Selamat ulang tahun pernikahan ke-14 tahun, Mama
Dari: Papa
Secarik kertas
yang aku temukan saat aku terbangun dari tidur pagi ini. Kau letakkan di
sebelah kado kecil berisi anting-anting
indah yang kuinginkan sejak lama. Kau selalu begini. Memberikan kejutan demi
kejutan, bahkan saat bukan hari penting yang kita rayakan. Walau sudah
kukatakan jangan, namun sulit melawan kerasnya kemauanmu. Aku beranjak keluar
kamar untuk mencarimu, lagipula tumben kali ini kau yang bangun lebih dulu.
Di luar, kau
tampak sedang bercengkrama dengan dua jagoan kita. Si sulung 13 tahun dan si
bungsu 11 tahun. Kalian duduk membentuk setengah lingkaran di depan televisi.
Membicarakan dengan seru apa yang kalian tonton. Sesekali si kakak tampak
terbahak menggoda adiknya, dan sang adik memasang muka kesal, sedangkan kau
tersenyum sumringah di tengah kedamaian itu. Aku tersadar dan menuju dapur
untuk menyiapkan sarapan untuk kalian. Nasi goreng telor mata sapi dan susu
cokelat. Menu sederhana namun sangat enak bila aku yang menyiapkan, begitu kata
kalian.
“Selamat pagi, Ma.” Kata si
sulung sambil mengecup pipiku saat menghampiri mereka.
Si bungsu
berdiri dan seperti kebanyakan anak terakhir yang suka dimanja, dia memeluk
pinggangku yang masih memakai celemek jingga. Aku menciumi kening mereka
satu-persatu seolah untuk menggantikan kata: ‘Kalian harta yang sangat kujaga.’
Kau memandang
ke arah kami dengan wajah teduh. Dengan isyarat tangan dan mata aku mengatakan
bahwa aku sudah menerima hadiahmu pagi ini. Kau mengangguk bijak menambah rasa
cintaku yang tak pernah sia-sia karena balasmu.
“Ayo, semua ke meja makan. Mama
sudah siapkan sarapan kesukaan kalian.”
Kedua jagoan
bersorak dan berlari menuju dapur. Aku menghampirimu dan merunduk agar dapat
sejajar denganmu yang duduk.
“Terima kasih, Pa. Atas
kesediaanmu menjadi suami dan bapak yang membahagiakan kami selama ini, juga
atas cintamu itu.”
Kau membalasnya
dengan sebuah senyum dan mulut yang bergerak-gerak entah mengatakan apa. Karena
itulah kau menuliskan ucapan untukku pagi ini. Aku berdiri dan mendorong kursi
rodamu. Kursi yang sudah kau tempati selama 2 tahun terakhir sejak kecelakaan
mobil yang membuat kau lumpuh dan sulit berbicara. Aku selalu sayang kamu, Pa.
Tulus – Teman Hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar