“Lagu kita terus-menerus diputar
di sebuah stasiun radio swasta, hal ini membuat sebuah layanan provider
berminat memakai lagu kita sebagai jingel iklan mereka. Bagaimana?”
“Bahkan, mereka bersedia memberi
kita uang muka. Hari ini kita pergi bersenang-senang.”
“Aku tidak bisa ikut, maaf. Hari ini
aku ada rencana sendiri.” Jawabku.
Tampaknya semua temanku sedang
bersuka cita merayakan hal ini. Tentu saja mereka bahagia atas keberhasilan
ini, begitu pun aku. Aku berjalan menuju keyboard dan memainkan beberapa nada
di atas tutsnya. Teringat akan sesuatu yang penting, lantas jemariku memainkan
lagu khusus untuk hari istimewa ini. Hari ini, dia bertambah umur. Senang rasanya
bisa menjadi bagian penting dari hidupnya saat dia bertambah dewasa. Happy birthday…
Sepulang dari tempat ini, aku
akan menghampirinya. Memang semalam sudah ku katakan kalimat ucapan dan doa-doa
tulus, namun belum lengkap bila tak melihat wajahnya langsung di hari di mana
dia menjalani awal yang baru. Mungkin hanya mengucapkan ulang kalimat yang sama
dan mengecup pipinya akan menjadi hal yang paling menyenangkan hari ini.
Aku berjalan melangkah ke luar
studio dan meninggalkan teman-temanku. Waktu yang tepat untuk berkunjung,
pikirku. Saat ini, dia mungkin sedang menghabiskan jamuan sore harinya, dengan teh
hangat, panganan manis, dan buku-buku tebal. Langkah kakiku ringan dan teratur
karena terbawa perasaan rindu yang akan terpenuhi. Aku melewati jalanan
berwarna marun dengan banyak lampu yang
mulai dinyalakan, beberapa toko mulai menutup tirainya, dan coffeshop di sudut blok mulai terlihat
makin marak dan hangat. Beberapa detik kemudian, mataku tertuju pada sebuah
toko berukuran besar yang masih buka. Memang sepi, namun pemiliknya masih
memajang beberapa barangnya di etalase kaca yang tampak dari luar. Aku berbelok
melangkahkan kakiku memasuki pintunya. Pemilik toko menyapaku ramah dan
menanyakan kebutuhanku. Tak lama kemudian, aku pergi dengan mengantungi benda
kecil berwarna merah tua. Langkahku semakin ringan.
Sekitar 15 meter lagi menuju
halaman rumahnya yang rindang, aku justru semakin memperlambat langkah. Aku melihat
sosok yang ku kenal dengan pasti. Seseorang dengan sepedanya itu berhenti di
depan rumah dan menaiki tangga kayu. Selang beberapa lama, muncul sosok yang
ingin ku temui dari balik pintunya. Sosok yang ku rindukan dan ingin ku kecup pipinya
sore ini. Lalu, tampak sekali binar wajah bahagia dari si pemilik hari ini,
sedangkan sosok yang lain dan membelakangiku tampak mengucapkan sesuatu serta
membuka kedua tangannya lebar-lebar. Sontak dia menyambutnya. Seketika, Nisya
berada dalam rengkuhan sosok itu dengan raut yang sulit ditebak, namun
kebahagiaannya tak dapat disembunyikan lagi.
Aku berbalik
dengan berjuta rasa berkumpul dalam dadaku. Jelas aku cemburu, namun mengingat
aku sendiri yang kemarin meminta Eda menemui Nisya, seketika aku merasa bodoh.
Apa lagi ini hari ulang tahunnya, bukankah aku justru telah memberinya hadiah
terindah. Berjalan menjauh dari tempat itu, kemudian ku raih ponselku. Suara Nisya
terdengar di ujung sana.
“Halo. Hi, my birthday girl. Hmmm, maaf hari ini aku tak datang. Tapi,
bisakah ku ganti dengan esok?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar