Kamis, 02 Februari 2012

Bilakah?

Based on Wont Let Me Go by Mocca
In project of Tribute To Mocca by www.nulisbuku.com

Aku melihatmu berdiri di sudut itu, sejak setengah jam yang lalu. Sudut yang sama, seperti biasa. Sudut di mana kita selalu berjanji untuk bertemu dan berangkat ke tempat yang menjadi tempat kesukaan kita. Tempat yang sebenarnya biasa saja, tidak begitu menarik atau mahal, namun entah mengapa selalu jadi tempat kita untuk duduk bersama dan tertawa untuk hal yang sering kali tidak penting.
Di sudut itu, kau tampak kesal karena sudah menunggu kedatanganku yang terlambat dari waktu yang semestinya. Aku menghampirimu yang memasang muka kesal, namun tetap menarik, selalu, di mataku. Aku menggenggam dan menarik tanganmu sebelum kau sempat melontarkan kata-kata kesalmu. “Sorry, macet banget. Ayo buruan kita ke sana! Nanti, nggak kebagian tempat duduk.” Kau, tentu saja tidak sempat berkata apa-apa.
Kembali, di tempat itu. Di tempat yang selalu kita datangi hampir setiap minggu, terutama saat kita merayakan hari jadi kita. Tempat yang sekali lagi, sungguh tidak menarik atau mahal. Aku kembali memesan segelas besar hot chocolate, tidak espresso hangat seperti biasanya, namun kau, selalu sama, kembali meminta segelas besar ice capucinno tiramisu favoritmu. Oh boy, why did you never change your taste! So, how about your feeling to me? Apakah kamu masih meminum ice capucinno tiramisu itu di saat kita tidak bersama? Apakah semua akan berubah saat kita tidak lagi bersama kelak?
Di sini kita bersama, tertawa, namun tak jarang diam tanpa tahu apa yang harus dibahas. Namun, di sana, dalam detik-detik di mana kita hanya diam, aku masih merasakan semua tentangmu. Nyaman, lebih dari sekedar kenikmatan saat menyesap hot chocolate di gelas besar ini. Seketika kau mengajakku kembali tertawa, memandang ke dalam mataku, mengubah tiap mimik dalam wajahmu saat kau bercerita, menghembuskan wangi tubuhmu dalam setiap gerakmu, dan aku hanya bertugas menyerap semua yang terlihat dan terdengar dari sosokmu. Menikmatinya, semua keindahan dan harapan yang kau lontarkan. Harapan yang mungkin sama dengan yang aku miliki. Harapan di mana, minggu depan, bulan depan, dan bahkan tahun depan, kita masih bisa menikmati kebersamaan seperti ini. Aku menikmati semua yang kau lontarkan, selagi aku bisa.
Kau selalu memberikan semburat mimpi dan harapan yang terkadang bagiku tidak masuk di akal. Seorang lelaki, apakah harus selalu seperti itu? Lalu, aku seoarng perempuan, tidak ingin terlalu berharap akan semua pengucapanmu itu. Tahukah kau bahwa seseorang akan merasakan sakit saat ia justru memiliki espektasi. Aku, layaknya berada di dua sisi “keakuan” yang tidak dapat aku kendalikan. Di satu sisi, aku bahkan mungkin memiliki impian yang jauh lebih tinggi daripada milikmu, impian di mana aku melihat kita masih bersama hingga tangan Tuhan membawa kita ke alur hubungan yang lebih baik. Namun, di sisi lain, aku berpikir bagaimana suatu saat aku justru yang menyelesaikan segalanya? Bukan, bukan karena aku meragukan begitu besarnya segala yang telah kau berikan untukku hingga saat ini. Justru, aku mungkin tidak akan menemukan hal yang sama di sosok lelaki lain. Namun, apa pun bisa terjadi, dear! Sejauh ini, kita hanya berjalan beriringan dengan ringan layaknya tanpa arah. Aku menyukainya. Apa pun yang ku lalui bersamamu, aku menyukainya. Maaf bila aku masih merasa lemah. Aku hanya bersikap realistis, bahkan bila itu sulit.
Lalu, apa yang harus aku lakukan bila kudengar kau berkata, “Seandainya kita tetap bersama hingga nanti…” atau “Jika kita menikah nanti…” Oh, segala keindahan yang kau berikan dalam tingkah dan tutur katamu sudah kenikmati walau mungkin tidak akan pernah terpuaskan dahagaku akan semua itu. Tapi, tahukah kau bahwa semua itu dapat menjadi beban bagiku. Lalu, bilakah suatu saat semua berakhir, apa yang tersisa dari semua ini? Apakah kau akan melakukan yang terbaik setelahnya? Lalu, akankah aku kerindukan semua tentangmu? Apakah kau masih memesan es capucinno tiramisu-mu saat itu?  But, for now, trust me, i am in love with you, everyday! Terima kasih karena sudah bersedia aku miliki, untuk saat ini….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar