Baik, tapi tidak pernah sebaik saat denganmu.
Bahagia?
Selama aku “merasakanmu”.
Kapan pulang? Hahaha, aku bercanda. Bahkan, kau baru pergi dua bulan.
Atau kapan kau ke Middlesbrough?
Maaf, aku belum bisa.
Last message received at 11.17 P.M
BUZZ!!!
Ya?
Kau memikirkan sesuatu? Nadia?
Tidak. Mungkin sudah waktunya tidur. Besok aku harus bekerja.
Ok.
Nite, Eda. Have a nice dream.
You too. I miss U, Nad.
Tak ada jawaban. Entah dia sudah
tertidur, entah dia memang memikirkan sesuatu. Hal yang kutau, dia berbeda
malam ini. Entah dia lelah hari ini, entah dia mulai ragu. Sudah cukup lama
tanpanya. Dan belum ada satu hari pun kami lalui bersama sejak terakhir aku
melihatnya, saat dia pergi ke kota itu. Mungkin sebuah perbedaan yang terlalu
drastis baginya, bagiku juga tentu saja. Saat kami terbiasa bersama, namun
tiba-tiba harus berjauh-jauhan. Kami telah memilih, dan pilihan memiliki
risiko. Harusnya dia pun telah bersiap akan hal-hal, seperti kejenuhan,
kerinduan yang tak terpuaskan, atau keharusan memberiku kabar padahal dia
sedang tak ingin. Memang akan ada masa ini. Aku tahu dia tak berhenti
mencintaiku, namun pasti ada hal yang lebih harus diprioritaskan.
Kuingat. Sebuah janji pada
seseorang di masa lalu bahwa suatu hari kami akan bertemu kembali dengan
membawa kebahagiaan kami masing-masing. Aku memulai sisi hidupku yang lain dan
berharap bahagia itu akan datang. Namun kenyataan tak selalu datang sesuai dengan
harapan, atau tepatnya tak semudah berharap. Tak bisa
membiarkan kau terbebani, Nad. Aku akan mengambil langkah.
Kubuka e-mail dan membuka kotak untuk mengirimkan pesan baru. Semoga dia
di sana akan membaca pesan ini saat dia bangun tidur, tentu saja karena saat
ini sudah dini hari menjelang pagi di sana.
Selamat pagi, Nona Penulis. Bagaimana kabarmu? Ryry? Nisya kecil-ku?
Oh baiklah, aku sedang tidak ingin berbasa-basi. Maaf bila mengganggumu
dengan bebanku. Aku berharap kau segera membalas pesan ini. Apakah kau pikir
aku akan gagal (lagi)? Aku menginginkannya, dan butuh dirinya. Hanya saja, kata
cinta memang tidak pernah cukup, setidaknya untuk keadaan kami saat ini. Nisya,
bolehkah aku kembali? Ke Indonesia, dan mungkin menemuimu?
Warm regrads from London
Eda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar