Untuk Mina di tendanya
Tidak sungkan sebenarnya aku menulis surat ini. Hanya saja aku takut kamu tertawa. Seorang teman meremehkanku dan berkata "Buat apa menulis surat cinta untuk Mina. Saat suratmu sampai, dia mungkin sedang datang ke pesta-pesta tuan tanah kaya yang ia kenal. Kamu hanya pelatih singa sirkus. Amatir." Hanya beberapa detik aku gentar, tapi aku yang mengenalmu yakin kamu tak akan melewatkan suratku untuk sekadar dibaca.
Ya. Aku memang hanya seseorang yang berkutat dengan hewan buas untuk sirkus, sedangkan kamu adalah asisten kesayangan The Greatest, pesulap ternama kebanggaan sirkus kita. Penampil di kelas-kelas yang hanya dapat dibayar para saudagar, tuan tanah, atau orang kaya lainnya. Aku sering melihatmu keluar dari tenda setelah penampilan kalian. Kamu pun pasti pernah melihatku, di balik jeruji besi sambil memegang cambuk, tentunya. Mungkin kamu memang tidak tertarik sama sekali denganku, tapi izinkan aku jatuh hati padamu.
Hari ini aku beranikan menulis surat dan mengendap ke dalam tendamu untuk meletakannya di atas meja kostum milikmu. Malam ini sepertinya akan ada pertunjukkan spektakuler. Entah kapan aku bisa duduk di bangku penonton dan melihatmu tampil. Sepertinya masih butuh kerja keras hingga koin-koin hasil bekerjaku cukup untuk membeli tiket eksekutif itu.
Ya, semoga waktu itu tidak terlalu lama. Tapi sebelumnya, bolehkah aku dengan lancang mengajakmu sekadar duduk mengobrol di sebuah cafe kecil di depan kawasan sirkus? Nanti malam setelah kamu selesai unjuk diri. Aku tunggu di depan pintu masuk. Bila pun kamu tidak ingin, aku akan segera pulang tanpa kemarahan. Aku harap kamu bisa.
Tertanda
Odet, pengagum di balik seragam pelatih sirkus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar