Untuk: Prajurit Terkuatku
Love, bagaimana keadaanmu hari ini? Di balik semua hal buruk aku harap kamu selalu selalu sehat. Bagaimana makananmu? Apa mereka memberimu yang terbaik? Bagaimana udara di sana? Terlalu dinginkah?
Aku merindukanmu, Vincent. Entah sampai kapan kita harus seperti ini. Rasanya tidak pernah ada lagi tidur malam yang nyenyak sejak kita terpisahkan. Bagaimana bisa aku tidur di atas kasur empuk, sedangkan engkau tidur beralaskan lantai batu yang dingin. Setiap tengah malam dengan mata menghitam, aku mengintip keluar berharap kamu baik-baik saja.
Aku yakin kamu merasakan juga kesedihanku. Satu pun tak ada kabar berita yang mereka sampaikan tentangmu. Semua hanya peduli pada perintah Ayah, tidak dengan kita. Beruntung aku masih diizinkan menengokmu, walau hanya dari pintu atas ini. Ingin sekali rasanya membuka pintu kayu pembatas yang berat itu dan turun masuk melihatmu. Aku ingin memeluk tubuhmu. Tubuh gagah berbalut pakaian kebesaran. Tubuh yang penuh luka atas pengabdian pada kekuasaan Ayah. Namun apa yang kamu dapat. Maafkan aku. Aku rindu wangi kulitmu. Wangi siang dan keberanian.
Kini, aku menulis surat ini sambil terduduk di atas pintu kayu pembatas. Aku bisa saja mengangkat pintu berat ini. Namun, para prajurit yang tahu aku selalu datang setiap pagi buta telah mengunci rapat-rapat pintu ini. Kejam sekali mereka. Apa mereka tidak pernah merasakan cinta? Apa mereka mengesampingkan perasaan hanya karena ketakutan pada perintah Ayah? Maafkan aku, Vincent. Aku hanya bisa duduk menangis di sini, bersandar pada dinding-dinding besar dan angkuh. Dinding dingin dan pucat yang seperti turut menghakimiku. Bahkan, aku tidak tahu apa para pesuruh yang setiap pagi mengantar makanan untukmu benar-benar menyampaikan surat-suratku untukmu. Aku sungguh ingin tahu keadaanmu. Tolong balaslah salah satu suratku. Aku mohon.
Aku tahu kamu kuat. Tidak hanya tubuhmu, namun juga hati dan tekadmu. Itulah mengapa Ayah memilihmu menjadi prajurit yang selalu berkuda di lini depan saat berperang. Baktimu untuk kerajaan sangat besar. Hanya saja karena hatimu jatuh pada tempat yang salah, maka kita harus seperti ini. Aku tidak menyalahkan apa yang kita rasakan. Tidak akan kumatikan rasa ini. Kamu tahu aku mencintaimu dengan berani sama seperti kamu yang berani untuk memilihku.
Love, andai aku dapat menggantikan posisimu. Kini, apalagi yang kita miliki selain doa dan harapan. Semoga kamu selalu dilindungi. Semoga kamu selalu kuat walau kita tidak pernah saling sua. Rasakanlah doa-doaku, tangis-tangisku, dan juga hangat-hangatnya aliran darah dari ujung jariku yang pernah kamu sentuh dulu. Rasakan juga kehadiranku di sini, di atas sini, sebelum matahari muncul di balik awan setiap hari.
Aku mencintaimu dengan berani, Vincent, Prajurit terkuatku.
Puteri Annabell
Tidak ada komentar:
Posting Komentar