Duduk di ruangan
berwarna jingga. Tidak ada yang dapat kudengar selain detik jam yang beriring
dengan detak jantung. Aku menempelkan telinga ke dinding dan berusaha mencari
suara lain. Ramai, tapi bukan nyata. Ramai, namun maya dalam ingatanku. Detik
terasa lambat seperti menunggu sembuh saat sakit. Begitulah aku, si penurut
yang tidak pernah membangkang, saat menunggu satu tahun untuk menemuimu lagi.
Sekelebat
bayangmu dengan wajah sedih hadir. Aku masih merasakan hangatnya air mata yang
kau biarkan jatuh dipundakku. Masih terasa, hangat dan eratnya dekapan saat kau
terisak dan aku meredakannya. Merupakan masa yang mengagumkan, saat kau percaya
bahwa aku dapat menjadi terbaikmu. Ya, inilah aku, si penurut yang tidak akan
berkeras diri, kecuali dalam satu hal, menginginkanmu.
Bagaimana
kumelihat kau saat terakhir kita berdiri berdekatan. Seandainya ujung-ujung
jemariku yang menyentuh kulitmu dapat berkata, mungkin tidak akan sesulit ini
sekarang. Sebutlah aku gila, tapi ini nyata. Nyata karena kau membuatnya.
Saat ini, seolah
air matamu di pundakku belum kering, aku menyentuhnya dan berkata: “Bisakah 365
hari itu dipercepat? Aku ingin memeluk dan merasakan saat melepasmu lagi.
Selamat menempuh umur 5 bulan, untuk kita.”
David Choi – By My Side
Tidak ada komentar:
Posting Komentar