Hanya untuk: Peterpan
Fiuh. Akhirnya dengan susah payah
aku berhasil juga menulis sepucuk surat ini untukmu. Sulit sekali menulis walau
hanya secarik kertas. Sulit karena tangan-tangan yang terlalu mungil ini. Namun
sudahlah, aku pikir ini tidak sia-sia.
Halo, Peter. Apa kabarmu ? Terkejutkah
kamu dengan surat ini? Ya, tentu saja karena aku jarang, mungkin justru tidak
pernah, berbicara di depanmu.
Sejak semalam kamu tertidur dan
kita berpisah di pondok kecilmu, aku tidak pulang ke negeriku. Aku naik ke atas
pohon pinus, mengambil sedikit kulit batangnya, mengeringkannya dengan magisku,
lalu meminjam pena bulu milik Wendy untuk menulis kata-kata di atasnya.
Peter, apa kita bisa bersama
selamanya? Bukankah kita hampir sama. Kamu anak yang tidak akan tumbuh dewasa,
sedangkan aku peri mungil yang abadi. Ya, walau ada saatnya nanti kita kalah
dan mati oleh hal-hal lain di luar itu. Dulu, mungkin tidak pernah aku kira
akan jatuh hati dengan sosok pria muda teledor, nakal, dan blak-blakan
sepertimu. Namun, perjalanan kita selama ini telah membuatku pada akhirnya
terbiasa dan membutuhkan kehadiranmu.
Tolong jangan beritahu surat ini
kepada Wendy atau siapapun penghuni hutan hujan ini. Mereka pasti akan
menertawakanku. Wendy pasti akan terbahak-bahak di balik gaun birunya hingga
rambut panjangnya itu menutupi wajahnya. Terlebih lagi Fobos dan Dimos, dua
kurcaci nakal teman baikmu, mereka lebih jahat lagi karena akan tertawa hingga
melempariku dengan biji kenari kesukaan mereka. Simpan saja gulungan kulit
pohon kering yang aku sebut surat ini. Simpan di bawah bantal bersama
remah-remah kue jahe yang sering kamu makan di atas tempat tidur hingga
semut-semut berkerumun di atasnya.
Kalau kamu memang teman baikku,
temui aku malam nanti saat bulan purnama tepat berada di atas kepalamu. Temui aku
di kebun apel berbuah ranum milik Tuan Smeggy. Di sebelah utara, ada satu pohon
cemara yang harum daunnya. Aku menunggumu di situ. Ingat, jangan ajak
siapa-siapa. Jangan pikir ini kencan bila itu memberatkanmu. Anggap saja sebuah
pertemuan biasa antara kamu dan temanmu.
Aku mengharapkan kehadiranmu.
Sekarang, aku harus pulang ke negeriku untuk memperbaiki sayap kiriku yang
sedikit sobek terkena dahan-dahan pinus semalam. Tenang saja, malam nanti semua
sudah kembali baik dan jangan lupa pakai topi hijaumu.
Tertanda: Tinkerbell
Tidak ada komentar:
Posting Komentar