Senin, 01 Juli 2013

Have My Time Done Succesfully

Akhir minggu kemarin terasa sangat wah! Bukan karena menghabiskan banyak materi, lebih karena menghabiskan banyak waktu dan tempat, dengan Argo. Setelah Kamis menikmati sisi kekanakan dengan menonton Monster University, masih ada destinasi yang ternyata bisa didatangi dalam waktu sehari sekaligus.

Sabtu menjelang siang, coba kembali ke tempat yang dulu jadi tempat (kalau kata anak gaul) first date (and at the first meet); La Piazza Kelapa Gading. Walau sekarang harus menempuh perjalanan cukup jauh dari Lenteng Agung (karena dulu masih tinggal di Rawamangun yang notabene lebih dekat dengan Kelapa Gading), tapi tidak rugi tetap ke sana, sekadar makan siang dan mampir ke toko buku, lalu ditutup dengan "ngopi-ngopi" di sebuah coffee shop. Perjalanan dilanjutkan ke daerah Matraman menggunakan salah satu transportasi favorit Argo, Trans Jakarta. Di sana, tujuan utama adalah datang ke salah satu toko buku lain. Dengan nama toko yang sama, hanya saja lebih lengkap dan besar. Di sana, terbelilah antologi sebagai koleksi baru. Terbukti, atmosfir toko buku itu selalu menyenangkan, entah kenapa. Keluar dari toko buku, kembali menggunakan Trans Jakarta menuju arena Jiexpo, yes, apa lagi kalau bukan ke Pekan Raya Jakarta.  Menghabiskan sisa tenaga dan waktu dengan melihat aksi super menghibur dari Endah N Rhesa dan Maliq & D'Essentials. Penutupan malam yang nyaris sempurna.

Hari minggu, walau agak kesiangan, terwujudlah keinginan untuk datang ke Taman Suropati. Dulu, saat tinggal di Rawamangun kerap melewati tempat ini, namun baru kemarin bisa datang ke sana. Menggunakan kereta api listrik yang dilanjutkan dengan bajaj, hinggaplah di taman yang memang (ternyata) menyenangkan ini. Di dalamnya, ada sekumpulan orang sedang berlatih biola dan mengukir kayu. Ada juga kawanan burung dara yang sengaja dipelihara di sana. Keluar dari arena taman, berjalan menuju daerah HI melewati susunan rumah-rumah megah milik para pejabat dan kadubes. Daerah Imam Bonjol memang dikenal sebagai rute dengan gugusan rumah-rumah petinggi. Dari shelter HI, Trans Jakarta kembali menjadi pilihan; menuju  daerah Kota Tua. Argo ternyata penyuka situs sejarah, sehingga di sana tempat yang menjadi tujuan utama adalah museum. Hari itu, kawasana Kota Tua sangat ramai dikunjungi warga. Menjelang sore, kereta api kembali menjadi pilihan sebagai kendaraan pulang. This is i called "have my time done succesfully."

Rabu, 15 Mei 2013

For May 16 2013

If I could, i will back to the time when we first meet, when we felt so head over heels, and the time when i tried to slow my heartbeat down so you wouldn't see my cheeks blushing and hear my slip-of-the-tounge. Crazy to realize that we have been through 2 years as 'not-just-a-friend'.


Dear the lovey dovey . . .
I have a short story for you

Suatu hari, kelinci kecil bertelinga pendek mengintip dari jeruji kayu tempat ia dipelihara. Di ujung matanya, terlihat seekor rubah perak berdiri merasakan hangat matahari. Rubah itu mengerjap-ngerjap kesilauan, namun tersenyum dan bertahan di tempatnya. Kelinci kecil mencari celah agar dapat menyusupkan badan. Andai seekor kucing atau anjing pasti dapat dengan mudah menggali tanah dengan cakarnya, begitu pikir si kelinci. Namun, ia memaksa hingga akhirnya badannya tersangkut dan nyaris tak bisa keluar. Sang rubah menghampiri dan menyentuh hidung si kelinci dengan hidungnya. Seketika si kelinci merasa takjub dan segera menghentak-hentakkan kaki kecilnya ke tanah agar badannya bisa lepas. Tak lama, ia berhasil dan dengan terpesona, berdiri, di depan si rubah perak. Matahari berbagi sinar hangat untuk kedua makhluk itu.

Hahaha . . . This is a random writing. But, all i can conclude is . . . love is all you need and all you need is love. Whoever you are.

Oke, lo benci kalau gue kebanyakan nulis pake bahasa Inggris. Tapi, salah satu inti dari tulisan di atas adalah; mungkin kita sama-sama merindukan masa-masa pertama dulu. Ketika rasanya masih serba baru, serba indah, dan terlalu sentimentil. Sebut itu 'kasmaran'. Namun, jangan tanya setelah hitungan bulan sudah mencapai hampir angka 24. Tidak ada 'serba', namun 'beragam'. Sudah ada berapa pertemuan? Berapa perdebatan? Berapa tawa dan tangis? Berapa film yang ditonton bareng? Berapa gelas kopi dinikmati saat bersama? Berapa putaran kota dihabiskan? Berapa 'ngambek' yang dihadapi? Berapa lain-lain yang menunjukkan kita ada? THANK YOU VERY MUCH.

Hahaha... Maaf kalau masih susah menjadikan apa yang lo suka menjadi yang gue suka. Kita suka berdebat soal selera. Mulai dari Totenham Hotspurs sampai finalis X-Factor bisa bikin kita berargumen mati-matian. Juga mulai dari Adam Levine sampe Megan Fox. Sampe susahnya gue membuka helm sendiri saat naik motor bareng lo dan lo bilang, "Apa sih yang lo bisa?" Sial! Ingat terakhir lo ngotot, "Nonton Iron Man ulang, tapi yang 3D kayaknya seru." Setelah nonton yang 3D lo malah bilang, "Gue mual. Tadi gue sempet tidur." Atau inget ketika gue ngotot di telepon, "Ko, kok nggak bales ucapan 'Good Morning' gue di sms tadiiii?" Lo jawab, "Apaan! Justru gue yang ngucapin duluan. Lo ga baca?" Gue: "Masa???" Hal begini bisa bikin debat ringan haha! SORRY FOR EVERYTHING I MAKE YA DOWN AND BLUE.

Yeah, buat after all, this is our day. Doanya pasti bisa ditebak karena selalu sama seperti peringatan bulan-bulan sebelumnya. Tapi, mungkin harus lebih rajin berdoa dan dikuatin 'amin'-nya. OK?

Oia, terima kasih hadiahnya. Jangan lupa yang dari gue sering-sering dipake dan dicuci. Hihi!

Au neko, Argo.

Happy 2nd Anniversary, btw (:

By: @desimanda - The Saturday Night

Sabtu, 20 April 2013

Human is a Human



Ternyata teori-teori biologi, mulai dari yang diungkapkan oleh Darwin hingga teori Kosmis, atau ide bahwa manusia adalah mamalia dan vivipar, tidak mampu menyentuh sebuah fakta bahwa manusia adalah makhluk ultra-peka atau ultra-sensitif. Dua hal tersebut akhirnya membuat manusia menjadi makhluk lemah super-unik. Kenapa disebut ultra-peka dan ultra-sensitif? Karena kenyataannya manusia, saya, Anda, mereka, terkadang sangat peka terhadap yang orang lain lakukan, terutama hal negatif. Aneh rasanya bila kita harus 'mengiyakan' bahwa orang lain lebih tertarik membicarakan kekalahan daripada kemenangan kita, bahkan bila mereka itu sahabat atau keluarga Anda sendiri. Pikir, deh! Dan tanyakan; Apa hal negatif lebih seru dibicarakan? Di sisi lain, manusia menjadi sangat sensitif, hatinya mudah tersinggung dan beubah-ubah.Yeah, human is a human. Mereka indah karena lemah, mereka terkadang sangat 'disfungsional' dan 'complicated', oleh karena itu menjadi menjadi makhluk super-unik. Lagi-lagi, mungkin soal budaya. Saya pikir, beberapa orang di negara lain tidak 'seperhatian' orang Indonesia yang saking perhatiannya sampai bisa menyebarkan berita dengan cepat dari mulut ke mulut. Weird! 

Tapi, sungguh kasihan bila lagi-lagi harus menyalahkan negeri sendiri. Karena tidak semua orang begitu atau bahkan saya sendiri yang seperti itu. Tapi, berbicara hal ini tentu didasari oleh pengamatan sendiri. May God saves us from the other's annoying thinking. 



Aku Mau Kayak Bule


Sebenarnya mau menuliskan hal ini di Twitter, tapi akhir-akhir ini terasa kurang nyaman menulis di micro blogging itu. Mungkin karena sudah terlalu banyak 'bentrokan' pikiran di linimasa yang terbaca. 

Ceritanya begini . . .

Siang tadi, gue kebetulan ada di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Utara. Dengan menaiki Commuter Line dari Stasiun Lenteng Agung, turun di Stasiun Kemayoran, dan menyambung naik angkot arah Senen. Tapi, bukan itu inti ceritanya. Karena suatu kepentingan, gue harus mengantri tiket di salah satu loket yang cukup ramai. Entah ada berapa banyak penduduk Jakarta hingga hari ini yang gue lihat adalah keramaian di mana-mana. Di salah satu loket, gue melihat kawanan turis asing sedang antri. Mereka berjumlah lima orang; tiga lelaki dan dua orang perempuan. Sudah menjadi hukum alam bila ada hal yang tidak biasa akan menjadi daya tarik bagi orang lain (bisa disebut norak). Pengantri lain banyak yang memelototi para turis ini, sedangkan para turis mungkin hanya cuek dan menyadari hukum alam tersebut. Dari security di sebelah gue, gue tahu kalau mereka mau ke Surabaya. Hal yang sangat menggugah gue untuk 'komentar' adalah budaya! Yeah, a culture. Mereka, dengan santainya, hanya memakai pakaian yang sangat sederhana, bahkan masuk kategori belel atau terlalu santai. Para perempuan memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan yang membuat pakaian dalam mereka sedikit terlihat (bahkan salah satu memakai kaus berlubang), sedangkan para lelaki pun memakai jenis yang sama, namun versi lelaki. Mereka hanya menggunakan sendal jepit dan membawa satu ransel. Kebetulan saat ini gue lagi membaca The Naked Traveler karangan Trinity, di salah satu bab Trinity bercerita bahwa penyesuain pakaian sangat penting begitu kita tahu ke mana kita akan traveling. Mungkin para bule itu paham bahwa mereka akan datang ke negara tropis yang katanya udaranya hangat. Entah mengapa gue selalu kagum pada gaya mereka berpakaian. Tidak seperti orang Indonesia yang kadang terlalu ribet dalam berpikir tentang apa yang akan dipakai (namun terkadang tetap tidak menarik dilihat), mereka terlihat sangat nyaman dan 'keren' dengan apa yang mereka pakai. Apa karena mereka pede? Atau karena gue yang terlalu memandang semua hal tentang  mereka itu 'wah'? Hal yang pasti, dengan berpakaian seperti itu mereka terlihat keren, namun bila orang Indonesia yang memakai di tempat umum, justru akan dianggap aneh. Mereka, para bule, membuat gue berpikir bahwa kenyamanan dan percaya diri atas apa yang dipakai akan menambah nilai 'bagus' di mata orang lain. 

Selasa, 02 April 2013

Not (Just) about Love Words

Spending some funs without you is like a sequence of white dazzling tooth with a gap
Having a short essentials love talk with you is like a painful wound that already healed
Hope every questions can be understood by your worth explanation on my unimportant curiosity
May God always keep us to fight for an empathy, even the others not

(: 

Selasa, 19 Februari 2013

Railway

Walau sudah dibuat terbiasa oleh waktu, tapi bermacam rasa itu selalu hadir tatkala sudah saatnya. Masih dipisahkan oleh jarak dua rel kereta api saja, hanya berbeda arah namun dalam waktu yang berdekatan. Dan aku suka ketika harus berlari mengejar gerbongku, walau tahu kamu di sisi lain menunggu kereta yang berbeda, ketika kita harus mengalah pada 72 jam yang berlalu begitu cekatan. Aku suka berlari walau harus meninggalkanmu di sudut yang lain. Berlari membuat perasaan yang luruh dan tertuai di ujung pelupuk mata berupa air akhirnya ikut terbawa angin. Indah ketika manusia bisa menjadi kuat dan lemah di saat yang bersamaan. See you again, soon!

Sneezing

The day after you go, getting cold and lil' bit cough. You know, maybe I just need to steal a warmth from your fingertips.

Senin, 18 Februari 2013

Memory isn't a Problem

Kemarin senang karena lagi sama-sama, sekarang senang karena ingat kemarin bisa sama-sama.

Rabu, 13 Februari 2013

Eh, untuk Tukang Pos Keliling Aku

Halo, tukang pos keliling bernama Liony Mayestica a.k.a Liony


Aduh, kalau dipanggil Kakak bener nggak ya. Takutnya, malah lebih tua aku *minder. Tapi, berhubung belum saling kenal nggak apa-apa deh aku panggil Liony aja, ya? Lagipula, di linimasa juga mayoritas manggil ‘kakak’, biar nggak seragam gitu. Nanti kalau sudah saling kenal dan tahu umur, bisa diatur lagi lah :D


FINALLY…!!!


Selesai juga program #30HariMenulisSuratCinta 2013. Fiuh . . . Eh, besok sudah nggak ada surat-suratan lagi kan? Wah, antara tak terasa, tapi terasa. Tau-tau sudah satu bulan nulis banyak hal untuk di-posting di blog. Dari yang biasanya sebulan paling banyak mengisi 10 tulisan, sekarang 30 tulisan. Wohooo . . .


Berhubung sekarang temanya surat untuk tukang pos kesayangan, berarti saatnya berterima kasih ke tukang pos keliling yang setiap hari giat mem-favorite dan me-retweet surat-surat cinta di linimasa aku. Sampe-sampe jarinya shock kali tuh setiap hari ngurusin puluhan surat cinta. Taraaa… LIONY!!! Maaf ya, kalau jari-jarinya jadi keriting atau tombol gadgetnya sampe longsor. Yah, terima saja mandat dari Bosse, lagipula peminat proyek ini kayaknya naik dari tahun ke tahun. SELAMAT!!!


Lega tapi nggak juga karena proyek ini selesai. Lega karena bisa menulis surat tanpa sehari pun absen. Walau ada beberapa surat kaleng yang nggak terpilih atau beberapa surat yang nggak masuk blog Pos Cinta, tapi hal yang harusnya jadi terpenting adalah lepas dari writer’s block. Semacam kekuatan niat dan komitmen untuk terus berkarya walau hanya sedikit kata yang mungkin tidak memiliki banyak arti. Tentu saja semua karena tim Pos Cinta sudah bekerja keras dan menularkan semangat untuk kami semua. THANK YOU ALL!!!

Untuk Liony, tentu saja terima kasih karena sudah bersedia menjadi tukang pos kelilingnya Bosse, termasuk menjaga semangat para penulis dengan akun Twitter D-G tentunya. Semoga tahun-tahun berikutnya proyek menulis ini akan ada lagi dan Liony masih bisa  hadir membantu. Intinya jangan kapok, sih :D Semoga Liony juga terus semangat berkarya, apa pun itu. SEMANGAT!!!


Sudah . . . sudah . . . tampak surat ini sudah mulai emosional. Sampai jumpa di proyek menulis lainnya, Liony, atau pertemuan suatu hari. Salam untuk teman-teman tim Pos Cinta. Sekali lagi THANK YOU ALL, WE LOVE YOU, UYEAAAAHH!!!


Dari salah satu akun berinisial D-G.

Selasa, 12 Februari 2013

Untuk Bosse @PosCinta, Si Juragan

Hm, sekarang saatnya bertutur jujur siapa sosok yang ingin ditemui pada Gathering #30HariMenulisSuratCinta di Bandung, 17 Februari esok.

Walau belum tahu bisa datang atau tidak pada saat acara berlangsung (semoga bisa), namun bila ditanya siapa yang paling ingin dilihat adalah . . . Si Juragannya Tukang Pos alias Bosse. Semua peserta #30HariMenulisSuratCinta pasti penasaran dengan sosok Bosse. Bahkan mungkin tidak hanya saya yang mengirim surat cinta untuk Bosse.

Halo, Bos atau Bosse! By the way, kenapa harus ‘Bosse’? Kenapa tidak ‘Bos’ saja? Pasti alasan Bosse biar gaya, deh, atau jangan-jangan Bosse punya arti lain? Misterius seperti sosok asli Bosse sendiri. Tebakan saya sementara sih, Bosse ini adalah tukang pos #30HariMenulisSuratCinta yang bergantian shift. Sebenarnya lebih seru kalau Bosse adalah seseorang yang bukan para tukang pos. Seseorang yang memang bertugas memerintah dan mengatur para tukang pos, menggowes fixie, dan mengirim cinta pada semua penerima setiap harinya, juga sosok yang hobi lompat-lompat di atas tumpukan surat. Kira-kira Bosse bakal mengaku nggak suatu hari? Memang jadi nggak seru sih, tapi untuk mengobati penasaran. Jadi, bagaimana kalo Bosse menampakan diri di Gathering #30HariMenulisSuratCinta esok? *tak apalah bila nyatanya Bosse itu cewek *berubah pake jakun

Sekalian mau ngomong, terima kasih ya Bosse buat kesediaannya selama ini. Mulai dari mengadakan proyek tahunan seseru #30HariMenulisSuratCinta, mengoordinasi para tukang pos, mengirim surat cinta, hingga memberi hadiah tiap minggu. Ya, walau saya sendiri belum pernah menang hadiahnya. Tapi, setidaknya saya belum pernah absen dalam menulis surat hingga hari ini. Hebat kan, Bosse? Semoga, tahun depan dan tahun-tahun seterusnya Bosse terus bersedia mengadakan lagi proyek ini agar kami tidak malas untuk menulis. Sebelumnya, saya jarang mengisi blog. Namun, sejak ke klinik Tong Fang, eh sejak ikut #30HariMenulisSuratCinta syukurlah blognya penuh tulisan. *diem-diem kecup Bosse*

Jangan capek dan bosan ya, Bosse. Terlebih dalam menjawab pertanyaan dan mengantar surat cinta. Bunyi fixie Bosse selalu ditunggu. Kriiing! Kriing! *peluk Bosse *cubit Bosse *usel-usel jidat Bosse 

Senin, 11 Februari 2013

Minggu Pagi


Untuk seseorang yang berulang tahun dua hari dari saat surat ini ditulis, Argo Wibowo, My Sunday Morning.

Sudah hari ke-29 proyek #30HariMenulisSuratCinta. Sudah ada 28 tulisan yang gue sebar di blog, kebanyakan fiksi dan fantasi. Rasanya lebih suka buat fiksi daripada menceritakan realita *ngikik. Kecuali dua surat kaleng yang memang, gue akui, guelah pelakunya. Lo juga sudah mengira, kan *kitikin sampe salto. Nah, kali ini gue berusaha buat surat cinta asli, deh. Seharusnya sih pas ulang tahun lo lusa, tapi dua hari terakhir besok suratnya bertema, jadi hari ini aja ya nulisnya *:

Walau agak sedikit lebih cepat, gue mau ucapin ‘Happy birthday ya, Koko’. Akhirnya, kita bisa melewati pertambahan umur bareng-bareng lagi. Ini tahun kedua, ya? Setelah Desember kemarin gue yang berulang tahun, sekarang giliran lo yang bertambah tua. Iya iya, tetap lebih tua gue *puas lo.

Semoga lo sehat dan selalu bisa menjaga kesehatan. Inget tuh kemarin baru aja sakit sampe lima hari nggak kerja. Sekarang, kalau disuruh sarapan nurut ya? Jangan alasan melulu. Terus minum air putih minimal 8 gelas sehari kayak gue. Olahraga juga, tuh. Dulu, Koko suka futsal, tapi sekarang nggak pernah *cubit*. Semoga skripsi lo lancar dan cepat lulus. Semoga dapat berkah dan rezeki yang berlimpah dari kerjaan yang sekarang. Semoga makin pede dalam mengembangkan bakat, baik desain, foto, atau bakat menjadi bapak dari anak-anak kita nanti *ngakak *gombal coy! Terus, semoga Koko semakin ganteng, bisa gemuk, tapi tetap setia sama gue. Awas lo! (Untuk semua doa tadi: amin).

Oh iya, maaf ya Ko kalau kita masih memakai panggilan ‘lo-gue’. Dari dulu kita suka diprotes gara-gara hal ini. Katanya nggak romantis hehey! Tapi, nggak apa-apa ya selama nyaman. Maaf juga kalau suka galak sama Koko. Tapi, akhir-akhir ini kayaknya lo deh yang galak *grrr. Pas gue nulis surat ini, Koko baru aja telepon kalau sudah dapet tiket kereta buat ke Jakarta weekend besok. Semoga kita benar-benar dilancarkan-Nya buat ketemu ya. Semoga banyak rezeki biar bisa terus ketemu dan nongkrong-nongkrong di coffe shop. Amin. Kapan-kapan gue yang ke Semarang, deh. (LDR ya, Mas?)

Oke, sebagai penutup gue harap Koko juga berdoa yang banyak buat diri sendiri di hari pertambahan umur nanti. Sayangi diri lo, sayangi keluarga lo, sayangi gue. Jangan suka memendam kalau ada masalah dan tegur gue kalau salah. Selamat ulang tahun, Dear. Miss you.


By: Your Saturday Night

Note: Semoga surat ini masuk blog Pos Cinta ya *nyengir

Minggu, 10 Februari 2013

Engaged II

Aku tebak . . .
Pasti hari ini hatimu sangat berdebar-debar
Yah, aku pun begitu, hanya saja lebih tenang
Dasar, si tukang gelisah
Tenang, semua akan berjalan lancar kok
Ini hari kita, titik baru untuk memulai berdua

Sedari pagi ibu memberiku wejangan
Katanya katakan dengan tulus dan jujur
Bapak malah hanya duduk tenang
Berkata sambil menggit rokok
Katanya jadilah tampak jantan dan kuat
Maka, ayahmu akan merelakanmu

Sungguh tak sabar walau agak sedikit takut
Tak sabar untuk menjemputmu
Meminta izin untuk memilikimu
Mendampingiku dalam mengarungi sisa hidup
Tunggu aku malam nanti
Jangan lupa kenakan gaun pilihanku

Untuk: Lonia
Selamat berkemas diri, Cantik :)

Sabtu, 09 Februari 2013

Engaged

Dear David

Aku pergi ke Jakarta sore ini
Dipercepat satu hari karena permintaan Mama
Tampaknya semua persiapan sudah selesai
Besok pihak keluarga lelaki datang
Semua masih terasa seperti mimpi
Mulai dari pertemuan denganmu
Hingga terciptanya jalinan cinta yang dibatasi
Kini, sayangnya kau dan aku harus sama-sama mengalah
Walau kita sudah berkeras diri
Aku tak berharap terlalu jauh untuk kamu datang
Paling tidak maafkan aku, maafkan diri kita, dan maafkan cinta kita
Doakan semoga dia lelaki yang baik untukku

Olive - Yang masih mencintamu

Kamis, 07 Februari 2013

Daster Mama


Mama, sudah lama banget loh kita nggak saling sua. Dua belas tahun tepatnya. Mama terakhir melihatku saat aku masih duduk di kelas satu SMP. Coba tebak sudah berapa kali hari ulang tahun kulewatkan tanpa Mama. Padahal, tidak ada gantinya merasakan pelukan Mama di hari bahagia itu, bahkan di setiap pagi dan malam kala aku butuh kehangatan Mama. Lalu, beberapa bulan lagi giliran Mama yang bertambah umur, sayangnya kita pasti tetap tidak bisa bertemu.

Jangan ditanya bagaimana rindunya. Aku memang bukan anak cengeng. Bahkan, aku dengan mudahnya tegar ketika Mama pergi dulu. Tapi, tak jarang aku terbaring pilu kala sakit, ingin dirawat Mama. Tak jarang aku melamun kosong ketika melihat orang lain membanggakan mamanya. Apa perpisahan itu selalu menyedihkan ya, Ma?  Ternyata aku begitu menginginkan Mama. Tapi memang tak guna bila aku menyesali keadaan.

Maaf bila sudah menjadi anak nakal. Belum bisa membuat Mama bahagia dan bangga. Mama pergi ketika aku belum bisa membuktikan apa-apa. Ada dayaku demi meminta Mama ada. Keinginan kita berdua tak cukup kuat untuk itu. Miliran kata rindu pun tak akan berpengaruh. Sesekali aku melihat Mama dan pandangan yang selalu sama seperti dulu, menenangkan dan nomor satu. Ya, aku melihat Mama dalam mimpi-mimpi.

Tapi, tak ada yang dapat membuat tenang dan mengobati rindu selain untaian kata doa untukmu. Aku pun yakin Mama bahagia sekarang. Semua memang tidak dapat kita ubah atau pertahankan selalu. Semoga kita selalu saling mengenang. Aku ingat kepingan kenangan bersama Mama, seperti ketika Mama mengucir kuda rambutku sebelum aku pergi sekolah, ketika Mama membuat kepalan nasi berbentuk pesawat agar aku mau makan, hingga kenangan pahit ketika Leukimia merenggut kebersamaan kita untuk seterusnya. Berbahagialah di sana, Ma. Aku akan menemanimu dengan doa.


Dari: Anak tengah yang suka memakai baju dastermu.

Rabu, 06 Februari 2013

Almond dan Trigonometri


Pagi ini kamu tampak berantakan. Sebagian baju seragam belum dimasukkan dengan rapi. Rambut yang masih separuh basah sedikit menutupi kening. Bahkan, buku-buku pelajaran masih tergenggam di tanganmu, belum sempat dimasukkan ke dalam tas. Pasti kamu hampir telat lagi. Lima menit saja langkahmu diperlambat, maka gerbang sekolah akan ditutup. Pantas, aku lihat napasmu tersenggal dan wajahmu memerah. Mengapa kamu tetap menarik?

Sikapmu, seperti biasa, selalu ceriwis ketika ada pekerjaan rumah. Masih ada beberapa menit sebelum Pak Harjo, guru Matematika, datang dan meminta tugas. Kamu yang pintar, tapi pemalas, segera duduk di sampingku dan dengan menyebalkan menarik-menarik buku tugas yang sedang aku simpan. Berjanji akan membelikan semangkuk mie ayam atau sebatang cokelat almond kalau aku mau membagi jawaban. Mengapa aku selalu baik padamu?

Angka-angka Trigonometri terpampang di papan tulis. Istilah Sinus, Cosinus, dan Tangen memenuhi otak. Derajat-derajat angka menghasilkan nominal lain. Dengan suara lantang sang guru berkata-kata. Semua mata melihat ke depan, takluk. Aku tak perlu takut karena ini mata pelajaran kesukaanku. Tapi, mengapa justru pikiranku tertuju padamu?

Tiba waktu makan siang, aku bergegas berdiri namun kamu lebih dulu menahanku untuk pergi. Dengan raut manis dan tatapan tajam kamu memperlihatkan barisan rapi gigi-gigi di balik senyummu yang dengan kuatnya akan membuatku sulit terlelap malam nanti. Sepersekian detik kamu memegang tanganku, menyentuh kulitku, terasa sampai ke naluri hingga menyadarkan aku dari khayalan singkat. Wangi tubuhmu pada akhirnya membuat aku terjatuh lebih larut dalam daya pikir imajiner. Mengapa aku begitu tergoda?

“Boleh aku bicara?” Katamu. Tentu saja aku mengangguk, dengan cepatnya. Kembali terduduk di sampingmu dan sempat mematung kalut. Kalut karena bahagia dan merasakan debaran unik. Bibirku sedikit ragu memulai bicara karena terlalu banyak yang ingin dikatakan. Bicara saja. Aku sudah terlanjur takjub dengan adanya kamu. Aku tak akan pergi, bahkan berdiri. Aku pikir kita memang cocok. Berteman sejak lama dan saling bercerita. Hingga kamu buka kata-kata itu. Mengapa kamu ternyata mencintai sahabatku?


Note: Maafkan aku yang (mungkin) sudah merusak keadaan kita

Dear: Sahabatku, cinta pertamaku

Selasa, 05 Februari 2013

Untuk Tomoaki Araide

Dear: Tomoaki Araide

Bila teman-temanku menginginkan pasangan seorang dokter, aku tidak
Bila teman-temanku memuji-muji profesi dokter, aku biasa saja
Bukan tidak suka, tapi hanya berbeda selera
Namun, semua berbeda cerita ketika kenal kamu
Seorang tokoh bukan utama, namun menjadi penting
Kehadiranmu di beberapa cerita membuat terkesan

Mungkin yang lain lebih memilih Si Detektif SMA, Sinichi Kudo
Beberapa tergila dengan kehadiran pencuri ulung, Sang Kaito Kid
Ada juga yang jatuh hati pada sosok kecil Conan Edogawa
Tapi, aku memilih menulis surat cinta ini untuk seorang Araide
Dokter muda tampan, baik hati, berwawasan luas, juga perhatian
Dalam balutan seragam kebesaran yang tetap membuat wajahmu teduh

Ah, Araide. Seharusnya aku bisa menulis dengan Kanji atau Hiragana
Setidaknya membuatmu lebih terkesan den mengerti
Membaca di bawah naugan kelopak sakura yang bermekaran
Dengan pipimu yang kemerahan karena sinar hangat mentari sore
Dan kacamata yang membuatmu tampak semakin cerdas
Sungguh sosok yang lembut dan membekas di pikiran

Apakah Vermouth, pesuruh Organisasi Berbaju Hitam, melukaimu?
Dulu, wanita cantik itu pernah menyamar menjadi dirimu
Aku harap kamu kembali ke kehidupan normal dengan selamat
Tenang saja, Conan, FBI, Kogoro, dan kepolisian Beika selalu siaga
Kamu tentu tidak ingin ada pertempuran sengit
Tapi, yakinlah semua akan baik-baik saja, segera

Teringat jejak-jejak kakimu yang cepat di atas lantai kayu dan tatami
Ketika bersegera menolong seseorang yang kesusahan
Aku rasa kehadiranmu sangat dibutuhkan dalam setiap cerita
Semoga Ran, Sonoko, ataupun Kazuha tidak akan menaruh hati padamu
Semoga kamu selalu ceria dan bisa membantu yang sulit
Terima kasih atas adanya dirimu, Dokter

Dari: Penikmat sosokmu


Senin, 04 Februari 2013

Tennesse


To: Ryan McDusen

Halo, Dear. How R you? Bagaimana musim panas di Tennesse? Oh God, how could I miss you so much like this.  Kamu tahu kita sudah 6 bulan tidak bertemu. Sejak kepergianmu pulang ke tanah kelahiran. Tempat di mana sebuah band tumbuh, band yang akhirnya membuat kita bertemu pertama kali di Garuda Wisnu Kencana, Bali, satu tahun lalu. Lima manusia (ya, sebelum menjadi 3) yang bermain musik, menjadi kesukaan kita bersama. Paramore.

Sebenarnya mudah saja mengenangmu, seperti sekarang. Memutar lagu-lagu mereka ketika menulis surat ini, tergugu karena sesekali mengusap kenangan yang menggenang di pelupuk mata. Lalu, nada-nada itu terdengar lembut dan menyenangkan.

And when it rains on this side of town, it touches everything. Just say it again and mean it. We don’t miss a thing. You made yourseldf a bed. At the bottom of the blackest, and convinced yourself that it's not the reason you don't see the sun anymore . . .

Kamu tentu ingat betul liriknya. Yeah, its been so long time ago. We met for the first time in the rainy night. Butiran hujan turun memaksa kita berlari menuju venue lebih cepat. Ketika itu, maafkan aku tak sengaja menginjak kencang kakiku hingga kamu memasang muka marah. Tanpa diatur ternyata kita duduk bersebelahan di tribun. Pertemuan pertama berlanjut ke pertemuan berikutnya. Makin hangat dan dekat. Dari satu event ke event lain. Berpegangan tangan dari lagu ke lagu. Mengenakan tees dan handband kesukaan. Mengenang bisikanmu saat kebisingan mengelilingi: “I love you, My Lucy.”

Menyakitkan memang saat kita harus berpisah. Namun, kita tak benar-benar berpisah. Masih bisa bertemu kapan pun waktu berkehendak. Saat liburan musim semi nanti mungkin. Bukankah kamu bilang rindu suasana Indonesia? Merasakan cuaca yang katamu hangat, padahal menurutku panas. Sekiranya kamu akan segera datang, membawa ingatan dan menciptakan cerita. Jangan sedih karena kita sebenarnya selalu bersama dalam rasa memiliki.

This time I will be listening, sing us a song and we’ll sing it back to you. We could sing our own but what would it be without you . . . this heart, it beats, beats for only you . . .

Mungkin kata-kata itu agak berlebihan. Tapi, memang hanya nama Ryan McDusen . . . emm . . . maksudku, aku benar-benar ingin melihatmu Mr. Caucasian. Oh iya, kamu sudah mendengar lagu-lagu dari Novel American? New band of Josh Farro. I think it’s good. Kita selalu menyayangkan mengapa Duo Farro keluar dari Paramore. Tapi, aku pikir Hayley, Taylor, dan Jeremy akan bisa bertahan seperti dulu. Bukan soal kehilangan, tapi berusaha tetap kuat. Yeah, maybe like us. Seperti kata-kata Hayley di atas tees putihku “Keep Fighting with Love”. Tees yang berhasil ditandatangi melalui perjuangan keras kita. Walau kamu tidak mendapatkannya. Tapi, aku pikir di Tennese kamu memiliki akses lebih luas untuk bertemu mereka. Ah, kapan kita bisa menghabiskan waktu bersama berbicara mengenai lagu-lagu itu lagi.

Masih banyak yang ingin aku sampaikan. Mungkin kamu bisa menelponku saat sudah tidak sibuk atau sekadar mengirim e-mail singkat. Semoga semua ujian kuliahmu mendapat nilai terbaik. Sampaikan salam untuk bunga-bunga musim panas. I miss you much.

From: Lucy Erlita

Minggu, 03 Februari 2013

Kelahiran

Dari balik kaca jendela mobil Ayah

Aku baik-baik saja, Mas. Jangan terlalu khawatir. Aku benci melihat wajahmu yang dirundung gelisah dan kalut. Buktinya, aku masih bisa menulis surat untukmu. Selesaikanlah segala urusanmu, setelah itu segera datang.

Perjalanan yang cukup lama menuju rumah sakit. Akhir minggu di pinggiran kota ini membuat jalanan begitu padat. Ditambah cuaca yang mendadak gelap dan hujan rintik. Tapi tak mengapa, aku tetap sabar di kursi ini. Sesekali aku lihat sepasang manusia tetap tersenyum gambira di atas motornya walau badan mereka dibasahi hujan. Sang wanita membisiki sang lelaki, tampak manja dan penuh kasih. Aku sontak terenyuh dan ingat kamu. Sepasang lain berteduh di serambi-serambi toko sambil tetap bercengkrama. Ternyata, sebuah kebersamaan lebih menyembuhkan daripada apa pun.

Pembukaan dua. Anak pertama kita. Dalam keadaan seperti ini harusnya aku masih bisa bekerja dengan mesin jahit membuat baju-baju mungil untuk calon bidadari kita. Tapi, dokter berkata pembukaan berikutnya akan terjadi dengan sangat cepat dan mungkin berpengaruh pada fisikku. Oleh karena itu, ayah dan ibu sepakat membawaku ke rumah sakit.

Jangan takut. Walau sedikit tak tenang hatiku karena persalinan pertama ini. Kamu menikahiku. Aku memilihmu, berkata iya. Kamu seorang lelaki penuh tanggung jawab. Kala kita harus dipisahkan benua karena pekerjaanmu, kita tak gentar. Kita calon ayah dan ibu yang baik dan kuat. Selesaikan setiap hal yang kita jalani. Doamu saja aku rasa sudah cukup menghangatkanku. Ketika kamu tiba pasti bidadari kita sudah menyambut dengan garis indah dari bibir mungilnya. Aku menunggumu dengan kasih dan sabar, Mas.


Untuk: Suami terhebat, Mas Reno
Dari: Penyayangmu, Witya

Sabtu, 02 Februari 2013

Odet

Untuk Mina di tendanya


Tidak sungkan sebenarnya aku menulis surat ini. Hanya saja aku takut kamu tertawa. Seorang teman meremehkanku dan berkata "Buat apa menulis surat cinta untuk Mina. Saat suratmu sampai, dia mungkin sedang datang ke pesta-pesta tuan tanah kaya yang ia kenal. Kamu hanya pelatih singa sirkus. Amatir." Hanya beberapa detik aku gentar, tapi aku yang mengenalmu yakin kamu tak akan melewatkan suratku untuk sekadar dibaca.

Ya. Aku memang hanya seseorang yang berkutat dengan hewan buas untuk sirkus, sedangkan kamu adalah asisten kesayangan The Greatest, pesulap ternama kebanggaan sirkus kita. Penampil di kelas-kelas yang hanya dapat dibayar para saudagar, tuan tanah, atau orang kaya lainnya. Aku sering melihatmu keluar dari tenda setelah penampilan kalian. Kamu pun pasti pernah melihatku, di balik jeruji besi sambil memegang cambuk, tentunya. Mungkin kamu memang tidak tertarik sama sekali denganku, tapi izinkan aku jatuh hati padamu.

Hari ini aku beranikan menulis surat dan mengendap ke dalam tendamu untuk meletakannya di atas meja kostum milikmu. Malam ini sepertinya akan ada pertunjukkan spektakuler. Entah kapan aku bisa duduk di bangku penonton dan melihatmu tampil. Sepertinya masih butuh kerja keras hingga koin-koin hasil bekerjaku cukup untuk membeli tiket eksekutif itu.

Ya, semoga waktu itu tidak terlalu lama. Tapi sebelumnya, bolehkah aku dengan lancang mengajakmu sekadar duduk mengobrol di sebuah cafe kecil di depan kawasan sirkus? Nanti malam setelah kamu selesai unjuk diri. Aku tunggu di depan pintu masuk. Bila pun kamu tidak ingin, aku akan segera pulang tanpa kemarahan. Aku harap kamu bisa.


Tertanda

Odet, pengagum di balik seragam pelatih sirkus.

Kamis, 31 Januari 2013

Prime Membalas, Dear Runa

Untuk Sang Battlechanger, Runa.

Hall-O too Ms. Runa or Runabout! Terima kasih atas suratmu yang lalu. Aku sangat senang kamu bersedia menulis walau diam-diam dari pengawasan Deception lain. Bila kamu bertanya bagaimana lenganku, sekarang lenganku baik-baik saja. Saat terluka kemarin aku sempat datang kepada Rodimus Prime, pemimpin kaum kami sebelumnya. Ia terkenal memiliki cara untuk memperbaiki segala kerusakan.

Aku harus mengirimkan surat ini melalui Beachcomber. Dengan posisiku sebagai panglima Autobots, dan badan besar ini tentu saja, maka aku tidak bisa datang langsung ke markas Deception. Mereka akan mengira ini ajakan perang berikutnya. Maaf bila kamu tidak berkenan. Beachcomber sebagai Dune Buggy adalah seorang Autobot mini yang sangat gesit dan terbiasa melakukan kamuflase agar tidak menarik perhatian. Aku harap surat ini sampai dengan selamat padamu.

Soal pengakuanmu, merupakan hal yang tidak terlalu mengejutkan bagiku. Aku hapal hampir semua anggota Deception, bahkan warna dan jenis mereka. Aku pun tahu siapa yang benar-benar haus kekuasaan dan siapa yang hanya terpaksa mengabdi. Kemampuan menghapal dan sistem sensori yang aku punya dapat menangkap siapa pun sosok lawan, termasuk kamu. Kamu adalah robot mungil berwarna merah yang selalu melindungi tuanmu dari belakang sambil terus-terusan menatap ke arahku saat yang lain sibuk melawan. Begitu, kan?

Awalnya aku anggap itu pandangan benci, namun perlahan aku anggap itu sebuah tanda bahwa rasa ini tersambut. Ya, aku akui kalau aku pun mengagumimu sejak pertempuran pertama kita bertemu. Aku pun kerap memandangimu di sela-sela fokus melawan Megatron dan The Fallen. Raut dan pandangan matamu yang aku anggap hangat dan berbeda. Sosok yang tetap kuat menjadi perisai di balik gerak-gerik yang lembut. Kamu memang layak menjadi bagian Autobot, sayang hal itu sulit. Aku menyesalinya.

Jangan berputus asa, Runa (Oh iya, aku sangat suka namamu). Terus bertahan dalam kelompok. Kamu tahu bahwa aku dan Autobots lain sedang mengusahakan perdamaian demi keselamatan bumi, manusia, dan kita bersama. Tak ada yang tak mungkin. Kamu tidak akan menjadi pecahan besi karena rasa itu bahkan tidak pernah salah. Keadaan kita yang membuat segala menjadi sulit. Terima kasih karena telah berani menyapa dan menyambut perasaanku.

Optimus Prime - Freightliner Tractor Trailer, Sang Prime di markas Autobots.

Rabu, 30 Januari 2013

Dear Panglima Prime


Untuk Optimus Prime

Hall-O Prime! Panglima perang dari kawanan Autobots. Surat ini bukan surat ancaman atau ajakan perang. Aku juga bukan mata-mata, apalagi utusan Deception. Ya, memang aku berasal dari kawanan Deception, tapi jangan khawatir.

Panggil aku Runa. Sebuah Luna Esprit yang dua tahun lalu ditunjuk menjadi Battlechangers, selain Runamuck atau Muck. Tak pernah menyangka bahwa aku yang dulu hanya menjadi pujaan di atas panggung showroom, tiba-tiba harus menjadi tentara pemenuh hasrat kekuasaan Megatron dan The Fallen. Menemui kenyataan bahwa aku harus bertempur melawan kalian, Autobots, yang justru melindungi bumi dan manusia. Namun, hal yang lebih tak dapat aku tolak adalah jatuh hati pada pemimpin dari kawanan musuh kami, yaitu kamu, Optimus Prime.

Bagaimana dengan lenganmu? Aku tahu dari Starscream kalau Megatron berhasil merusak sistem sensori pada tubuhmu dengan mematahkan lengan kirimu pada pertempuran terakhir. Bahkan, Bumble Bee ikut cidera hingga Sam Witwicky kewalahan dalam menyelamatkan All Sparks. Beruntung kalian semua, para pahlawan tangguh, berhasil mengalahkan Megatron. Kini, ia sedang tidur panjang di bawah tanah tempat ia tinggal. Seandainya aku dapat memberontak dengan mudah dan menyerahkan diri untuk bergabung bersama Autobots. Paling tidak aku bisa dekat denganmu dan menjadi pelindungmu. Tapi, tidak semudah itu. Bahkan, tidak boleh ada anggota Deception yang tahu akan surat ini. Mereka akan mengirimku kembali ke planet mati tempat pendahulu kami binasa karena keserakahannya sendiri.

Sekarang, aku hanya berharap Megatron akan mengikutsertakanku dalam tiap peperangan melawan Autobots. Walau selalu berdiri di garda belakang saja, aku masih bisa memandangi kegagahan semangat perangmu. Panglima yang kuat, namun berhati lembut pada siapa pun. Kamu memiliki rencana yang matang dan tujuan mulia. Suatu hari, mungkin kita dapat bertemu sebelum aku menjadi kepingan besi yang dihancurkan The Fallen saat ia tahu dan menganggap aku salah jatuh hati. Jaga All Sparks. Selalu!

Dari Runabout – Red Luna Esprit, Sang Battlechangers di tempat yang tersembunyi dari Deception lain.


Selasa, 29 Januari 2013

Lampung (Seberang Pulau)


Dari aku di Ibu Kota, menulis untuk sebuah wilayah di seberang pulau.

Sudah hampir tujuh tahun aku jauh. Tidak terlalu jauh bila lama perjalanan kira-kira delapan jam dianggap sebentar. Sebuah perjalanan darat sekaligus laut, hingga aku benar-benar menginjak tanahmu lagi.

Lahir dan besar di rengkuhan daratan ujung Sumatera yang masyarakatnya heterogen dan mayoritas mencari hidup dengan berkebun. Itu aku. Seorang anak keturunan Sumatera dan Banten, namun justru dianggap orang Lampung asli karena sedari bayi sudah ada di sana. Itu kamu. Sebuah tempat yang menjadi saksi aku tumbuh hingga aku tinggalkan.

Dulu, saat kecil, aku ingat selalu berlari-lari berkejaran dan bermain dengan kawan-kawan saat sore datang. Di belakang rumahku, mengalir sungai yang airnya kecokelatan. Gemericik alirannya merdu dan membuat rindu. Kala siang, suaranya bisa membuat teduh. Kala malam, suaranya membuat nyaman. Udaranya sejuk dan bahkan dingin saat malam, walau sekarang sudah tidak seperti dulu. Langitnya gelap pekat hingga miliaran bintang bisa terlihat nyata, tidak seperti di kota besar yang nyalanya karena lampu-lampu jalanan. Itu semua kamu.

Sekarang desa sudah berkembang menuju kota. Jalanan berbatu menjadi aspal halus. Minimarket tumbuh berbalapan. Becak-becak dengan pengemudi berpeluh berganti ojek dan angkot yang membuat jalanan pasar macet. Sungainya semakin pekat. Siang sudah bukan hangat, tapi terik membuat dahaga. Tapi, aku tetap rindu untuk kembali ke tanahmu lagi. Bagaimanapun karenamu aku tumbuh dan menjadi sekarang. Cerita di tanahmu akan menjadi sejarah masa kecilku. Tempat yang selalu membuat aku ingin pulang. Bertemu rumah induk semangku, keluargaku, dan teman-teman lama yang selalu berbagi cerita. Itu semua kamu, ada di kamu. Lampung, di ujung pulau Sumatera.

Senin, 28 Januari 2013

Orlando


Kepada Orlando di sudut kamar

Masih ingat kenangan (hampir) tiga tahun lalu? Tepatnya tanggal 24 Desember 2010. Malam itu kita pertama bertemu. Diawali sebuah pesta kecil kejutan untuk ulang tahunku yang ke-22. 

Baiklah bila kamu tidak ingat, mungkin kamu marah padaku karena kita sudah jarang berinteraksi. Biar aku menceritakan sedikit kisah pertemuan itu. 

Malam itu sekitar pukul 00.10, ketika waktu sudah masuk ke tanggal 24, aku sudah di kamar untuk mengurusi penyakit mood-swing yang selalu datang tiba-tiba. Yeah, mungkin PMS. Teman-teman satu rumah kost, dengan tak enak hati dan wajah, terpaksa aku tinggalkan di ruang televisi. Aku tahu itu malam pertambahan umurku, tapi tidak ada kompromi untuk kata "badmood".

Ketika sudah hampir mematikan lampu, salah satu dari mereka mengetuk kamar beralasan ingin meminjam buku kuliah. Aku, dengan wajah yang masih muram, membuka pintu dan tiba-tiba di belakangnya tiga orang temanku yang lain datang membawa kue berlilin warna-warni. "Selamat ulang tahunnnn …" kata mereka. Aku sungguh merasa salah karena harus menyambut mereka dengan keadaan hati yang tak mendukung hingga kamu datang. Salah satu teman membawamu yang kala itu tidak terbungkus kertas kado, namun justru karena itu aku langsung tahu sosokmu, dan mood-ku membaik! Kamu sebuah gitar akustik yang sudah lama aku idam-idamkan.

Mengapa namamu Orlando? Karena aku menggemari sosok Legolas dalam film The Lord of the Rings yang diperankan Orlando Bloom. Singkat saja. Sejak saat itu aku sangat bersemangat mempelajarimu, mulai dari membeli buku tutorial belajar gitar hingga membeli "baju" untukmu. Hampir setiap hari aku "merusak" senar-senarmu, berusaha bisa. Walau hanya nada itu-itu saja yang akhirnya keluar. 

Aku mencintai musik dan khayalku kerap muncul saat mendengar musik. Oleh karena itu, aku berharap sekali bisa menguasaimu. Namun apa daya, aku tidak juga kunjung berhasil. Mungkin usahaku kurang keras. Bahkan kini, di tempat aku tinggal yang baru, aku semakin jarang memainkan tubuhmu karena suara sumbang yang mainkan akan mengganggu penunggu rumah yang ramai. Sosokmu hanya berdiri kaku di sudut kamar, berdebu dan makin sumbang karena sudah lama tidak di-stem. Beberapa hari lalu, aku sempat membersihkanmu dan memainkan walau hanya sekejap. Sepertinya sekarang kita sudah semakin tidak cocok satu sama lain ya, Orlando? Padahal, sudah hampir 3 tahun kita bertemu. Maaf.

Ketahuilah bahwa aku tidak pernah berhenti untuk ingin bisa memainkanmu, walau entah kapan. Jadi, berdoalah bersamaku bahwa suatu hari kamu terbaring manis di kedua tanganku, sedangkan aku dengan bangga memainkan senar-senarmu. 

Dari pemilikmu yang terkesan cuek

Minggu, 27 Januari 2013

Pantomim

Untuk laki-laki yang bergerak tanpa suara di Taman Seroja tiap minggu pagi.

Maaf karena diam-diam meletakkan surat kecil ini di genggaman tanganmu. Kamu bahkan tidak berkata apa-apa saat tadi aku melakukannya. Tentu saja kamu tak akan bicara. Kamu sudah mengenalku kan? Paling tidak hapal wajahku yang selalu duduk di bangku kayu panjang di seberang tempat kamu biasa berdiri. Wow! Hari ini cerah sekali. Sedari pagi aku sudah datang untuk menikmati sinar matahari yang meraja memantul-mantul di atas riak air mancur di tengah taman. Kamu, dengan setelan hitam-hitam dan make up putih, ternyata sudah tiba lebih dulu. Menghibur para pengunjung yang mungkin kadang justru tak acuh.

Surat ini kutulis sambil tetap memandang ke arahmu. Kamu yang terkadang berdiri mematung, namun kadang tanpa sungkan naik ke atas pinggiran kolam air mancur. Berlenggak-lenggok lucu dengan puluhan mimik berbeda. Sekumpulan merpati yang berkumpul mematuki butir jagung di sekeliling kakimu menjadi teman. Keringat yang membasahi pelipis tak menghalangimu untuk tetap ceria hingga beberapa dari mereka meletakkan koin-koin ke dalam topi hitammu itu.

Aku tak tahu apa kamu menyadari atau tidak bahwa mata ini telah menjadi pengagummu sejak lama. Toh kamu tidak akan pernah mengatakannya. Tentu bukan karena kamu buta atau bisu. Namun karena pekerjaanmu itu. Aku memang tidak pernah menangkap pendanganmu tertuju padaku. Tapi, aku harap kamu tidak menganggap surat ini terlalu biasa. Sejak ada kamu, keinginan untuk datang ke tempat ini semakin menjadi candu dan keharusan. Ingin sekali rasanya mengenal sosokmu ketika tengah melepas setelan dan topeng putih itu.

Anak-anak tadi, ya maksudku sekelompok anak yang mengerumunimu sambil terbahak-bahak. Kamu lihat wajah-wajah mereka? Semua tertawa bahagia karena tingkahmu. Keberadaanmu sudah memberi arti sendiri di tempat ini, juga di hatiku. Maaf bila terlalu cepat berkata-kata saat kita belum pernah saling mengenal. Paling tidak aku harap kamu selalu ada di sini. Selalu sehat dan bahagia agar dapat terus menghibur siapa pun. Aku juga tentu akan setia melihat penampilanmu, baik dari bangku kayu panjang di seberang tempat kamu biasa berdiri maupun dari titik-titik lain yang tidak akan kamu ketahui.


Salam hangat


Debia, di sudut matamu




Sabtu, 26 Januari 2013

Kapsul Waktu

Untuk seseorang yang sudah rela menggali tanah di kebun belakang rumah sekolah.

Bagaimana rupamu? Tinggi, kurus, dan berambut lurus atau mungil, gembil, dan berambut ikal? Mengapa aku langsung bertanya bagaimana rupamu? Tentu kamu sudah tahu alasannya.

Bagaimana kehidupanmu bersamaku? Apa yang kamu rasakan? Tentu saja kamu berbahagia karena telah membuatku saat ini bahagia. Lalu, anak-anak kita? Mungkin saat ini sudah 3, 5, atau bahkan 7 orang. Kita pasti sudah menjadi ayah-ibu yang terhebat untuk mereka.

Lalu, mengenai sifat keras kepalaku. Semoga kamu saat ini sudah mampu mengubahnya atau paling tidak terbiasa. Siapa pun kamu pastilah wanita hebat yang bisa menjadi pendampingku hingga saat ini.

Bagaimana lukisan-lukisanku hinggat saat ini? Sudah makin berkembangkah kemampuanku? Saat menulis surat ini, jumlah lukisanku hanya lima buah. Jangan-jangan justru kamu memiliki minat yang sama atau ahli pada bidang lainnya, seperti menari mungkin. Semoga anak-anak kita tumbuh menjadi jiwa yang mencintai seni. Aku harap begitu.

Namun, aku tak terlalu kuat berharap soal itu. Hal yang lebih penting tentu saja kesediaanmu menemani dan merawatku hingga detik surat ini kamu baca. Juga pengorbanan setiap hari untuk membentuk keluarga yang sempurna bersama. Terima kasih sudah menjadi ibu yang baik (ya kamu harus begitu) dan istri yang luar biasa, terlebih lagi kamu bersedia menggali tanah hanya untuk menuruti pintaku.

Ya, siapa pun kamu. Ini adalah surat yang kutulis 50 tahun sebelum akhirnya kamu temukan, lalu aku masukkan ke dalam kapsul waktu sebelum ditanam di dasar tanah di kebun belakang sekolahku. Kini, saatnya kamu membaca dan menerima tanda terima kasihku atas kehidupan yang telah kita lalui bersama.


Untukmu, jodoh yang akhirnya kutemui dan kuharap kekal :)

Jakarta, 26 Januari 1963

Kamis, 24 Januari 2013

Kepindahan

Dear Selvy Prawibawa

Halo, tidak terlambat absen di finger scan kan hari ini? Kuharap tidak karena bulan ini HRD kita sedang galak-galaknya.

Selamat ulang tahun, Selvy. Semoga kamu selalu sukses dalam berkarya. Semoga kamu juga mendapat yang terbaik di tempat ini, atau mungkin di sisi-sisi lain dunia yang belum pernah kamu temui.

Maaf bila membuat mejamu berantakan. Aku dengar kamu suka red velvet. Jadi aku membeli sepotong kecil untukmu dan beberapa tangkai mawar merah muda, lalu meletakkan di mejamu sejak pagi. Oh iya, aku tahu dari Sarah kalau kamu mengincar sebuah gelang perak di toko Lolly Mowwy. Aku harap aku tidak salah membeli.

Hari ini aku belum sempat menemuimu, sayang sekali. Ternyata kendaraan sewa yang kupesan datang terlalu cepat, lebih cepat dari kamu. Aku harus segera membawa sisa-sisa barang di mejaku dan langsung menuju Surabaya. Semua sudah siap sejak kemarin. Yah, maksudku tentang kepindahanku.

Senang bisa mengenalmu dan semua teman di kantor ini. Aku harap kita semua dapat bertemu lagi, terlebih denganmu. Mungkin kamu ingin berterima kasih atas kado hari ini dengan menerima ajakanku makan malam suatu hari (just kiding, Sel). Terima kasih atas semua. Semoga kamu selalu bahagia :)


Tertanda

Aldy Mahendra

Rabu, 23 Januari 2013

Chamomile Bumi


Teruntuk teman langitku

Halo gadisku, gadis di negeri asing, negeri bertanah empuk serba putih. Bagaimana harimu?

Hai, apa surat ini selamat sampai tujuannya? Aku was-was surat ini terlanjur rusak dihajar kilat atau diterpa hujan sebelum sampai ke tangan penerimanya. Tapi, aku kembali tenang mengingat semua suratku sebelumnya selalu kamu balas. Kecuali satu surat yang memang tak sampai, bukan karena hujan atau angin puyuh, namun karena ditangkap oleh anak-anak dari kawananmu yang mengira suratku sejenis burung kertas. Lalu, mereka memainkan dan merusaknya begitu saja. Untunglah kamu mengirim surat lebih dulu setelahnya.

Bagaimana makan siangmu hari ini? Apa dengan menu biskuit bulat dari ekstrak jahe langit atau dengan pie apel ungu yang selalu kamu bangga-banggakan itu. Kalau minumannya kamu pasti memilih jus bit dari kebun dewi Nirmala, tetanggamu itu. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan semua panganan tersebut. Kamu pasti senang bukan kepalang, besar kepala bila aku mengatakannya. Di bawah sini, lagi-lagi aku harus makan siang dengan menu bubur gandum dan susu sapi dingin. Tapi, kamu pasti penasaran juga dengan menuku ini. Iya kan? Jadi, kapan kamu bisa turun dan masuk lewat cerobong asap rumahku?

Sore nanti, aku akan membantu Ayah mengambil rumput untuk panganan kuda-kuda kami. Mereka hanya makan rumput segar biasa. Pasti sangat berbeda dengan makanan pegasus-pegasus peliharaanmu. Mungkin mereka makan rumput berwarna emas atau justru biji gandum sepertiku. Aku menyempatkan pergi ke tanah lapang untuk menerbangkan suratmu ini. Kali ini cuaca memang serba biru dan putih. Begitu cerah hingga aku yakin surat ini akan hinggap dengan manisnya di atas kepalamu. Anginnya sangat sejuk dan tenang. Apa dewa-dewa peniup angin di atas sana habis menang berjudi hingga hati mereka sedang senang?

Aku rindu di atas sana. Mengingat kali pertama kita bertemu. Kamu yang sedang turun mencari bunga chamomile bumi tiba-tiba menangkap sosokku yang tergeletak pingsan di tanah ladang, pingsan, dan terluka parah karena diserang kuda-kuda liar hutan. Kamu membawaku ke negerimu. Bulu tengkuk pegasus adalah raja segala obat katamu. Setelah sadar dari tidurku, kamu mengajakku bekeliling negeri awan. Mengajakku berlarian di atas tanah empuk berwarna putih, tanpa takut terjatuh. Mengintip dari sela-sela awan ke bentangan birunya langit. Mendengarkan petuah bijak dari para dewa musim yang bersenandung dari balik sayap-sayap mereka yang mengembang. Lalu, menunjukkan pohon kacang raksasa yang menjalar hingga nyaris menyentuh bumi. Ingatan paling kuat yang melekat di otakku adalah saat kamu menari-nari lembut mengikuti irama yang dibawa angin yang bahkan aku sendiri tak dapat mendengarnya. Menari hingga menerbangkan ujung-ujung gaun putihmu dan menggoyangkan tiara kecil di atas rambutmu. Aku ingat semua detail keindahan yang ada dan mampu membuatku selalu merindukan negerimu.

Halo, gadis di atas awan, di negerimu yang damai dan penuh bahagia. Balaslah suratku ini segera. Aku menunggu tiap cerita yang akan kamu tuliskan. Aku harus segera ke kebun. Sekian suratku kali ini. Salam untuk para dewa musim dan jagalah diri.

Teman bumimu

Selasa, 22 Januari 2013

Akhirnya Buat @AdamLevine


Dear Mr. Adam Levine
On the bed that you never gonna leaved

Backsound: Hands All Over – Maroon 5
Good morning, good day, good life hey Mr. Levine! I’ d like to say “good morning” because it was still 10.34 AM here, in Jakarta, Indonesia. How about U.S? What time is it there? Or you wasn’t there when the link of this letter being mentioned in your Twitter. Maybe you was doing your world tour with the amazing band called Maroon 5. Unfortunately, I couldn’t see your last concert in Jakarta last October. But at least, I’ve seen you all guys in April 2011 for Hands All Over the album promo tour at Istora Senayan, Jakarta. 
 
Sorry for using English in bad grammar, maybe. I know I’m not good in it, but I try just for you. If you mind, may I type such a few sentences with Indonesian language. No matter if you don’t know what its mean. Don’t worry ‘cause it all just will be an admire words about you. Here it is . . .

Backsound: Do You Get My Message – Jason Mraz
Bang, eh Om, eh Mas, rrr Mr. Adam Levine, dulu memang sosokmu tidak terlalu akrab bagiku. Dulu sekali, waktu kamu masih berbadan kurus dan terlihat ‘lil bit nerd di video klip Sunday Morning. Begitu lagu She Will Be Loved keluar (and I love that song mad much), aku mulai kenal dengan kamu dan . . . wow . . . I think the guy in the clip is so quite sexy. Satu hal yang pasti adalah Maroon 5 hampir selalu membuat klip musik yang berisi hal-hal “sexy” di dalamnya, lalu kamu yang menjadi bintangnya. Arghhh . . . so, those girls in your clips were so lucky, rite?

Lain lagi, hal yang cukup khas darimu adalah kaus tipis untuk tidur yang kamu pakai hampir di setiap penampilan atau konser. Ya, kaus putih yang menurutku lebih cocok dipakai tidur (In Indonesian, we called it “kaus oblong”). Berbeda sekali dengan artis-artis Indonesia yang justru sangat mempersiapkan kostum saat tampil di panggung. But, why did you still look awesome with that tee? Do you have so many tees with same model in your suitcase? Would you give me one when we meet? Hahaha . . . imajiku mulai gila, Sir. (I said I started a crazy imagination ‘bout you).

Backsound: Mad – Ne Yo (I know it’s unrelated)
After all, I would like to say thank you for being my idol. When I have a task to write love letter for my idol, I think it’s good to make it for you. You know? I have a jealously boyfried who started his anger when I always flatter you. Hahaha . . . Please send my love to Jesse Carmichael, Mickey Madden, James Valentine, and Matt Flynn too. You guys so rock \m/ (beside loveable of course). Stay sexy and amazing. Don’t forget to bring your “kaus oblong” wherever you go. Then, always make a great songs with your band! You are always be loved.

From: Desi, Jakarta, Indonesia

Senin, 21 Januari 2013

Loveable Peter


Hanya untuk: Peterpan

Fiuh. Akhirnya dengan susah payah aku berhasil juga menulis sepucuk surat ini untukmu. Sulit sekali menulis walau hanya secarik kertas. Sulit karena tangan-tangan yang terlalu mungil ini. Namun sudahlah, aku pikir ini tidak sia-sia. 

Halo, Peter. Apa kabarmu ? Terkejutkah kamu dengan surat ini? Ya, tentu saja karena aku jarang, mungkin justru tidak pernah, berbicara di depanmu. 

Sejak semalam kamu tertidur dan kita berpisah di pondok kecilmu, aku tidak pulang ke negeriku. Aku naik ke atas pohon pinus, mengambil sedikit kulit batangnya, mengeringkannya dengan magisku, lalu meminjam pena bulu milik Wendy untuk menulis kata-kata di atasnya. 

Peter, apa kita bisa bersama selamanya? Bukankah kita hampir sama. Kamu anak yang tidak akan tumbuh dewasa, sedangkan aku peri mungil yang abadi. Ya, walau ada saatnya nanti kita kalah dan mati oleh hal-hal lain di luar itu. Dulu, mungkin tidak pernah aku kira akan jatuh hati dengan sosok pria muda teledor, nakal, dan blak-blakan sepertimu. Namun, perjalanan kita selama ini telah membuatku pada akhirnya terbiasa dan membutuhkan kehadiranmu. 

Tolong jangan beritahu surat ini kepada Wendy atau siapapun penghuni hutan hujan ini. Mereka pasti akan menertawakanku. Wendy pasti akan terbahak-bahak di balik gaun birunya hingga rambut panjangnya itu menutupi wajahnya. Terlebih lagi Fobos dan Dimos, dua kurcaci nakal teman baikmu, mereka lebih jahat lagi karena akan tertawa hingga melempariku dengan biji kenari kesukaan mereka. Simpan saja gulungan kulit pohon kering yang aku sebut surat ini. Simpan di bawah bantal bersama remah-remah kue jahe yang sering kamu makan di atas tempat tidur hingga semut-semut berkerumun di atasnya. 

Kalau kamu memang teman baikku, temui aku malam nanti saat bulan purnama tepat berada di atas kepalamu. Temui aku di kebun apel berbuah ranum milik Tuan Smeggy. Di sebelah utara, ada satu pohon cemara yang harum daunnya. Aku menunggumu di situ. Ingat, jangan ajak siapa-siapa. Jangan pikir ini kencan bila itu memberatkanmu. Anggap saja sebuah pertemuan biasa antara kamu dan temanmu.

Aku mengharapkan kehadiranmu. Sekarang, aku harus pulang ke negeriku untuk memperbaiki sayap kiriku yang sedikit sobek terkena dahan-dahan pinus semalam. Tenang saja, malam nanti semua sudah kembali baik dan jangan lupa pakai topi hijaumu. 

Tertanda: Tinkerbell