Based on Dancing With My Father by Luther Vandross
In Project of "11 Days Project (hari ketujuh, buku kedua)" by www.nulisbuku.com
Tidak akan pernah ada narasi yang tidak
menyisakan keharuan bila harus menceritakan ayah. Seorang sosok yang keras
perangainya, namun rasa sayangnya berlimpah ruah. Seumur hidup Ayah, aku selalu
takut padanya, selalu segan, dan terkadang antipati. Bukan aku membenci Ayah,
hanya saja sifatnya seperti utara dan selatan bila dibandingkan dengan Mama.
Mama, dengan sifatnya, aku berani saja membangkang atau merengek. Ayah, sedikit
saja aku melanggar jam pulang sekolah, maka keras perangainya akan
terlihat. Ayah tidak pernah memukul, tidak pernah menyakiti fisik. Hanya
saja, di dunia ini, ada beberapa sosok yang hanya dengan kata-katanya bisa
membuat aku tertunduk, menangis, lalu antipati.
Ayah, sosok keras perangai yang setiap
adzan subuh bahkan belum berkumandang, sudah membuka jendela rumah dan memasak
air untuk mandinya sendiri. Ayah, yang sampai saat ini tidak akan bisa aku
kenang sosok disfungsionalnya karena bagiku, dia selalu fungsional, taat pada
kewajibannya sebagai sosok yang seharusnya. Oleh karena itu, tidak berlebihan
bila aku berkata kalau tidak akan ada ingatan tentang Ayah dalam sosok yang
lucu. Mungkin karena waktu kami terlalu singkat dan aku terlalu segan padanya.
Sayang karena takut, bukan sayang karena sebenarnya sayang seperti rasa sayang
aku ke Mama.
Tapi, di balik semua kenangan tentang
sosok keras perangai itu, tidak tahu mengapa aku selalu mengaguminya. Selalu
ada rasa haru yang harusnya berubah jadi bakti seandainya Ayah bisa
merasakannya, saat ini. Namun, semua itu mungkin berbeda kalau Ayah masih ada
dalam dunia konkret. Bukankah semua akan terasa indah saat sudah tidak ada. Di
balik semua sifat Ayah yang cenderung aku takuti atau tepatnya segani, tetap
selalu ada sifat yang ingin aku temukan lagi dalam sosok lain, mungkin kakak
lelaki aku atau ayah dari anak-anak aku nanti. Ayah si keras perangai, selalu
membuka jendela setiap pagi, bahkan sebelum adzan subuh berkumandang. Ingat,
tidak boleh ada sesak untuk sesuatu yang sudah tidak ada.
Mama has to read it! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar