Sebenarnya mau
menuliskan hal ini di Twitter, tapi akhir-akhir ini terasa kurang nyaman
menulis di micro blogging itu. Mungkin karena sudah terlalu banyak 'bentrokan'
pikiran di linimasa yang terbaca.
Ceritanya begini .
. .
Siang tadi, gue
kebetulan ada di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Utara. Dengan menaiki Commuter
Line dari Stasiun Lenteng Agung, turun di Stasiun Kemayoran, dan menyambung
naik angkot arah Senen. Tapi, bukan itu inti ceritanya. Karena suatu
kepentingan, gue harus mengantri tiket di salah satu loket yang cukup ramai.
Entah ada berapa banyak penduduk Jakarta hingga hari ini yang gue lihat adalah
keramaian di mana-mana. Di salah satu loket, gue melihat kawanan turis asing
sedang antri. Mereka berjumlah lima orang; tiga lelaki dan dua orang perempuan.
Sudah menjadi hukum alam bila ada hal yang tidak biasa akan menjadi daya tarik
bagi orang lain (bisa disebut norak). Pengantri lain banyak yang memelototi
para turis ini, sedangkan para turis mungkin hanya cuek dan menyadari hukum
alam tersebut. Dari security di sebelah gue, gue tahu kalau
mereka mau ke Surabaya. Hal yang sangat menggugah gue untuk 'komentar' adalah
budaya! Yeah, a culture. Mereka, dengan santainya, hanya
memakai pakaian yang sangat sederhana, bahkan masuk kategori belel atau terlalu
santai. Para perempuan memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan yang membuat
pakaian dalam mereka sedikit terlihat (bahkan salah satu memakai kaus
berlubang), sedangkan para lelaki pun memakai jenis yang sama, namun versi lelaki.
Mereka hanya menggunakan sendal jepit dan membawa satu ransel. Kebetulan saat
ini gue lagi membaca The Naked Traveler karangan Trinity, di salah satu bab
Trinity bercerita bahwa penyesuain pakaian sangat penting begitu kita tahu ke
mana kita akan traveling. Mungkin para bule itu paham bahwa mereka akan datang
ke negara tropis yang katanya udaranya hangat. Entah mengapa gue selalu kagum
pada gaya mereka berpakaian. Tidak seperti orang Indonesia yang kadang terlalu
ribet dalam berpikir tentang apa yang akan dipakai (namun terkadang tetap tidak
menarik dilihat), mereka terlihat sangat nyaman dan 'keren' dengan apa yang
mereka pakai. Apa karena mereka pede? Atau karena gue yang terlalu memandang
semua hal tentang mereka itu 'wah'? Hal yang pasti, dengan berpakaian
seperti itu mereka terlihat keren, namun bila orang Indonesia yang memakai di
tempat umum, justru akan dianggap aneh. Mereka, para bule, membuat gue berpikir
bahwa kenyamanan dan percaya diri atas apa yang dipakai akan menambah nilai
'bagus' di mata orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar