Pertemuan kedua-ku dengan Nisya
adalah saat dia menemuiku di bandara sebelum aku kembali meninggalkan
Indonesia. Kali itu, dia datang berdua, hanya dengan gadis kecil-nya. Tidak
dengan Ryry. Jelas sekali lelaki itu telah berbesar hati memberiku kesempatan berbicara
berdua denga Nisya. Oh, tidak berdua, namun bertiga. Suatu hari, mungkin gadis
kecil itu akan mengingat pertemuan ini.
“Mengapa terlalu singkat kau
berada di sini?”
“Singkat? Hampir tiga minggu aku
di sini.” Jawabku.
“Tapi, dihitung dengan hari ini,
kita hanya bertemu dua kali.” Wajahnya tampak kecewa.
“Dua kali pertemuan cukup
memuaskan dahagaku akan keinginan bertemu denganmu, Nisya.”
Dia hanya terdiam. Sama denganku,
mungkin begitu banyak hal yang mengganggu pikirannya.
“Kapan-kapan, ajaklah dia dan
Ryry ke tempatku.” Aku menyentuh lengan gadis kecil dalam gendongannya. Anak
itu menyambut jari telunjukku dan memperlihatkan beberapa giginya yang mulai
tumbuh.
“Tentu saja.” Jawabnya, masih
dengan muka gundah.
“Mungkin ada beberapa hal yang
tak mungkin terselesaikan antara kau dan aku. Tapi . . . . ”
Nisya mendongakkan kepalanya ke
arahku, menunggu kalimatku yang masih tergantung.
“Tapi . . . .?”
“Tapi, yang kulihat darimu
setidaknya telah menjawab rasa penasaranku. Kau tampak bahagia. Lalu, apa lagi?”
“Kau telah memiliki apa yang
semua orang inginkan Nisya. Teruslah berbahagia.” Lanjutku.
Dia tersenyum, walau tampak tak
sepenuh hati. Aku tahu ada sisi di dalam dirinya yang ingin menahanku atau
sekadar membantah kata-kataku tadi. Gadis kecil itu meletakkan kedua tangannya
di pipi Nisya. Saat itu, aku yakin dia tak punya kuasa untuk menahanku.
Setengah jam lagi, waktu keberangkatanku tiba. Aku menegakkan badanku dan
menyelesaikan semuanya.
“Baiklah. Percaya bahwa aku akan
kembali. Dan di saat itu, kita benar-benar telah menemukan kebahagian kita
masing-masing.”
“Aku harap. Hati-hati, Da” Katanya
singkat. Selalu begitu.
Aku mengacak rambutnya. Hal yang
selalu aku lakukan sejak dulu. Lalu, aku mencium pipi gadis kecil itu. Senang
sekali bisa mengenalnya. Pasti banyak hal menarik saat dia tumbuh. Nisya sempat
membalas lambaian tanganku. Kuharap tak ada air mata lagi di sini. Dan ada banyak hal dari dalam diriku yang
akan selalu tertinggal di tempat ini.
15 Juli 2012
Setidaknya, itulah beberapa hal
yang dapat kukenang dari kepulanganku kembali ke negara ini. Dua hari yang
lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar