Rabu, 16 Mei 2012

Enam - Pagi untuk Kalian

Selamat ulang tahun pernikahan ke-14 tahun, Mama
Dari: Papa
Secarik kertas yang aku temukan saat aku terbangun dari tidur pagi ini. Kau letakkan di sebelah  kado kecil berisi anting-anting indah yang kuinginkan sejak lama. Kau selalu begini. Memberikan kejutan demi kejutan, bahkan saat bukan hari penting yang kita rayakan. Walau sudah kukatakan jangan, namun sulit melawan kerasnya kemauanmu. Aku beranjak keluar kamar untuk mencarimu, lagipula tumben kali ini kau yang bangun lebih dulu.
Di luar, kau tampak sedang bercengkrama dengan dua jagoan kita. Si sulung 13 tahun dan si bungsu 11 tahun. Kalian duduk membentuk setengah lingkaran di depan televisi. Membicarakan dengan seru apa yang kalian tonton. Sesekali si kakak tampak terbahak menggoda adiknya, dan sang adik memasang muka kesal, sedangkan kau tersenyum sumringah di tengah kedamaian itu. Aku tersadar dan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk kalian. Nasi goreng telor mata sapi dan susu cokelat. Menu sederhana namun sangat enak bila aku yang menyiapkan, begitu kata kalian.
“Selamat pagi, Ma.” Kata si sulung sambil mengecup pipiku saat menghampiri mereka.
Si bungsu berdiri dan seperti kebanyakan anak terakhir yang suka dimanja, dia memeluk pinggangku yang masih memakai celemek jingga. Aku menciumi kening mereka satu-persatu seolah untuk menggantikan kata: ‘Kalian harta yang sangat kujaga.’
Kau memandang ke arah kami dengan wajah teduh. Dengan isyarat tangan dan mata aku mengatakan bahwa aku sudah menerima hadiahmu pagi ini. Kau mengangguk bijak menambah rasa cintaku yang tak pernah sia-sia karena balasmu.
“Ayo, semua ke meja makan. Mama sudah siapkan sarapan kesukaan kalian.”
Kedua jagoan bersorak dan berlari menuju dapur. Aku menghampirimu dan merunduk agar dapat sejajar denganmu yang duduk.
“Terima kasih, Pa. Atas kesediaanmu menjadi suami dan bapak yang membahagiakan kami selama ini, juga atas cintamu itu.”
Kau membalasnya dengan sebuah senyum dan mulut yang bergerak-gerak entah mengatakan apa. Karena itulah kau menuliskan ucapan untukku pagi ini. Aku berdiri dan mendorong kursi rodamu. Kursi yang sudah kau tempati selama 2 tahun terakhir sejak kecelakaan mobil yang membuat kau lumpuh dan sulit berbicara. Aku selalu sayang kamu, Pa.

Tulus – Teman Hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar