain yang bahkan mungkin nggak pernah merusak ketenangan agama gue. Okelah, mungkin gue nggak ngerti apa itu tujuan mereka, apa yang ada di pikiran mereka (tentang kaum Nasrani dan jihad), dan gue nggak paham kenapa hal-hal seperti itu yang ada di otak mereka. Ya, jihad itu memang ladang amal. Tapi, bandingin dong dengan zaman Nabi dulu. Nggak semuanya bisa disamain begitu aja. Bahkan, Nabi Muhammad Saw. bersikap sangat lembut kepada orang yang meludahi mukanya dan bersikap sangat baik walau kepada non-Muslim. Beliau dan para sahabat, menurut gue, punya cara yang "pantas" dalam menerapkan perang atau kegiatan sejenis jihad. Nggak kayak pelaku bom akhir-akhir ini.

Entahlah, sekali lagi, gue bener-bener nggak begitu paham atas masalah bom, jihad, doktrin ini-itu atau apa pun yang berhubungan. Tulisan ini hanya gue buat sebagai pelampiasan rasa kecewa gue atas langkah yang diambil para bomber yang pada akhirnya membuat nama Muslim sendiri tercoreng. Padahal, Islam itu damai.

When the world can be healed??

Rabu, 07 September 2011

Mudik Part 5

Hari kedua lebaran, seperti biasa, gue dang temen-temen SMA selalu ngadain kegiatan "keliling" dari rumah-ke-rumah, ya rumah-rumah temen-temen gue juga maksudnya. Jadi, kami akan mendatangi salah satu rumah dari kami, berkumpul di sana sebagai start, lalu mulai mendatangi rumah-rumah dari kami lainnya hingga ada sebuah rumah yang menjadi tempat "finish". Di setiap rumah, kami selalu ada kegiatan yang sudah terjadwal tiap tahunnya. Misal, di rumah si "A" adalah tempat makan siang, dll. Hampir tiap tahunnya juga, kami berusaha menyempatkan diri berkunjung ke rumah salah satu guru favorit kami, guru les matematika kami saat SMA. Seperti lebaran kemarin, kami juga sempat mampir ke rumahnya. Ada dua hal yang sangat kami tunggu bila datang ke rumah ibu guru satu ini, yaitu empek-empek dan ramalan. Yak ramalan. Suami dari ibu guru ini terkenal bisa "membaca" sesuatu. Sejak SMA, kami suka meminta sedikit ramal-ramalan dari dia. Hanya sekedar buat senang-senang sih sebenarnya. Lucu aja ngedenger garis-garis nasib yang seolah lagi dibacain. Senang juga saat mendengar bahwa murid les ibu guru ini sudah bertambah jadi ratusan. Hmmm...


To Be Continued...

Selasa, 06 September 2011

Mudik Part 4

Akhirnya, Rabu 31 Agustus 2011 jadi juga yah lebaran. Seperti biasa, kalau harai raya begini gue pasti diajak bangun lebih awal untuk beberes dan siap-siap sholat ied. Segala makanan (ada yang sempet dibuat ulang karena lebaran diundur) udah rapih di atas meja makan. Hanya saja, gue dan keluarga memutuskan untuk pergi sholat ied dulu sebelum makan-makan :9 
Setiap tahun, sejak kecil, gue dan keluarga selalu sholat ied di lapangan bola dekat rumah gue. Lapangan Tangsi. Sholat di sebuah lapangan bola seperti itu ngebuat gue bisa lebih leluasa ngeliat "keadaan" yang ada. Orang-orang yang dateng tentu lebih banyak dan sering kali gue bisa ketemu temen-temen lama gue di sana. Pulang sholat ied, gue dan keluarga sempet muter-muter ke rumah beberapa tetangga untuk sedikit silaturahim, setelah itu makan-makam, dan pergi ziarah. Ziarah ke makam bokap-nyokap dan kakak "kecil" gue. Tepatnya sih, bukan cuma makam bokap-nyokap, tapi makam kakek-nenek dan bibi gue yang dimakamin dalam satu area (makam keluarga). Agak merasa bersalah juga sih cuma bisa nengokin makam bonyok pas lebaran gini :,) pulang ziarah, gue dan kakak-kakak berkunjung ke rumah paman (adek bokap) dan juga kakek gue yang lainnya. Di rumah paman, agak "kaget" juga karena udah lama gak ngumpul serame itu. Ada nenek gue, paman, bibi, akka ipar, keponakan, sampe sepupu. Baru inget, kalau di hari lebaran pertama itu, setelah dzuhur masih ada "pasukan" lain yang bakal dateng ke rumah gue dan itu bakal lebih rame dari pasukan di rumah paman gue ini. Bener aja ternyata, setelah dzuhur ada tiga mobil dan beberapa motor yang ngebawa rombongan keluarga besar uwak gue. For your info, uwak gue punya 7 anak yang semuanya udah merid dan sekarang cucu uwak gue itu mencapai 14 orang (kalau gak salah), jadi walaupun kemarin semua keluarganya gak dateng, tapi cukup untuk membuat rumah gue menjadi "TK dadakan". Ya, begitulah keadaan rumah tiap tahunnya. kalau kata kakak gue "gapapa, setahun sekali"...hahahaha. gue juga seneng-seneng aja rumah rame gitu, anak-anak kecilnya lucu-lucu, dan lagian gue dapet THR lumayan banyak dari kegiatan ini (walau pada akhirnya THR gue dipalakin kakak cowok gue).


To Be Continued...

Senin, 05 September 2011

Just in 171 Characters

One day, she missed somebody. Somebody who near in her mind like a blood under the skin. One day that could be everyday. Each day that she never know where is the end.

Mudik Part 3

Lebaran yang pada awalnya dijadwalkan jatuh pada hari selasa, tentu saja membuat suasana kampung udah siap menerima euforia lebaran, termasuk tutupnya pasar dan beberapa toko. Sialnya, kakak gue butuh beberapa bahan mentah tambahan gara-gara sayur ketupat yang dimasak sehari sebelumnya basi. Untungnya, kakak ipar gue berhasil nemuin bahan-bahan yang dibutuhkan. Singkat cerita, sore itu kami kembali ke dapur. Berharap semoga lebaran gak ditunda lagi. Malamnya, suasana menjelang lebaran benar-benar kerasa. Gue malah sempet mikir "ini malam takbiran atau tahun baru ya?" karena tumben-tumbennya banyak banget yang ngidupin kembang api dan petasan. Jadi, malam itu adalah pertemuan antara suara takbir + kembang api+ petasan + pawai keliling. Gue sempet jalan-jalan dengan kakak gue dengan motornya sambil ngeliatin ramenya warga kampung gue yang jalan-jalan malam itu. Dan... gue bakal kangen banget sama suasana itu. Mungkin baru setahun kemudian gue akan nemuin suasana yang sama. Suasana yang dipenuhi keantusiasan warga kampung gue dalam menyambut Idul Fitri :)


To Be Continued...

Mudik Part 2

Singkatnya, senin sore semua makanan untuk menyambut hari lebaran udah lengkpa dan siap. Bahkan, makan malam pun gue sekeluarga udah pake makanan lebaran. Tapi, malamnya ada kabar kalau kemungkinan besar lebaran diundur jadi hari rabu (31 Agustus). Whooott!!! Biasanya, setelah sholat magrib, mesjid-mesjid di deket rumah gue udah diramein sama suara orang takbiran, tapi karena kabar yang belum pasti itu, hanya sekitar satu atau dua mesjid yang mengadakan takbiran. Sambil nonton sidang ishbat di TV, gue dan keluarga masih harap-harap cemas, berharapnya sih lebaran tetap jadi selasa. Tapi, akhirnya, pemerintah memutuskan lebaran jatuh pada hari rabu. Ya sudahlah, walau ada beberapa yang merayakan lebaran pada hari selasa, ikutin aja kata hati, dan lebih baik ikut kata pemimpin (a.k.a ikut yang rame). Maka, malam itu gue dan kakak gue kembali membaca niat berpuasa. Bahkan, sahur pun pake makanan lebaran. Untungnya sup buah itu belum gue buat, kalau gak, bisa hancur (basi) hoho...


To Be Continued...

Mudik Part 1

Hari minggu tanggal 28 Agustus kemarin, gue akhirnya bisa pulang mudik ke kampung halaman gue bareng kakak gue. Karena tadinya lebaran dijadwalkan jatuh pada tanggal 30 Agustus (selasa), maka mudik pada H-2 lebaran merupakan waktu yang tepat menurut gue. Sesampai di Lampung, dan begitu tiba di rumah, gue langsung cabut ke rumah teman SMA gue untuk acara buka puasa bareng. Acara ini diadain tiap tahun dan biasanya gue yang pulang mudik paling akhir. Jadi, setiap gue sampe di rumah pasti langsung cabut ke rumah teman yang ngadain buka puasa bareng itu. Sepulang dari BukBer dengan dianter temen-temen lainnya, acara sampe rumah adalah membicarakan rencana beres-beres dan masak-memasak keesokan harinya. Ternyata, keluarga besar uwak (kakaknya nyokap) berencana datang pada hari lebaran pertama dengan membawa rombongan dalam 3 mobil. Besoknya, kakak gue mau gak mau harus masak ketupat tambahan karena jumlah ketupat di rumah yang dibuat hanya 20 biji. Kakak cowok gue pun (pada keesokan harinya) merelakan diri menjaga tungku ketupat sambil "bermain" dengan burung-burung peliharaannya, sedangkan kakak cewek dan kakak ipar gue bertugas masak di dapur, mulai dari sayur ketupat hingga rendang daging sapi. Gue? Gue bertugas bantuin mereka lah, ya lebih ke tugas potong-memotong bahan mentah. Juga bertugas buat makanan ringan untuk tamu: puding dan es buah.


To be continued...