Walau sudah dibuat terbiasa oleh waktu, tapi bermacam rasa itu selalu hadir tatkala sudah saatnya. Masih dipisahkan oleh jarak dua rel kereta api saja, hanya berbeda arah namun dalam waktu yang berdekatan. Dan aku suka ketika harus berlari mengejar gerbongku, walau tahu kamu di sisi lain menunggu kereta yang berbeda, ketika kita harus mengalah pada 72 jam yang berlalu begitu cekatan. Aku suka berlari walau harus meninggalkanmu di sudut yang lain. Berlari membuat perasaan yang luruh dan tertuai di ujung pelupuk mata berupa air akhirnya ikut terbawa angin. Indah ketika manusia bisa menjadi kuat dan lemah di saat yang bersamaan. See you again, soon!
Selasa, 19 Februari 2013
Sneezing
The day after you go, getting cold and lil' bit cough. You know, maybe I just need to steal a warmth from your fingertips.
Senin, 18 Februari 2013
Memory isn't a Problem
Kemarin senang karena lagi sama-sama, sekarang senang karena ingat kemarin bisa sama-sama.
Rabu, 13 Februari 2013
Eh, untuk Tukang Pos Keliling Aku
Halo, tukang pos keliling bernama Liony Mayestica a.k.a Liony
Aduh, kalau dipanggil Kakak bener nggak ya. Takutnya, malah
lebih tua aku *minder. Tapi, berhubung belum saling kenal nggak apa-apa deh aku
panggil Liony aja, ya? Lagipula, di linimasa juga mayoritas manggil ‘kakak’,
biar nggak seragam gitu. Nanti kalau sudah saling kenal dan tahu umur, bisa
diatur lagi lah :D
FINALLY…!!!
Selesai juga program #30HariMenulisSuratCinta 2013. Fiuh .
. . Eh, besok sudah nggak ada surat-suratan lagi kan? Wah, antara tak terasa,
tapi terasa. Tau-tau sudah satu bulan nulis banyak hal untuk di-posting di
blog. Dari yang biasanya sebulan paling banyak mengisi 10 tulisan, sekarang 30
tulisan. Wohooo . . .
Berhubung sekarang temanya surat untuk tukang pos
kesayangan, berarti saatnya berterima kasih ke tukang pos keliling yang setiap
hari giat mem-favorite dan me-retweet surat-surat cinta di linimasa aku.
Sampe-sampe jarinya shock kali tuh setiap hari ngurusin puluhan surat cinta.
Taraaa… LIONY!!! Maaf ya, kalau jari-jarinya jadi keriting atau tombol
gadgetnya sampe longsor. Yah, terima saja mandat dari Bosse, lagipula peminat
proyek ini kayaknya naik dari tahun ke tahun. SELAMAT!!!
Lega tapi nggak juga karena proyek ini selesai. Lega karena
bisa menulis surat tanpa sehari pun absen. Walau ada beberapa surat kaleng yang
nggak terpilih atau beberapa surat yang nggak masuk blog Pos Cinta, tapi hal
yang harusnya jadi terpenting adalah lepas dari writer’s block. Semacam
kekuatan niat dan komitmen untuk terus berkarya walau hanya sedikit kata yang
mungkin tidak memiliki banyak arti. Tentu saja semua karena tim Pos Cinta sudah
bekerja keras dan menularkan semangat untuk kami semua. THANK YOU ALL!!!
Untuk Liony, tentu saja terima kasih karena sudah bersedia
menjadi tukang pos kelilingnya Bosse, termasuk menjaga semangat para penulis
dengan akun Twitter D-G tentunya. Semoga tahun-tahun berikutnya proyek menulis
ini akan ada lagi dan Liony masih bisa hadir membantu. Intinya jangan
kapok, sih :D Semoga Liony juga terus semangat berkarya, apa pun itu.
SEMANGAT!!!
Sudah . . . sudah . . . tampak surat ini sudah mulai
emosional. Sampai jumpa di proyek menulis lainnya, Liony, atau pertemuan suatu
hari. Salam untuk teman-teman tim Pos Cinta. Sekali lagi THANK YOU ALL, WE LOVE
YOU, UYEAAAAHH!!!
Dari salah satu akun berinisial D-G.
Selasa, 12 Februari 2013
Untuk Bosse @PosCinta, Si Juragan
Hm, sekarang saatnya bertutur
jujur siapa sosok yang ingin ditemui pada Gathering #30HariMenulisSuratCinta di
Bandung, 17 Februari esok.
Walau belum tahu bisa datang atau
tidak pada saat acara berlangsung (semoga bisa), namun bila ditanya siapa yang
paling ingin dilihat adalah . . . Si Juragannya Tukang Pos alias Bosse. Semua
peserta #30HariMenulisSuratCinta pasti penasaran dengan sosok Bosse. Bahkan
mungkin tidak hanya saya yang mengirim surat cinta untuk Bosse.
Halo, Bos atau Bosse! By the way,
kenapa harus ‘Bosse’? Kenapa tidak ‘Bos’ saja? Pasti alasan Bosse biar gaya,
deh, atau jangan-jangan Bosse punya arti lain? Misterius seperti sosok asli
Bosse sendiri. Tebakan saya sementara sih, Bosse ini adalah tukang pos
#30HariMenulisSuratCinta yang bergantian shift.
Sebenarnya lebih seru kalau Bosse adalah seseorang yang bukan para tukang pos.
Seseorang yang memang bertugas memerintah dan mengatur para tukang pos,
menggowes fixie, dan mengirim cinta pada semua penerima setiap harinya,
juga sosok yang hobi lompat-lompat di atas tumpukan surat. Kira-kira
Bosse bakal mengaku nggak suatu hari? Memang jadi nggak seru sih, tapi untuk
mengobati penasaran. Jadi, bagaimana kalo Bosse menampakan diri di Gathering
#30HariMenulisSuratCinta esok? *tak apalah bila nyatanya Bosse itu cewek *berubah pake jakun
Sekalian mau ngomong, terima
kasih ya Bosse buat kesediaannya selama ini. Mulai dari mengadakan proyek
tahunan seseru #30HariMenulisSuratCinta, mengoordinasi para tukang pos,
mengirim surat cinta, hingga memberi hadiah tiap minggu. Ya, walau saya sendiri
belum pernah menang hadiahnya. Tapi, setidaknya saya belum pernah absen dalam
menulis surat hingga hari ini. Hebat kan, Bosse? Semoga, tahun depan dan
tahun-tahun seterusnya Bosse terus bersedia mengadakan lagi proyek ini agar
kami tidak malas untuk menulis. Sebelumnya, saya jarang mengisi blog. Namun, sejak ke klinik Tong Fang, eh sejak ikut #30HariMenulisSuratCinta syukurlah blognya penuh tulisan. *diem-diem kecup
Bosse*
Jangan capek dan bosan ya, Bosse.
Terlebih dalam menjawab pertanyaan dan mengantar surat cinta. Bunyi fixie Bosse
selalu ditunggu. Kriiing! Kriing! *peluk Bosse *cubit Bosse *usel-usel jidat Bosse
Senin, 11 Februari 2013
Minggu Pagi
Untuk seseorang yang berulang
tahun dua hari dari saat surat ini ditulis, Argo Wibowo, My Sunday Morning.
Sudah hari ke-29 proyek
#30HariMenulisSuratCinta. Sudah ada 28 tulisan yang gue sebar di blog,
kebanyakan fiksi dan fantasi. Rasanya lebih suka buat fiksi daripada
menceritakan realita *ngikik. Kecuali dua surat kaleng yang memang, gue akui, guelah
pelakunya. Lo juga sudah mengira, kan *kitikin sampe salto. Nah, kali ini gue
berusaha buat surat cinta asli, deh. Seharusnya sih pas ulang tahun lo lusa,
tapi dua hari terakhir besok suratnya bertema, jadi hari ini aja ya nulisnya *:
Walau agak sedikit lebih cepat,
gue mau ucapin ‘Happy birthday ya, Koko’. Akhirnya, kita bisa melewati
pertambahan umur bareng-bareng lagi. Ini tahun kedua, ya? Setelah Desember
kemarin gue yang berulang tahun, sekarang giliran lo yang bertambah tua. Iya
iya, tetap lebih tua gue *puas lo.
Semoga lo sehat dan selalu bisa
menjaga kesehatan. Inget tuh kemarin baru aja sakit sampe lima hari nggak
kerja. Sekarang, kalau disuruh sarapan nurut ya? Jangan alasan melulu. Terus
minum air putih minimal 8 gelas sehari kayak gue. Olahraga juga, tuh. Dulu,
Koko suka futsal, tapi sekarang nggak pernah *cubit*. Semoga skripsi lo lancar dan
cepat lulus. Semoga dapat berkah dan rezeki yang berlimpah dari kerjaan yang
sekarang. Semoga makin pede dalam mengembangkan bakat, baik desain, foto, atau
bakat menjadi bapak dari anak-anak kita nanti *ngakak *gombal coy! Terus,
semoga Koko semakin ganteng, bisa gemuk, tapi tetap setia sama gue. Awas lo!
(Untuk semua doa tadi: amin).
Oh iya, maaf ya Ko kalau kita
masih memakai panggilan ‘lo-gue’. Dari dulu kita suka diprotes gara-gara hal
ini. Katanya nggak romantis hehey! Tapi, nggak apa-apa ya selama nyaman. Maaf
juga kalau suka galak sama Koko. Tapi, akhir-akhir ini kayaknya lo deh yang
galak *grrr. Pas gue nulis surat ini, Koko baru aja telepon kalau sudah dapet
tiket kereta buat ke Jakarta weekend besok. Semoga kita benar-benar
dilancarkan-Nya buat ketemu ya. Semoga banyak rezeki biar bisa terus ketemu dan
nongkrong-nongkrong di coffe shop.
Amin. Kapan-kapan gue yang ke Semarang, deh. (LDR ya, Mas?)
Oke, sebagai penutup gue harap
Koko juga berdoa yang banyak buat diri sendiri di hari pertambahan umur nanti.
Sayangi diri lo, sayangi keluarga lo, sayangi gue. Jangan suka memendam kalau
ada masalah dan tegur gue kalau salah. Selamat ulang tahun, Dear. Miss you.
By: Your Saturday Night
Note: Semoga surat ini masuk blog
Pos Cinta ya *nyengir
Minggu, 10 Februari 2013
Engaged II
Aku tebak . . .
Pasti hari ini hatimu sangat berdebar-debar
Yah, aku pun begitu, hanya saja lebih tenang
Dasar, si tukang gelisah
Tenang, semua akan berjalan lancar kok
Ini hari kita, titik baru untuk memulai berdua
Sedari pagi ibu memberiku wejangan
Katanya katakan dengan tulus dan jujur
Bapak malah hanya duduk tenang
Berkata sambil menggit rokok
Katanya jadilah tampak jantan dan kuat
Maka, ayahmu akan merelakanmu
Sungguh tak sabar walau agak sedikit takut
Tak sabar untuk menjemputmu
Meminta izin untuk memilikimu
Mendampingiku dalam mengarungi sisa hidup
Tunggu aku malam nanti
Jangan lupa kenakan gaun pilihanku
Untuk: Lonia
Selamat berkemas diri, Cantik :)
Pasti hari ini hatimu sangat berdebar-debar
Yah, aku pun begitu, hanya saja lebih tenang
Dasar, si tukang gelisah
Tenang, semua akan berjalan lancar kok
Ini hari kita, titik baru untuk memulai berdua
Sedari pagi ibu memberiku wejangan
Katanya katakan dengan tulus dan jujur
Bapak malah hanya duduk tenang
Berkata sambil menggit rokok
Katanya jadilah tampak jantan dan kuat
Maka, ayahmu akan merelakanmu
Sungguh tak sabar walau agak sedikit takut
Tak sabar untuk menjemputmu
Meminta izin untuk memilikimu
Mendampingiku dalam mengarungi sisa hidup
Tunggu aku malam nanti
Jangan lupa kenakan gaun pilihanku
Untuk: Lonia
Selamat berkemas diri, Cantik :)
Sabtu, 09 Februari 2013
Engaged
Dear David
Aku pergi ke Jakarta sore ini
Dipercepat satu hari karena permintaan Mama
Tampaknya semua persiapan sudah selesai
Besok pihak keluarga lelaki datang
Semua masih terasa seperti mimpi
Mulai dari pertemuan denganmu
Hingga terciptanya jalinan cinta yang dibatasi
Kini, sayangnya kau dan aku harus sama-sama mengalah
Walau kita sudah berkeras diri
Aku tak berharap terlalu jauh untuk kamu datang
Paling tidak maafkan aku, maafkan diri kita, dan maafkan cinta kita
Doakan semoga dia lelaki yang baik untukku
Olive - Yang masih mencintamu
Aku pergi ke Jakarta sore ini
Dipercepat satu hari karena permintaan Mama
Tampaknya semua persiapan sudah selesai
Besok pihak keluarga lelaki datang
Semua masih terasa seperti mimpi
Mulai dari pertemuan denganmu
Hingga terciptanya jalinan cinta yang dibatasi
Kini, sayangnya kau dan aku harus sama-sama mengalah
Walau kita sudah berkeras diri
Aku tak berharap terlalu jauh untuk kamu datang
Paling tidak maafkan aku, maafkan diri kita, dan maafkan cinta kita
Doakan semoga dia lelaki yang baik untukku
Olive - Yang masih mencintamu
Kamis, 07 Februari 2013
Daster Mama
Mama, sudah lama banget
loh kita nggak saling sua. Dua belas tahun tepatnya. Mama terakhir melihatku
saat aku masih duduk di kelas satu SMP. Coba tebak sudah berapa kali hari ulang
tahun kulewatkan tanpa Mama. Padahal, tidak ada gantinya merasakan pelukan Mama
di hari bahagia itu, bahkan di setiap pagi dan malam kala aku butuh kehangatan
Mama. Lalu, beberapa bulan lagi giliran Mama yang bertambah umur, sayangnya
kita pasti tetap tidak bisa bertemu.
Jangan ditanya
bagaimana rindunya. Aku memang bukan anak cengeng. Bahkan, aku dengan mudahnya
tegar ketika Mama pergi dulu. Tapi, tak jarang aku terbaring pilu kala sakit,
ingin dirawat Mama. Tak jarang aku melamun kosong ketika melihat orang lain
membanggakan mamanya. Apa perpisahan itu selalu menyedihkan ya, Ma? Ternyata aku begitu menginginkan Mama. Tapi
memang tak guna bila aku menyesali keadaan.
Maaf bila sudah menjadi
anak nakal. Belum bisa membuat Mama bahagia dan bangga. Mama pergi ketika aku
belum bisa membuktikan apa-apa. Ada dayaku demi meminta Mama ada. Keinginan
kita berdua tak cukup kuat untuk itu. Miliran kata rindu pun tak akan
berpengaruh. Sesekali aku melihat Mama dan pandangan yang selalu sama seperti
dulu, menenangkan dan nomor satu. Ya, aku melihat Mama dalam mimpi-mimpi.
Tapi, tak ada yang
dapat membuat tenang dan mengobati rindu selain untaian kata doa untukmu. Aku
pun yakin Mama bahagia sekarang. Semua memang tidak dapat kita ubah atau
pertahankan selalu. Semoga kita selalu saling mengenang. Aku ingat kepingan
kenangan bersama Mama, seperti ketika Mama mengucir kuda rambutku sebelum aku
pergi sekolah, ketika Mama membuat kepalan nasi berbentuk pesawat agar aku mau
makan, hingga kenangan pahit ketika Leukimia merenggut kebersamaan kita untuk
seterusnya. Berbahagialah di sana, Ma. Aku akan menemanimu dengan doa.
Dari: Anak tengah yang
suka memakai baju dastermu.
Rabu, 06 Februari 2013
Almond dan Trigonometri
Pagi ini kamu tampak berantakan. Sebagian
baju seragam belum dimasukkan dengan rapi. Rambut yang masih separuh basah sedikit
menutupi kening. Bahkan, buku-buku pelajaran masih tergenggam di tanganmu,
belum sempat dimasukkan ke dalam tas. Pasti kamu hampir telat lagi. Lima menit
saja langkahmu diperlambat, maka gerbang sekolah akan ditutup. Pantas, aku
lihat napasmu tersenggal dan wajahmu memerah. Mengapa kamu tetap menarik?
Sikapmu, seperti biasa, selalu
ceriwis ketika ada pekerjaan rumah. Masih ada beberapa menit sebelum Pak Harjo,
guru Matematika, datang dan meminta tugas. Kamu yang pintar, tapi pemalas,
segera duduk di sampingku dan dengan menyebalkan menarik-menarik buku tugas
yang sedang aku simpan. Berjanji akan membelikan semangkuk mie ayam atau
sebatang cokelat almond kalau aku mau membagi jawaban. Mengapa aku selalu baik
padamu?
Angka-angka Trigonometri
terpampang di papan tulis. Istilah Sinus, Cosinus, dan Tangen memenuhi otak. Derajat-derajat
angka menghasilkan nominal lain. Dengan suara lantang sang guru berkata-kata. Semua
mata melihat ke depan, takluk. Aku tak perlu takut karena ini mata pelajaran
kesukaanku. Tapi, mengapa justru pikiranku tertuju padamu?
Tiba waktu makan siang, aku
bergegas berdiri namun kamu lebih dulu menahanku untuk pergi. Dengan raut manis
dan tatapan tajam kamu memperlihatkan barisan rapi gigi-gigi di balik senyummu
yang dengan kuatnya akan membuatku sulit terlelap malam nanti. Sepersekian detik
kamu memegang tanganku, menyentuh kulitku, terasa sampai ke naluri hingga
menyadarkan aku dari khayalan singkat. Wangi tubuhmu pada akhirnya membuat aku
terjatuh lebih larut dalam daya pikir imajiner. Mengapa aku begitu tergoda?
“Boleh aku bicara?” Katamu. Tentu
saja aku mengangguk, dengan cepatnya. Kembali terduduk di sampingmu dan sempat
mematung kalut. Kalut karena bahagia dan merasakan debaran unik. Bibirku
sedikit ragu memulai bicara karena terlalu banyak yang ingin dikatakan. Bicara saja.
Aku sudah terlanjur takjub dengan adanya kamu. Aku tak akan pergi, bahkan
berdiri. Aku pikir kita memang cocok. Berteman sejak lama dan saling bercerita.
Hingga kamu buka kata-kata itu. Mengapa kamu ternyata mencintai sahabatku?
Note: Maafkan aku yang (mungkin) sudah
merusak keadaan kita
Dear: Sahabatku, cinta pertamaku
Selasa, 05 Februari 2013
Untuk Tomoaki Araide
Dear: Tomoaki Araide
Bila teman-temanku
menginginkan pasangan seorang dokter, aku tidak
Bila teman-temanku
memuji-muji profesi dokter, aku biasa saja
Bukan tidak
suka, tapi hanya berbeda selera
Namun,
semua berbeda cerita ketika kenal kamu
Seorang
tokoh bukan utama, namun menjadi penting
Kehadiranmu
di beberapa cerita membuat terkesan
Mungkin
yang lain lebih memilih Si Detektif SMA, Sinichi Kudo
Beberapa
tergila dengan kehadiran pencuri ulung, Sang Kaito Kid
Ada juga
yang jatuh hati pada sosok kecil Conan Edogawa
Tapi,
aku memilih menulis surat cinta ini untuk seorang Araide
Dokter
muda tampan, baik hati, berwawasan luas, juga perhatian
Dalam balutan
seragam kebesaran yang tetap membuat wajahmu teduh
Ah,
Araide. Seharusnya aku bisa menulis dengan Kanji atau Hiragana
Setidaknya
membuatmu lebih terkesan den mengerti
Membaca
di bawah naugan kelopak sakura yang bermekaran
Dengan
pipimu yang kemerahan karena sinar hangat mentari sore
Dan kacamata
yang membuatmu tampak semakin cerdas
Sungguh
sosok yang lembut dan membekas di pikiran
Apakah
Vermouth, pesuruh Organisasi Berbaju Hitam, melukaimu?
Dulu,
wanita cantik itu pernah menyamar menjadi dirimu
Aku
harap kamu kembali ke kehidupan normal dengan selamat
Tenang
saja, Conan, FBI, Kogoro, dan kepolisian Beika selalu siaga
Kamu
tentu tidak ingin ada pertempuran sengit
Tapi,
yakinlah semua akan baik-baik saja, segera
Teringat
jejak-jejak kakimu yang cepat di atas lantai kayu dan tatami
Ketika
bersegera menolong seseorang yang kesusahan
Aku rasa
kehadiranmu sangat dibutuhkan dalam setiap cerita
Semoga
Ran, Sonoko, ataupun Kazuha tidak akan menaruh hati padamu
Semoga
kamu selalu ceria dan bisa membantu yang sulit
Terima
kasih atas adanya dirimu, Dokter
Dari: Penikmat sosokmu
Senin, 04 Februari 2013
Tennesse
To: Ryan McDusen
Halo, Dear. How R you? Bagaimana musim panas di Tennesse? Oh
God, how could I miss you so much like this. Kamu tahu kita sudah 6 bulan tidak bertemu.
Sejak kepergianmu pulang ke tanah kelahiran. Tempat di mana sebuah band tumbuh,
band yang akhirnya membuat kita bertemu pertama kali di Garuda Wisnu Kencana,
Bali, satu tahun lalu. Lima manusia (ya, sebelum menjadi 3) yang bermain musik,
menjadi kesukaan kita bersama. Paramore.
Sebenarnya mudah saja mengenangmu, seperti sekarang. Memutar lagu-lagu
mereka ketika menulis surat ini, tergugu karena sesekali mengusap kenangan yang
menggenang di pelupuk mata. Lalu, nada-nada
itu terdengar lembut dan menyenangkan.
And when it rains on this side of town, it touches everything. Just say
it again and mean it. We don’t miss a thing. You made yourseldf a bed. At the
bottom of the blackest, and convinced yourself that it's not the reason you don't see the sun anymore
. . .
Kamu
tentu ingat betul liriknya. Yeah, its
been so long time ago. We met for the first time in the rainy night. Butiran
hujan turun memaksa kita berlari menuju venue lebih cepat. Ketika itu, maafkan
aku tak sengaja menginjak kencang kakiku hingga kamu memasang muka marah. Tanpa
diatur ternyata kita duduk bersebelahan di tribun. Pertemuan pertama berlanjut
ke pertemuan berikutnya. Makin hangat dan dekat. Dari satu event ke event lain. Berpegangan
tangan dari lagu ke lagu. Mengenakan tees
dan handband kesukaan. Mengenang bisikanmu
saat kebisingan mengelilingi: “I love you, My Lucy.”
Menyakitkan
memang saat kita harus berpisah. Namun, kita tak benar-benar berpisah. Masih
bisa bertemu kapan pun waktu berkehendak. Saat liburan musim semi nanti
mungkin. Bukankah kamu bilang rindu suasana Indonesia? Merasakan cuaca yang
katamu hangat, padahal menurutku panas. Sekiranya kamu akan segera datang,
membawa ingatan dan menciptakan cerita. Jangan sedih karena kita sebenarnya
selalu bersama dalam rasa memiliki.
This time I will be listening, sing us
a song and we’ll sing it back to you. We could sing our own but what would it
be without you . . . this heart, it beats, beats for only you . . .
Mungkin
kata-kata itu agak berlebihan. Tapi, memang hanya nama Ryan McDusen . . . emm .
. . maksudku, aku benar-benar ingin melihatmu Mr. Caucasian. Oh iya, kamu sudah
mendengar lagu-lagu dari Novel American? New
band of Josh Farro. I think it’s good. Kita selalu menyayangkan mengapa Duo
Farro keluar dari Paramore. Tapi, aku pikir Hayley, Taylor, dan Jeremy akan
bisa bertahan seperti dulu. Bukan soal kehilangan, tapi berusaha tetap kuat. Yeah, maybe like us. Seperti kata-kata
Hayley di atas tees putihku “Keep Fighting with Love”. Tees yang berhasil ditandatangi melalui
perjuangan keras kita. Walau kamu tidak mendapatkannya. Tapi, aku pikir di
Tennese kamu memiliki akses lebih luas untuk bertemu mereka. Ah, kapan kita
bisa menghabiskan waktu bersama berbicara mengenai lagu-lagu itu lagi.
Masih
banyak yang ingin aku sampaikan. Mungkin kamu bisa menelponku saat sudah tidak
sibuk atau sekadar mengirim e-mail singkat.
Semoga semua ujian kuliahmu mendapat nilai terbaik. Sampaikan salam untuk
bunga-bunga musim panas. I miss you much.
From: Lucy Erlita
Minggu, 03 Februari 2013
Kelahiran
Dari balik kaca jendela mobil Ayah
Aku baik-baik saja, Mas. Jangan terlalu khawatir. Aku benci melihat wajahmu yang dirundung gelisah dan kalut. Buktinya, aku masih bisa menulis surat untukmu. Selesaikanlah segala urusanmu, setelah itu segera datang.
Perjalanan yang cukup lama menuju rumah sakit. Akhir minggu di pinggiran kota ini membuat jalanan begitu padat. Ditambah cuaca yang mendadak gelap dan hujan rintik. Tapi tak mengapa, aku tetap sabar di kursi ini. Sesekali aku lihat sepasang manusia tetap tersenyum gambira di atas motornya walau badan mereka dibasahi hujan. Sang wanita membisiki sang lelaki, tampak manja dan penuh kasih. Aku sontak terenyuh dan ingat kamu. Sepasang lain berteduh di serambi-serambi toko sambil tetap bercengkrama. Ternyata, sebuah kebersamaan lebih menyembuhkan daripada apa pun.
Pembukaan dua. Anak pertama kita. Dalam keadaan seperti ini harusnya aku masih bisa bekerja dengan mesin jahit membuat baju-baju mungil untuk calon bidadari kita. Tapi, dokter berkata pembukaan berikutnya akan terjadi dengan sangat cepat dan mungkin berpengaruh pada fisikku. Oleh karena itu, ayah dan ibu sepakat membawaku ke rumah sakit.
Jangan takut. Walau sedikit tak tenang hatiku karena persalinan pertama ini. Kamu menikahiku. Aku memilihmu, berkata iya. Kamu seorang lelaki penuh tanggung jawab. Kala kita harus dipisahkan benua karena pekerjaanmu, kita tak gentar. Kita calon ayah dan ibu yang baik dan kuat. Selesaikan setiap hal yang kita jalani. Doamu saja aku rasa sudah cukup menghangatkanku. Ketika kamu tiba pasti bidadari kita sudah menyambut dengan garis indah dari bibir mungilnya. Aku menunggumu dengan kasih dan sabar, Mas.
Untuk: Suami terhebat, Mas Reno
Dari: Penyayangmu, Witya
Sabtu, 02 Februari 2013
Odet
Untuk Mina di tendanya
Tidak sungkan sebenarnya aku menulis surat ini. Hanya saja aku takut kamu tertawa. Seorang teman meremehkanku dan berkata "Buat apa menulis surat cinta untuk Mina. Saat suratmu sampai, dia mungkin sedang datang ke pesta-pesta tuan tanah kaya yang ia kenal. Kamu hanya pelatih singa sirkus. Amatir." Hanya beberapa detik aku gentar, tapi aku yang mengenalmu yakin kamu tak akan melewatkan suratku untuk sekadar dibaca.
Ya. Aku memang hanya seseorang yang berkutat dengan hewan buas untuk sirkus, sedangkan kamu adalah asisten kesayangan The Greatest, pesulap ternama kebanggaan sirkus kita. Penampil di kelas-kelas yang hanya dapat dibayar para saudagar, tuan tanah, atau orang kaya lainnya. Aku sering melihatmu keluar dari tenda setelah penampilan kalian. Kamu pun pasti pernah melihatku, di balik jeruji besi sambil memegang cambuk, tentunya. Mungkin kamu memang tidak tertarik sama sekali denganku, tapi izinkan aku jatuh hati padamu.
Hari ini aku beranikan menulis surat dan mengendap ke dalam tendamu untuk meletakannya di atas meja kostum milikmu. Malam ini sepertinya akan ada pertunjukkan spektakuler. Entah kapan aku bisa duduk di bangku penonton dan melihatmu tampil. Sepertinya masih butuh kerja keras hingga koin-koin hasil bekerjaku cukup untuk membeli tiket eksekutif itu.
Ya, semoga waktu itu tidak terlalu lama. Tapi sebelumnya, bolehkah aku dengan lancang mengajakmu sekadar duduk mengobrol di sebuah cafe kecil di depan kawasan sirkus? Nanti malam setelah kamu selesai unjuk diri. Aku tunggu di depan pintu masuk. Bila pun kamu tidak ingin, aku akan segera pulang tanpa kemarahan. Aku harap kamu bisa.
Tertanda
Odet, pengagum di balik seragam pelatih sirkus.
Langganan:
Postingan (Atom)