Kamu yang selalu ada di saat aku butuh, bahkan saat aku tidak meminta
Ini surat buatmu . . .
Hari ini aku kehilangan kesempatan untuk bersamanya
Aku, dengan gontai, memang harus pulang dengan kekalahan di pundakku
Layaknya sebuah kidung, kisah kami pasti akan ada akhir
Kamu tahu aku menyesal
Semua alasan yang aku telah ucap, tak berarti walau hanya sedikitnya saja
Lalu, malam ini kamu menemaniku seperti biasa, bahkan saat aku tidak meminta
Mengatakan ribuan kata yang mengalun, menghibur dengan caramu sendiri
Kata yang membuat aku terdoktrin untuk mendengar, walau kadang sedih, namun kadang tersenyum
Semua yang kamu perbuat menurutku adalah sebuah trik pikiran
Lantunan suara yang kamu bawa tak jarang membuatku terikat dalam rekam memori
Magis? Apakah itu kuasa yang kamu miliki?
Kuasa yang mampu mengangkat diriku ke permukaan atau justru tenggelam lebih dalam
Kamu berkata, "Kita akan menemukan cinta lain hari, coba bangun dan perbaiki diri."
"Menarilah ikuti langkahku, aku akan membimbingmu karena inilah hal yang tepat untuk kita"
Lalu, seperti diatur dari alam bawah sadar, maka aku akan lupa apa itu kesakitan
Hai, kamu yang selalu ada, bahkan saat aku tidak meminta
Hal yang selalu aku cari saat semua tidak sejalan dengan harapku
Akankah kamu selalu memenuhi rongga telingaku dan meramaikan rima hidupku?
Bisakah kamu tak peduli untuk selalu menemaniku dengan miliaran nada yang kamu suguhkan?
Sungguh, walau aku tak pernah mengatakannya, tapi tak dapat terbayangkan bila tanpamu
If there's music in the night, and it's really, really right, it's the only thing oh I need . . .
It intoxicates your mind, all your troubles left behind, so come on and take my lead . . .
It's not just me who feels it, music plays a mind trick . . .
Watch me forget about missing you . . .
Ya! Sepagi ini pun kamu sudah berpetuah
Kutipan-kutipan penguat untukku teracik sempurna dalam dirimu
Tentu saja, aku akan melupakan apa yang memang harus dilupakan
Dan saat itu, kamu akan melihat bahwa aku akan melewati semuanya
Terima kasih atas keberadaanmu, dear musik . . .
Rabu, 16 Januari 2013
Selasa, 15 Januari 2013
Selebtwit, Pujanggatwit: @zarryhendrik
Proyek #30HariMenulisSuratCinta oleh @poscinta, hari kedua.
Dear @zarryhendrik
Mendapat tema "menulis surat cinta untuk selebtwit yang menginspirasi" membuat aku, pemilik akun blog ini, sempat bingung menentukan siapa selebtwit yang akan aku pilih. Namamu, entah mengapa, aku pilih. Padahal, memilih nama Zarry Hendrik sama saja dengan berusaha menulis untuk yang lebih mampu menulis.
Aku memang mengenalmu karena tahu dari orang lain. Berawal dari melihat kutipan teman-temanku akan kata-katamu, aku kemudian membuka tulisan-tulisanmu yang ternyata memang ... wah ... piawai sekali kamu mengguratkan kata demi kata, menjadi kalimat manis dan pahit. Guratan yang menggambarkan isi pemilik hati, baik itu kamu sendiri atau siapa pun. Kata-kata yang dengan jalangnya berhasil memukau mereka yang hampir mati atau kemudian hidup lagi karena rasa ber-title kasih dan sayang. Hasil pemikiranmu tampaknya selalu memilik tempat sendiri di hati yang bertasbih pada-Nya karena anugerah bernama cinta. Memberi warna, baik hitam maupun merah.
Kembali lagi, menulis untukmu sama saja dengan mempersembahkan makanan seekor semut kepada seekor pejantan parkit yang pandai berkicau nyaring. Tapi, aku bisa berkata bahwa kamu memang sudah menginspirasi. Membuat aku sadar bahwa istilah cinta memang tidak akan pernah habis dibicarakan. Membuat aku yakin bahwa sejauh apa pun kita pergi menaiki mesin waktu, kelemahan sekaligus kekuatan akibat cinta itu tak pernah usang karena memang Tuhan menghendaki kita merasakannya sebagai media pendewasaan diri.
Terima kasih Zarry atas kata-katanya yang telah menguatkan sekaligus melemahkan tiap hati yang ada.
Rabu, 12 Desember 2012
A Document
The twelfth day of last month in this year.
November has gone, but it's still rain all over day after day.
This is my month, just 12 days to go until my 24th bday
Growing old, oh!
I still do a correction for some script, yeah as my old job
I still do love some items, some genre of movies and songs, and still play some old stories
The new but not surprised thing is that i was back to being addicted again with plant versus zombie game
But oh, i almost never do some writings in my blogs again, sadly.
Maybe i can fix some points to make it changes or grows better in the newly year
Sincerely
Me, not zombies in your lawn
=))
November has gone, but it's still rain all over day after day.
This is my month, just 12 days to go until my 24th bday
Growing old, oh!
I still do a correction for some script, yeah as my old job
I still do love some items, some genre of movies and songs, and still play some old stories
The new but not surprised thing is that i was back to being addicted again with plant versus zombie game
But oh, i almost never do some writings in my blogs again, sadly.
Maybe i can fix some points to make it changes or grows better in the newly year
Sincerely
Me, not zombies in your lawn
=))
Jumat, 30 November 2012
Bulan ke-18
Sudah terlambat sebenarnya. Tapi, begitu membuka blog ini dan melihat tulisan mengenai peringatan bulan ke-17, agak kurang rasanya bila tidak menulis;
Delapan belas bulan berarti satu setengah tahun ya (: Selamat menempuh bulan baru yang pastinya akan sama seperti hari-hari sebelumnya atau justru akan semakin berat. Kebetulan, tanggal 16 kemarin kita lagi bareng, jadinya memang tidak acara surat-menyurat seperti biasa. Ucapannya bisa dikatakan langsung dan hadiahnya adalah kebersamaan kita saat itu. Terima kasih untuk 18 bulan terakhir. Kira-kira 18 bulan lalu hubungan kita sedang seperti apa hayooo . . . :))
Oia, untuk apa yang didengar dari sekeliling semoga bisa dijadikan acuan dalam bertindak selanjutnya. Semoga tidak membuat kita justru menjauh karena menjadi bukan diri kita sendiri seperti sebelumnya. Berterimakasihlah atas itu (ngomong sama diri sendiri) . . .
Untuk semua yang telah memberatkanmu (termasuk antar jemput stasiun saat gue datang #justkiding hehehe.. maksudnya segala perilaku gue terhadap lo) maaf ya *:
Selamat dan love you *hug
Selamat bulan ke-18 (tanggal 16 November kemarin) . . .
Delapan belas bulan berarti satu setengah tahun ya (: Selamat menempuh bulan baru yang pastinya akan sama seperti hari-hari sebelumnya atau justru akan semakin berat. Kebetulan, tanggal 16 kemarin kita lagi bareng, jadinya memang tidak acara surat-menyurat seperti biasa. Ucapannya bisa dikatakan langsung dan hadiahnya adalah kebersamaan kita saat itu. Terima kasih untuk 18 bulan terakhir. Kira-kira 18 bulan lalu hubungan kita sedang seperti apa hayooo . . . :))
Oia, untuk apa yang didengar dari sekeliling semoga bisa dijadikan acuan dalam bertindak selanjutnya. Semoga tidak membuat kita justru menjauh karena menjadi bukan diri kita sendiri seperti sebelumnya. Berterimakasihlah atas itu (ngomong sama diri sendiri) . . .
Untuk semua yang telah memberatkanmu (termasuk antar jemput stasiun saat gue datang #justkiding hehehe.. maksudnya segala perilaku gue terhadap lo) maaf ya *:
Selamat dan love you *hug
Senin, 12 November 2012
Pendidik dan Kekerasan
Bila mendengar kata "pahlawan" kebanyakan dari
kita akan berpikir tentang orang-orang yang berjuang di medan perang untuk
memperjuangkan hak bersama atau mempertahankan integritas bangsa. Pahlawan
memang identik dengan usaha mewujudkan kemerdekaan atas penindasan apa pun itu,
baik penjajahan, pembodohan, atau pembatasan hak mutlak individu. Kini, tentu
makna pahlawan telah mengalami perluasan seiring dengan perkembangan zaman.
Kita yang sudah dihadiahi kemerdekaan oleh para pendahulu tentu saja tinggal
menikmati hasilnya. Negara merdeka, pengakuan dunia, dan bahkan kerja sama
menguntungkan dengan negara-negara yang pernah menjajah sebelumnya. Namun,
bukan berarti istilah pahlawan hanya dapat disandang oleh orang-orang yang
berperang pada masa dulu. Justru sekarang, kita dapat melebarkan maknanya,
bahkan menjadi pahlawan itu sendiri tanpa harus berperang melawan kebatilan.
Dulu, para pemuda harus memanjat hotel Yamato, Surabaya, untuk merobek bagian biru pada bendera Belanda agar menjadi sang saka merah putih mahakarya Ibu Fatmawati. Dulu, harus ada W. S. Mallaby yang terbunuh hingga menjadi pencetus pertempuran pribumi dan pihak penjajah. Dulu, harus ada Soekarno-Hatta yang disembunyikan di Rengasdengklok demi untuk mewujudkan hari proklamasi. Dulu, harus ada 3,5 abad di bawah tindihan otoritas warga Belanda. Kita semua sekarang patut bersyukur tidak lagi hidup di masa itu. Namun, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, saat ini semua orang dapat menjadi pahlawan. Manusia tidak harus seperti tokoh Hiro Nakamura yang dapat menembus ruang dan waktu atau menjadi Peter Petrelli yang memiliki keabadian dalam serial Heroes. Serial yang menceritakan tentang orang-orang yang memiliki kekuatan tak biasa yang ditujukan untuk melindungi dunia dan masa depan. Tentu saja karena hal tersebut fiktif belaka dan karena definisi pahlawan di dunia modern sekarang ini justru lebih sederhana.
Dari sekian banyak definisi pahlawan, salah satu yang pernah saya dengar adalah bahwa pahlawan merupakan orang yang berani melakukan sesuatu hal di saat yang lain tidak ingin. Tentu saja kita bisa menyetujui pendapat ini atau mencetuskan opini lain. Kita pun tentu memiliki pahlawan masing-masing. Mungkin itu ibu, guru, atau siapa pun. Lalu, apa makna bahwa "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa"?
Tanda jasa. Sebuah benda atau keabsahan yang diberikan badan tertentu kepada orang yang berpengaruh. Guru? Mereka adalah orang-orang yang menghabiskan hampir seluruh masa hidupnya untuk belajar agar dapat mengajar. Menyumbangkan ilmu dan berbagi pengalaman. Mereka rela menempuh pendidikan untuk akhirnya mendidik. Belajar mengajar bagi mereka adalah semangat sekaligus hasrat hidup. Bahkan, seseorang pernah berkata pada saya bahwa terdapat dua profesi yang akan sangat dihormati walau oleh orang yang memiliki jabatan di atas kita. Dua profesi itu adalah dokter dan guru. Tidak heran tentunya. Siapa yang tidak membutuhkan seorang guru sejak ia kecil bahkan sampai dewasa. Long life education. Walau pendidikan tidak hanya secara formal, namun tidak dipungkiri bahwa pendidikan formal dengan peran guru di dalamnya seolah menjadi kebutuhan pokok setiap manusia. Ilmu yang diberikan guru dapat menjadi bekal hidup bagi kita. Membuat kita siap terjun ke masyarakat. Membuka mata akan hal yang sebelumnya buram, bahkan hitam. Mengantarkan kita ke pintu gerbang dunia yang lebih luas. Bahkan sejak kita diajar hal terkecil, yaitu membaca dan menghitung. Sejak saat itu pintu dunia seolah terbuka lebih lebar bagi kita.
Keberadaan guru sebagai seorang pahlawan kadang masih diragukan oleh sebagian orang. Mengapa? Karena totalitas guru sekarang dan terdahulu sudah berbeda. Dulu, tidak perlu sesulit saat ini bila hendak menjadi seorang guru. Setiap orang yang memiliki kemampuan dan kemauan dapat terjun menjadi pendidik. Terlebih lagi saat Indonesia masih dalam masa penjajahan dan saat baru saja merdeka. Sulit untuk mencari sumber daya manusia yang benar-benar mau menyumbangkan kemampuannya sebagai guru. Sekarang, harus ada beberapa kriteria tertentu yang dipenuhi seseorang agar dia dapat menjadi guru.
Dulu, para pemuda harus memanjat hotel Yamato, Surabaya, untuk merobek bagian biru pada bendera Belanda agar menjadi sang saka merah putih mahakarya Ibu Fatmawati. Dulu, harus ada W. S. Mallaby yang terbunuh hingga menjadi pencetus pertempuran pribumi dan pihak penjajah. Dulu, harus ada Soekarno-Hatta yang disembunyikan di Rengasdengklok demi untuk mewujudkan hari proklamasi. Dulu, harus ada 3,5 abad di bawah tindihan otoritas warga Belanda. Kita semua sekarang patut bersyukur tidak lagi hidup di masa itu. Namun, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, saat ini semua orang dapat menjadi pahlawan. Manusia tidak harus seperti tokoh Hiro Nakamura yang dapat menembus ruang dan waktu atau menjadi Peter Petrelli yang memiliki keabadian dalam serial Heroes. Serial yang menceritakan tentang orang-orang yang memiliki kekuatan tak biasa yang ditujukan untuk melindungi dunia dan masa depan. Tentu saja karena hal tersebut fiktif belaka dan karena definisi pahlawan di dunia modern sekarang ini justru lebih sederhana.
Dari sekian banyak definisi pahlawan, salah satu yang pernah saya dengar adalah bahwa pahlawan merupakan orang yang berani melakukan sesuatu hal di saat yang lain tidak ingin. Tentu saja kita bisa menyetujui pendapat ini atau mencetuskan opini lain. Kita pun tentu memiliki pahlawan masing-masing. Mungkin itu ibu, guru, atau siapa pun. Lalu, apa makna bahwa "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa"?
Tanda jasa. Sebuah benda atau keabsahan yang diberikan badan tertentu kepada orang yang berpengaruh. Guru? Mereka adalah orang-orang yang menghabiskan hampir seluruh masa hidupnya untuk belajar agar dapat mengajar. Menyumbangkan ilmu dan berbagi pengalaman. Mereka rela menempuh pendidikan untuk akhirnya mendidik. Belajar mengajar bagi mereka adalah semangat sekaligus hasrat hidup. Bahkan, seseorang pernah berkata pada saya bahwa terdapat dua profesi yang akan sangat dihormati walau oleh orang yang memiliki jabatan di atas kita. Dua profesi itu adalah dokter dan guru. Tidak heran tentunya. Siapa yang tidak membutuhkan seorang guru sejak ia kecil bahkan sampai dewasa. Long life education. Walau pendidikan tidak hanya secara formal, namun tidak dipungkiri bahwa pendidikan formal dengan peran guru di dalamnya seolah menjadi kebutuhan pokok setiap manusia. Ilmu yang diberikan guru dapat menjadi bekal hidup bagi kita. Membuat kita siap terjun ke masyarakat. Membuka mata akan hal yang sebelumnya buram, bahkan hitam. Mengantarkan kita ke pintu gerbang dunia yang lebih luas. Bahkan sejak kita diajar hal terkecil, yaitu membaca dan menghitung. Sejak saat itu pintu dunia seolah terbuka lebih lebar bagi kita.
Keberadaan guru sebagai seorang pahlawan kadang masih diragukan oleh sebagian orang. Mengapa? Karena totalitas guru sekarang dan terdahulu sudah berbeda. Dulu, tidak perlu sesulit saat ini bila hendak menjadi seorang guru. Setiap orang yang memiliki kemampuan dan kemauan dapat terjun menjadi pendidik. Terlebih lagi saat Indonesia masih dalam masa penjajahan dan saat baru saja merdeka. Sulit untuk mencari sumber daya manusia yang benar-benar mau menyumbangkan kemampuannya sebagai guru. Sekarang, harus ada beberapa kriteria tertentu yang dipenuhi seseorang agar dia dapat menjadi guru.
Dalam dunia perkuliahan salah satunya. Seorang calon guru
harus menuntut ilmu di universitas dengan jurusan kependidikan, sehingga saat
dia lulus dia akan mendapat sertifikat tertentu yang disebut Akta IV sebagai
modal untuk mengajar. Kabar terakhir yang saya dengar adalah bahwa sekarang
seorang lulusan pendidikan yang mendapat Akta IV pun harus kembali menempuh
pendidikan selama kurang lebih satu tahun untuk mendapat ilmu pengajaran. Bila
dibandingkan dengan masa sebelumnya, bukankah proses menjadi guru sekarang
lebih sulit? Mungkin program ini bertujuan membentuk tenaga yang benar-benar
berkualitas. Namun sayangnya hal ini membatasi orang-orang yang memiliki
kemauan dan kemampuan tapi tidak memiliki latar belakang yang cocok atau tidak
mampu menjalani proses yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pendidik.
Sulitnya perjalanan untuk menjadi seorang pendidik hendaknya
dapat diimbangi dengan kualitas yang baik mengenai pribadi pendidik. Namun, apa
yang akan kita katakan mengenai masih adanya tindak kekerasan yang dilakukan
guru terhadap muridnya di berbagi institusi? Padahal, dalam perkuliahan
pendidikan guru biasanya mendapat mata kuliah yang berkaitan dengan psikologi
anak didik. Bukankah seharusnya mereka memahami tata cara memperlakukan
pembelajar dengan ilmu mereka? Paling tidak, mereka bisa memposisikan diri
mereka sebagai orang tua murid yang menerima perlakuan kasar.
Dalam hal ini, memang tidak ada pemecahan yang mudah. Tidak bisa
dilakukan pengawasan terus-menerus terhadap tindak tanduk guru. Terkadang,
masalah ini baru diketahui saat sebuah kasus kekerasan sudah terjadi. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah
sosialisasi demi sosialisasi dari berbagai pihak dalam tiap kesempatan akan
pentingnya penerapan disiplin tanpa kekerasan. Sosialisasi ini dapat datang dari
guru lain atau kepala sekolah saat dilakukan pertemuan, seperti upacara dan
rapat guru. Selain itu, pemerintah melalui menteri pendidikan juga perlu
membuat suatu langkah pemecahan mengingat tindak kekerasan masih banyak
terjadi. Tindakan lain yang dapat dilakukan masyarakat adalah saling
mengingatkan agar selalu mengawasi anak-anak mereka apabila mendapat tindakan
tidak menyenangkan dari guru mereka agar mau segera melaporkan kepada keluarga.
Kita juga dapat menulis artikel bahkan buku mengenai masalah ini agar dapat
membantu membuka mata masyarakat, siapa pun itu, agar dapat mewujudkan
pendidikan yang bersih dari kekerasan.
Intinya, semua bagian masyarakat ternyata dapat membantu
menciptakan kondisi dan iklim pendidikan yang aman dan nyaman. Membantu mewujudkan
peran pendidik yang juga bersih dari tindakan sewenang-wenang terhadap anak
didiknya. Bukankah anak didik adalah calon pendidik bagi generasi berikutnya,
baik dalam keluarga atau masyarakat. Contoh yang diberikan tak pelik akan
mereka praktikan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu ada baiknya kita,
khususnya para pendidik, memberikan contoh yang baik dalam proses pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan karena sekali lagi guru adalah pahlawan (yang memang)
tanpa tanda jasa. Jasa mereka adalah kekal. Pemberian mereka adalah bekal. Ilmu
mereka adalah penyelamat bagi mereka sendiri. Berharga di dunia dan tabungan di
akhirat. Oleh karena itu, gelar sebagai pahlawan tak patut dikotori oleh
penilai buruk karena tindakan mereka yang tak patut terhadap anak didiknya. Semoga
akan masih banyak orang-orang yang menjadikan belajar dan mengajar sebagai
tujuan hidup mereka. Semoga masih ada pula orang-orang yang mampu membayar
kebaikan para guru dengan cara masing-masing. Terima kasih guruku, selamat hari
pahlawan.
Langganan:
Postingan (Atom)