Minggu, 27 Januari 2013

Pantomim

Untuk laki-laki yang bergerak tanpa suara di Taman Seroja tiap minggu pagi.

Maaf karena diam-diam meletakkan surat kecil ini di genggaman tanganmu. Kamu bahkan tidak berkata apa-apa saat tadi aku melakukannya. Tentu saja kamu tak akan bicara. Kamu sudah mengenalku kan? Paling tidak hapal wajahku yang selalu duduk di bangku kayu panjang di seberang tempat kamu biasa berdiri. Wow! Hari ini cerah sekali. Sedari pagi aku sudah datang untuk menikmati sinar matahari yang meraja memantul-mantul di atas riak air mancur di tengah taman. Kamu, dengan setelan hitam-hitam dan make up putih, ternyata sudah tiba lebih dulu. Menghibur para pengunjung yang mungkin kadang justru tak acuh.

Surat ini kutulis sambil tetap memandang ke arahmu. Kamu yang terkadang berdiri mematung, namun kadang tanpa sungkan naik ke atas pinggiran kolam air mancur. Berlenggak-lenggok lucu dengan puluhan mimik berbeda. Sekumpulan merpati yang berkumpul mematuki butir jagung di sekeliling kakimu menjadi teman. Keringat yang membasahi pelipis tak menghalangimu untuk tetap ceria hingga beberapa dari mereka meletakkan koin-koin ke dalam topi hitammu itu.

Aku tak tahu apa kamu menyadari atau tidak bahwa mata ini telah menjadi pengagummu sejak lama. Toh kamu tidak akan pernah mengatakannya. Tentu bukan karena kamu buta atau bisu. Namun karena pekerjaanmu itu. Aku memang tidak pernah menangkap pendanganmu tertuju padaku. Tapi, aku harap kamu tidak menganggap surat ini terlalu biasa. Sejak ada kamu, keinginan untuk datang ke tempat ini semakin menjadi candu dan keharusan. Ingin sekali rasanya mengenal sosokmu ketika tengah melepas setelan dan topeng putih itu.

Anak-anak tadi, ya maksudku sekelompok anak yang mengerumunimu sambil terbahak-bahak. Kamu lihat wajah-wajah mereka? Semua tertawa bahagia karena tingkahmu. Keberadaanmu sudah memberi arti sendiri di tempat ini, juga di hatiku. Maaf bila terlalu cepat berkata-kata saat kita belum pernah saling mengenal. Paling tidak aku harap kamu selalu ada di sini. Selalu sehat dan bahagia agar dapat terus menghibur siapa pun. Aku juga tentu akan setia melihat penampilanmu, baik dari bangku kayu panjang di seberang tempat kamu biasa berdiri maupun dari titik-titik lain yang tidak akan kamu ketahui.


Salam hangat


Debia, di sudut matamu




Tidak ada komentar:

Posting Komentar