Selasa, 19 Februari 2013

Railway

Walau sudah dibuat terbiasa oleh waktu, tapi bermacam rasa itu selalu hadir tatkala sudah saatnya. Masih dipisahkan oleh jarak dua rel kereta api saja, hanya berbeda arah namun dalam waktu yang berdekatan. Dan aku suka ketika harus berlari mengejar gerbongku, walau tahu kamu di sisi lain menunggu kereta yang berbeda, ketika kita harus mengalah pada 72 jam yang berlalu begitu cekatan. Aku suka berlari walau harus meninggalkanmu di sudut yang lain. Berlari membuat perasaan yang luruh dan tertuai di ujung pelupuk mata berupa air akhirnya ikut terbawa angin. Indah ketika manusia bisa menjadi kuat dan lemah di saat yang bersamaan. See you again, soon!

Sneezing

The day after you go, getting cold and lil' bit cough. You know, maybe I just need to steal a warmth from your fingertips.

Senin, 18 Februari 2013

Rabu, 13 Februari 2013

Eh, untuk Tukang Pos Keliling Aku

Halo, tukang pos keliling bernama Liony Mayestica a.k.a Liony


Aduh, kalau dipanggil Kakak bener nggak ya. Takutnya, malah lebih tua aku *minder. Tapi, berhubung belum saling kenal nggak apa-apa deh aku panggil Liony aja, ya? Lagipula, di linimasa juga mayoritas manggil ‘kakak’, biar nggak seragam gitu. Nanti kalau sudah saling kenal dan tahu umur, bisa diatur lagi lah :D


FINALLY…!!!


Selesai juga program #30HariMenulisSuratCinta 2013. Fiuh . . . Eh, besok sudah nggak ada surat-suratan lagi kan? Wah, antara tak terasa, tapi terasa. Tau-tau sudah satu bulan nulis banyak hal untuk di-posting di blog. Dari yang biasanya sebulan paling banyak mengisi 10 tulisan, sekarang 30 tulisan. Wohooo . . .


Berhubung sekarang temanya surat untuk tukang pos kesayangan, berarti saatnya berterima kasih ke tukang pos keliling yang setiap hari giat mem-favorite dan me-retweet surat-surat cinta di linimasa aku. Sampe-sampe jarinya shock kali tuh setiap hari ngurusin puluhan surat cinta. Taraaa… LIONY!!! Maaf ya, kalau jari-jarinya jadi keriting atau tombol gadgetnya sampe longsor. Yah, terima saja mandat dari Bosse, lagipula peminat proyek ini kayaknya naik dari tahun ke tahun. SELAMAT!!!


Lega tapi nggak juga karena proyek ini selesai. Lega karena bisa menulis surat tanpa sehari pun absen. Walau ada beberapa surat kaleng yang nggak terpilih atau beberapa surat yang nggak masuk blog Pos Cinta, tapi hal yang harusnya jadi terpenting adalah lepas dari writer’s block. Semacam kekuatan niat dan komitmen untuk terus berkarya walau hanya sedikit kata yang mungkin tidak memiliki banyak arti. Tentu saja semua karena tim Pos Cinta sudah bekerja keras dan menularkan semangat untuk kami semua. THANK YOU ALL!!!

Untuk Liony, tentu saja terima kasih karena sudah bersedia menjadi tukang pos kelilingnya Bosse, termasuk menjaga semangat para penulis dengan akun Twitter D-G tentunya. Semoga tahun-tahun berikutnya proyek menulis ini akan ada lagi dan Liony masih bisa  hadir membantu. Intinya jangan kapok, sih :D Semoga Liony juga terus semangat berkarya, apa pun itu. SEMANGAT!!!


Sudah . . . sudah . . . tampak surat ini sudah mulai emosional. Sampai jumpa di proyek menulis lainnya, Liony, atau pertemuan suatu hari. Salam untuk teman-teman tim Pos Cinta. Sekali lagi THANK YOU ALL, WE LOVE YOU, UYEAAAAHH!!!


Dari salah satu akun berinisial D-G.

Selasa, 12 Februari 2013

Untuk Bosse @PosCinta, Si Juragan

Hm, sekarang saatnya bertutur jujur siapa sosok yang ingin ditemui pada Gathering #30HariMenulisSuratCinta di Bandung, 17 Februari esok.

Walau belum tahu bisa datang atau tidak pada saat acara berlangsung (semoga bisa), namun bila ditanya siapa yang paling ingin dilihat adalah . . . Si Juragannya Tukang Pos alias Bosse. Semua peserta #30HariMenulisSuratCinta pasti penasaran dengan sosok Bosse. Bahkan mungkin tidak hanya saya yang mengirim surat cinta untuk Bosse.

Halo, Bos atau Bosse! By the way, kenapa harus ‘Bosse’? Kenapa tidak ‘Bos’ saja? Pasti alasan Bosse biar gaya, deh, atau jangan-jangan Bosse punya arti lain? Misterius seperti sosok asli Bosse sendiri. Tebakan saya sementara sih, Bosse ini adalah tukang pos #30HariMenulisSuratCinta yang bergantian shift. Sebenarnya lebih seru kalau Bosse adalah seseorang yang bukan para tukang pos. Seseorang yang memang bertugas memerintah dan mengatur para tukang pos, menggowes fixie, dan mengirim cinta pada semua penerima setiap harinya, juga sosok yang hobi lompat-lompat di atas tumpukan surat. Kira-kira Bosse bakal mengaku nggak suatu hari? Memang jadi nggak seru sih, tapi untuk mengobati penasaran. Jadi, bagaimana kalo Bosse menampakan diri di Gathering #30HariMenulisSuratCinta esok? *tak apalah bila nyatanya Bosse itu cewek *berubah pake jakun

Sekalian mau ngomong, terima kasih ya Bosse buat kesediaannya selama ini. Mulai dari mengadakan proyek tahunan seseru #30HariMenulisSuratCinta, mengoordinasi para tukang pos, mengirim surat cinta, hingga memberi hadiah tiap minggu. Ya, walau saya sendiri belum pernah menang hadiahnya. Tapi, setidaknya saya belum pernah absen dalam menulis surat hingga hari ini. Hebat kan, Bosse? Semoga, tahun depan dan tahun-tahun seterusnya Bosse terus bersedia mengadakan lagi proyek ini agar kami tidak malas untuk menulis. Sebelumnya, saya jarang mengisi blog. Namun, sejak ke klinik Tong Fang, eh sejak ikut #30HariMenulisSuratCinta syukurlah blognya penuh tulisan. *diem-diem kecup Bosse*

Jangan capek dan bosan ya, Bosse. Terlebih dalam menjawab pertanyaan dan mengantar surat cinta. Bunyi fixie Bosse selalu ditunggu. Kriiing! Kriing! *peluk Bosse *cubit Bosse *usel-usel jidat Bosse 

Senin, 11 Februari 2013

Minggu Pagi


Untuk seseorang yang berulang tahun dua hari dari saat surat ini ditulis, Argo Wibowo, My Sunday Morning.

Sudah hari ke-29 proyek #30HariMenulisSuratCinta. Sudah ada 28 tulisan yang gue sebar di blog, kebanyakan fiksi dan fantasi. Rasanya lebih suka buat fiksi daripada menceritakan realita *ngikik. Kecuali dua surat kaleng yang memang, gue akui, guelah pelakunya. Lo juga sudah mengira, kan *kitikin sampe salto. Nah, kali ini gue berusaha buat surat cinta asli, deh. Seharusnya sih pas ulang tahun lo lusa, tapi dua hari terakhir besok suratnya bertema, jadi hari ini aja ya nulisnya *:

Walau agak sedikit lebih cepat, gue mau ucapin ‘Happy birthday ya, Koko’. Akhirnya, kita bisa melewati pertambahan umur bareng-bareng lagi. Ini tahun kedua, ya? Setelah Desember kemarin gue yang berulang tahun, sekarang giliran lo yang bertambah tua. Iya iya, tetap lebih tua gue *puas lo.

Semoga lo sehat dan selalu bisa menjaga kesehatan. Inget tuh kemarin baru aja sakit sampe lima hari nggak kerja. Sekarang, kalau disuruh sarapan nurut ya? Jangan alasan melulu. Terus minum air putih minimal 8 gelas sehari kayak gue. Olahraga juga, tuh. Dulu, Koko suka futsal, tapi sekarang nggak pernah *cubit*. Semoga skripsi lo lancar dan cepat lulus. Semoga dapat berkah dan rezeki yang berlimpah dari kerjaan yang sekarang. Semoga makin pede dalam mengembangkan bakat, baik desain, foto, atau bakat menjadi bapak dari anak-anak kita nanti *ngakak *gombal coy! Terus, semoga Koko semakin ganteng, bisa gemuk, tapi tetap setia sama gue. Awas lo! (Untuk semua doa tadi: amin).

Oh iya, maaf ya Ko kalau kita masih memakai panggilan ‘lo-gue’. Dari dulu kita suka diprotes gara-gara hal ini. Katanya nggak romantis hehey! Tapi, nggak apa-apa ya selama nyaman. Maaf juga kalau suka galak sama Koko. Tapi, akhir-akhir ini kayaknya lo deh yang galak *grrr. Pas gue nulis surat ini, Koko baru aja telepon kalau sudah dapet tiket kereta buat ke Jakarta weekend besok. Semoga kita benar-benar dilancarkan-Nya buat ketemu ya. Semoga banyak rezeki biar bisa terus ketemu dan nongkrong-nongkrong di coffe shop. Amin. Kapan-kapan gue yang ke Semarang, deh. (LDR ya, Mas?)

Oke, sebagai penutup gue harap Koko juga berdoa yang banyak buat diri sendiri di hari pertambahan umur nanti. Sayangi diri lo, sayangi keluarga lo, sayangi gue. Jangan suka memendam kalau ada masalah dan tegur gue kalau salah. Selamat ulang tahun, Dear. Miss you.


By: Your Saturday Night

Note: Semoga surat ini masuk blog Pos Cinta ya *nyengir

Minggu, 10 Februari 2013

Engaged II

Aku tebak . . .
Pasti hari ini hatimu sangat berdebar-debar
Yah, aku pun begitu, hanya saja lebih tenang
Dasar, si tukang gelisah
Tenang, semua akan berjalan lancar kok
Ini hari kita, titik baru untuk memulai berdua

Sedari pagi ibu memberiku wejangan
Katanya katakan dengan tulus dan jujur
Bapak malah hanya duduk tenang
Berkata sambil menggit rokok
Katanya jadilah tampak jantan dan kuat
Maka, ayahmu akan merelakanmu

Sungguh tak sabar walau agak sedikit takut
Tak sabar untuk menjemputmu
Meminta izin untuk memilikimu
Mendampingiku dalam mengarungi sisa hidup
Tunggu aku malam nanti
Jangan lupa kenakan gaun pilihanku

Untuk: Lonia
Selamat berkemas diri, Cantik :)

Sabtu, 09 Februari 2013

Engaged

Dear David

Aku pergi ke Jakarta sore ini
Dipercepat satu hari karena permintaan Mama
Tampaknya semua persiapan sudah selesai
Besok pihak keluarga lelaki datang
Semua masih terasa seperti mimpi
Mulai dari pertemuan denganmu
Hingga terciptanya jalinan cinta yang dibatasi
Kini, sayangnya kau dan aku harus sama-sama mengalah
Walau kita sudah berkeras diri
Aku tak berharap terlalu jauh untuk kamu datang
Paling tidak maafkan aku, maafkan diri kita, dan maafkan cinta kita
Doakan semoga dia lelaki yang baik untukku

Olive - Yang masih mencintamu

Kamis, 07 Februari 2013

Daster Mama


Mama, sudah lama banget loh kita nggak saling sua. Dua belas tahun tepatnya. Mama terakhir melihatku saat aku masih duduk di kelas satu SMP. Coba tebak sudah berapa kali hari ulang tahun kulewatkan tanpa Mama. Padahal, tidak ada gantinya merasakan pelukan Mama di hari bahagia itu, bahkan di setiap pagi dan malam kala aku butuh kehangatan Mama. Lalu, beberapa bulan lagi giliran Mama yang bertambah umur, sayangnya kita pasti tetap tidak bisa bertemu.

Jangan ditanya bagaimana rindunya. Aku memang bukan anak cengeng. Bahkan, aku dengan mudahnya tegar ketika Mama pergi dulu. Tapi, tak jarang aku terbaring pilu kala sakit, ingin dirawat Mama. Tak jarang aku melamun kosong ketika melihat orang lain membanggakan mamanya. Apa perpisahan itu selalu menyedihkan ya, Ma?  Ternyata aku begitu menginginkan Mama. Tapi memang tak guna bila aku menyesali keadaan.

Maaf bila sudah menjadi anak nakal. Belum bisa membuat Mama bahagia dan bangga. Mama pergi ketika aku belum bisa membuktikan apa-apa. Ada dayaku demi meminta Mama ada. Keinginan kita berdua tak cukup kuat untuk itu. Miliran kata rindu pun tak akan berpengaruh. Sesekali aku melihat Mama dan pandangan yang selalu sama seperti dulu, menenangkan dan nomor satu. Ya, aku melihat Mama dalam mimpi-mimpi.

Tapi, tak ada yang dapat membuat tenang dan mengobati rindu selain untaian kata doa untukmu. Aku pun yakin Mama bahagia sekarang. Semua memang tidak dapat kita ubah atau pertahankan selalu. Semoga kita selalu saling mengenang. Aku ingat kepingan kenangan bersama Mama, seperti ketika Mama mengucir kuda rambutku sebelum aku pergi sekolah, ketika Mama membuat kepalan nasi berbentuk pesawat agar aku mau makan, hingga kenangan pahit ketika Leukimia merenggut kebersamaan kita untuk seterusnya. Berbahagialah di sana, Ma. Aku akan menemanimu dengan doa.


Dari: Anak tengah yang suka memakai baju dastermu.

Rabu, 06 Februari 2013

Almond dan Trigonometri


Pagi ini kamu tampak berantakan. Sebagian baju seragam belum dimasukkan dengan rapi. Rambut yang masih separuh basah sedikit menutupi kening. Bahkan, buku-buku pelajaran masih tergenggam di tanganmu, belum sempat dimasukkan ke dalam tas. Pasti kamu hampir telat lagi. Lima menit saja langkahmu diperlambat, maka gerbang sekolah akan ditutup. Pantas, aku lihat napasmu tersenggal dan wajahmu memerah. Mengapa kamu tetap menarik?

Sikapmu, seperti biasa, selalu ceriwis ketika ada pekerjaan rumah. Masih ada beberapa menit sebelum Pak Harjo, guru Matematika, datang dan meminta tugas. Kamu yang pintar, tapi pemalas, segera duduk di sampingku dan dengan menyebalkan menarik-menarik buku tugas yang sedang aku simpan. Berjanji akan membelikan semangkuk mie ayam atau sebatang cokelat almond kalau aku mau membagi jawaban. Mengapa aku selalu baik padamu?

Angka-angka Trigonometri terpampang di papan tulis. Istilah Sinus, Cosinus, dan Tangen memenuhi otak. Derajat-derajat angka menghasilkan nominal lain. Dengan suara lantang sang guru berkata-kata. Semua mata melihat ke depan, takluk. Aku tak perlu takut karena ini mata pelajaran kesukaanku. Tapi, mengapa justru pikiranku tertuju padamu?

Tiba waktu makan siang, aku bergegas berdiri namun kamu lebih dulu menahanku untuk pergi. Dengan raut manis dan tatapan tajam kamu memperlihatkan barisan rapi gigi-gigi di balik senyummu yang dengan kuatnya akan membuatku sulit terlelap malam nanti. Sepersekian detik kamu memegang tanganku, menyentuh kulitku, terasa sampai ke naluri hingga menyadarkan aku dari khayalan singkat. Wangi tubuhmu pada akhirnya membuat aku terjatuh lebih larut dalam daya pikir imajiner. Mengapa aku begitu tergoda?

“Boleh aku bicara?” Katamu. Tentu saja aku mengangguk, dengan cepatnya. Kembali terduduk di sampingmu dan sempat mematung kalut. Kalut karena bahagia dan merasakan debaran unik. Bibirku sedikit ragu memulai bicara karena terlalu banyak yang ingin dikatakan. Bicara saja. Aku sudah terlanjur takjub dengan adanya kamu. Aku tak akan pergi, bahkan berdiri. Aku pikir kita memang cocok. Berteman sejak lama dan saling bercerita. Hingga kamu buka kata-kata itu. Mengapa kamu ternyata mencintai sahabatku?


Note: Maafkan aku yang (mungkin) sudah merusak keadaan kita

Dear: Sahabatku, cinta pertamaku

Selasa, 05 Februari 2013

Untuk Tomoaki Araide

Dear: Tomoaki Araide

Bila teman-temanku menginginkan pasangan seorang dokter, aku tidak
Bila teman-temanku memuji-muji profesi dokter, aku biasa saja
Bukan tidak suka, tapi hanya berbeda selera
Namun, semua berbeda cerita ketika kenal kamu
Seorang tokoh bukan utama, namun menjadi penting
Kehadiranmu di beberapa cerita membuat terkesan

Mungkin yang lain lebih memilih Si Detektif SMA, Sinichi Kudo
Beberapa tergila dengan kehadiran pencuri ulung, Sang Kaito Kid
Ada juga yang jatuh hati pada sosok kecil Conan Edogawa
Tapi, aku memilih menulis surat cinta ini untuk seorang Araide
Dokter muda tampan, baik hati, berwawasan luas, juga perhatian
Dalam balutan seragam kebesaran yang tetap membuat wajahmu teduh

Ah, Araide. Seharusnya aku bisa menulis dengan Kanji atau Hiragana
Setidaknya membuatmu lebih terkesan den mengerti
Membaca di bawah naugan kelopak sakura yang bermekaran
Dengan pipimu yang kemerahan karena sinar hangat mentari sore
Dan kacamata yang membuatmu tampak semakin cerdas
Sungguh sosok yang lembut dan membekas di pikiran

Apakah Vermouth, pesuruh Organisasi Berbaju Hitam, melukaimu?
Dulu, wanita cantik itu pernah menyamar menjadi dirimu
Aku harap kamu kembali ke kehidupan normal dengan selamat
Tenang saja, Conan, FBI, Kogoro, dan kepolisian Beika selalu siaga
Kamu tentu tidak ingin ada pertempuran sengit
Tapi, yakinlah semua akan baik-baik saja, segera

Teringat jejak-jejak kakimu yang cepat di atas lantai kayu dan tatami
Ketika bersegera menolong seseorang yang kesusahan
Aku rasa kehadiranmu sangat dibutuhkan dalam setiap cerita
Semoga Ran, Sonoko, ataupun Kazuha tidak akan menaruh hati padamu
Semoga kamu selalu ceria dan bisa membantu yang sulit
Terima kasih atas adanya dirimu, Dokter

Dari: Penikmat sosokmu


Senin, 04 Februari 2013

Tennesse


To: Ryan McDusen

Halo, Dear. How R you? Bagaimana musim panas di Tennesse? Oh God, how could I miss you so much like this.  Kamu tahu kita sudah 6 bulan tidak bertemu. Sejak kepergianmu pulang ke tanah kelahiran. Tempat di mana sebuah band tumbuh, band yang akhirnya membuat kita bertemu pertama kali di Garuda Wisnu Kencana, Bali, satu tahun lalu. Lima manusia (ya, sebelum menjadi 3) yang bermain musik, menjadi kesukaan kita bersama. Paramore.

Sebenarnya mudah saja mengenangmu, seperti sekarang. Memutar lagu-lagu mereka ketika menulis surat ini, tergugu karena sesekali mengusap kenangan yang menggenang di pelupuk mata. Lalu, nada-nada itu terdengar lembut dan menyenangkan.

And when it rains on this side of town, it touches everything. Just say it again and mean it. We don’t miss a thing. You made yourseldf a bed. At the bottom of the blackest, and convinced yourself that it's not the reason you don't see the sun anymore . . .

Kamu tentu ingat betul liriknya. Yeah, its been so long time ago. We met for the first time in the rainy night. Butiran hujan turun memaksa kita berlari menuju venue lebih cepat. Ketika itu, maafkan aku tak sengaja menginjak kencang kakiku hingga kamu memasang muka marah. Tanpa diatur ternyata kita duduk bersebelahan di tribun. Pertemuan pertama berlanjut ke pertemuan berikutnya. Makin hangat dan dekat. Dari satu event ke event lain. Berpegangan tangan dari lagu ke lagu. Mengenakan tees dan handband kesukaan. Mengenang bisikanmu saat kebisingan mengelilingi: “I love you, My Lucy.”

Menyakitkan memang saat kita harus berpisah. Namun, kita tak benar-benar berpisah. Masih bisa bertemu kapan pun waktu berkehendak. Saat liburan musim semi nanti mungkin. Bukankah kamu bilang rindu suasana Indonesia? Merasakan cuaca yang katamu hangat, padahal menurutku panas. Sekiranya kamu akan segera datang, membawa ingatan dan menciptakan cerita. Jangan sedih karena kita sebenarnya selalu bersama dalam rasa memiliki.

This time I will be listening, sing us a song and we’ll sing it back to you. We could sing our own but what would it be without you . . . this heart, it beats, beats for only you . . .

Mungkin kata-kata itu agak berlebihan. Tapi, memang hanya nama Ryan McDusen . . . emm . . . maksudku, aku benar-benar ingin melihatmu Mr. Caucasian. Oh iya, kamu sudah mendengar lagu-lagu dari Novel American? New band of Josh Farro. I think it’s good. Kita selalu menyayangkan mengapa Duo Farro keluar dari Paramore. Tapi, aku pikir Hayley, Taylor, dan Jeremy akan bisa bertahan seperti dulu. Bukan soal kehilangan, tapi berusaha tetap kuat. Yeah, maybe like us. Seperti kata-kata Hayley di atas tees putihku “Keep Fighting with Love”. Tees yang berhasil ditandatangi melalui perjuangan keras kita. Walau kamu tidak mendapatkannya. Tapi, aku pikir di Tennese kamu memiliki akses lebih luas untuk bertemu mereka. Ah, kapan kita bisa menghabiskan waktu bersama berbicara mengenai lagu-lagu itu lagi.

Masih banyak yang ingin aku sampaikan. Mungkin kamu bisa menelponku saat sudah tidak sibuk atau sekadar mengirim e-mail singkat. Semoga semua ujian kuliahmu mendapat nilai terbaik. Sampaikan salam untuk bunga-bunga musim panas. I miss you much.

From: Lucy Erlita

Minggu, 03 Februari 2013

Kelahiran

Dari balik kaca jendela mobil Ayah

Aku baik-baik saja, Mas. Jangan terlalu khawatir. Aku benci melihat wajahmu yang dirundung gelisah dan kalut. Buktinya, aku masih bisa menulis surat untukmu. Selesaikanlah segala urusanmu, setelah itu segera datang.

Perjalanan yang cukup lama menuju rumah sakit. Akhir minggu di pinggiran kota ini membuat jalanan begitu padat. Ditambah cuaca yang mendadak gelap dan hujan rintik. Tapi tak mengapa, aku tetap sabar di kursi ini. Sesekali aku lihat sepasang manusia tetap tersenyum gambira di atas motornya walau badan mereka dibasahi hujan. Sang wanita membisiki sang lelaki, tampak manja dan penuh kasih. Aku sontak terenyuh dan ingat kamu. Sepasang lain berteduh di serambi-serambi toko sambil tetap bercengkrama. Ternyata, sebuah kebersamaan lebih menyembuhkan daripada apa pun.

Pembukaan dua. Anak pertama kita. Dalam keadaan seperti ini harusnya aku masih bisa bekerja dengan mesin jahit membuat baju-baju mungil untuk calon bidadari kita. Tapi, dokter berkata pembukaan berikutnya akan terjadi dengan sangat cepat dan mungkin berpengaruh pada fisikku. Oleh karena itu, ayah dan ibu sepakat membawaku ke rumah sakit.

Jangan takut. Walau sedikit tak tenang hatiku karena persalinan pertama ini. Kamu menikahiku. Aku memilihmu, berkata iya. Kamu seorang lelaki penuh tanggung jawab. Kala kita harus dipisahkan benua karena pekerjaanmu, kita tak gentar. Kita calon ayah dan ibu yang baik dan kuat. Selesaikan setiap hal yang kita jalani. Doamu saja aku rasa sudah cukup menghangatkanku. Ketika kamu tiba pasti bidadari kita sudah menyambut dengan garis indah dari bibir mungilnya. Aku menunggumu dengan kasih dan sabar, Mas.


Untuk: Suami terhebat, Mas Reno
Dari: Penyayangmu, Witya

Sabtu, 02 Februari 2013

Odet

Untuk Mina di tendanya


Tidak sungkan sebenarnya aku menulis surat ini. Hanya saja aku takut kamu tertawa. Seorang teman meremehkanku dan berkata "Buat apa menulis surat cinta untuk Mina. Saat suratmu sampai, dia mungkin sedang datang ke pesta-pesta tuan tanah kaya yang ia kenal. Kamu hanya pelatih singa sirkus. Amatir." Hanya beberapa detik aku gentar, tapi aku yang mengenalmu yakin kamu tak akan melewatkan suratku untuk sekadar dibaca.

Ya. Aku memang hanya seseorang yang berkutat dengan hewan buas untuk sirkus, sedangkan kamu adalah asisten kesayangan The Greatest, pesulap ternama kebanggaan sirkus kita. Penampil di kelas-kelas yang hanya dapat dibayar para saudagar, tuan tanah, atau orang kaya lainnya. Aku sering melihatmu keluar dari tenda setelah penampilan kalian. Kamu pun pasti pernah melihatku, di balik jeruji besi sambil memegang cambuk, tentunya. Mungkin kamu memang tidak tertarik sama sekali denganku, tapi izinkan aku jatuh hati padamu.

Hari ini aku beranikan menulis surat dan mengendap ke dalam tendamu untuk meletakannya di atas meja kostum milikmu. Malam ini sepertinya akan ada pertunjukkan spektakuler. Entah kapan aku bisa duduk di bangku penonton dan melihatmu tampil. Sepertinya masih butuh kerja keras hingga koin-koin hasil bekerjaku cukup untuk membeli tiket eksekutif itu.

Ya, semoga waktu itu tidak terlalu lama. Tapi sebelumnya, bolehkah aku dengan lancang mengajakmu sekadar duduk mengobrol di sebuah cafe kecil di depan kawasan sirkus? Nanti malam setelah kamu selesai unjuk diri. Aku tunggu di depan pintu masuk. Bila pun kamu tidak ingin, aku akan segera pulang tanpa kemarahan. Aku harap kamu bisa.


Tertanda

Odet, pengagum di balik seragam pelatih sirkus.