Sudah dua hari aku berada di
negara ini. Menghabiskan waktu di tempat yang benar-benar baru. Beruntung seseorang
dapat membantuku, sehingga aku tidak tertahan di bandara hari itu. Aku menyibak
kain penutup kaca lebar-lebar dan menyaksikan keindahan pemandangan di luar
sana. Wangi kue pie yg dipanggang tercium samar dari ruang bawah, membuat perutku
lapar, dan sepertinya sekarang sudah masuk waktu brunch. Semalam, kakakku dan suaminya mengajakku bermain scrabble
hingga larut, lalu aku harus melewatkan sarapanku karena bangun terlalu siang. Sekarang,
saatnya memenuhi kebutuhan perutku dengan kudapan-kudapan yang menggiurkan itu.
Aku keluar kamar dan melewati
lorong menuju tangga untuk turun. Tak jauh dari kamarku, ada sebuah kamar yang
tak pernah kulihat penghuninya. Kakak mengatakan bahwa kamar itu milik teman
suaminya yang juga berasal dari Indonesia. Sekarang, pemilik kamar tersebut
sedang pulang ke Jakarta untuk waktu yang tak bisa ditentukan. Ada benarnya
perkataan bahwa “dunia ini sempit,” jauh-jauh aku datang ke negara dengan 4
musim ini, sudah berapa orang Indonesia yang kutemui, termasuk lelaki yang
menolongku di bandara saat aku datang kemari.
“Lihat, gadis ini baru bangun
saat hari menjelang siang.” Serang Echi saat aku turun.
“Hei, bukankah kalian yang
mengajakku bermain scrabble hingga larut malam.”
Mereka berdua tertawa.
“Rugi sekali bila kau tidak
menikmati suasana pagi di sini. Apa lagi, sebentar lagi musim semi berakhir.”
“Ya, kau harus melihat Hyde Park
saat musim semi. Taman itu sangat terkenal di sini.” Tambah Argi.
“Kalau begitu, besok aku akan
kesana. Kebetulan aku juga ingin pergi ke toko buku.” Jawabku.
“Sayang sekali besok kami tak bias
mengantarmu, Nad.”
“Sudahlah, aku bukan adik kecilmu
lagi, Chi.”
“Kupikir, bila dia sudah kembali dari
Jakarta, dia bisa menemani adikmu berkeliling.” Kata Argi pada kakakku.
“Maksud kalian, lelaki yang
kamarnya berhadapan dengan kamarku?” Tanyaku.
‘Ya, mungkin tak lama lagi dia
akan kembali ke negara ini. Sekarang, habiskan makananmu dan bersiaplah. Jadi
ikut kami kan?”
Dengan anggukan kepala aku
menuruti perintah kakakku. Lebih baik aku segera berbenah agar mereka tidak berpikir
untuk meninggalkanku siang ini. Kakak iparku harus ke kampusnya siang ini, dan
Echi mengajakku ikut serta kesana dengan menjanjikan sebuah restoran pasta
terenak di kota ini, kebetulan pula aku memang berniat mengunjungi perpustakaan
kampus untuk mencari beberapa referensi tentang dunia tulis-menulis. Beruntung aku
memiliki kesempatan mengunjungi negara ini untuk mencari ilmu dan kesempatan
melanjutkan pendidikan di sini. Ya, mungkin terlalu gegabah. Tapi, aku yakin,
karena setidaknya aku mencoba.
Aku siap menjemput nasibku.
Aku siap menjemput nasibku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar