10 November, 66 tahun yang lalu, di Surabaya, Jawa Timur, merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia melawan segala penjajahan dalam statusnya yang diproklamasikan untuk merdeka pada beberapa bulan sebelumnya. Tanggal tersebut juga menjadi titik awal untuk melanjutkan (sisa) perjuangan warga negara untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya. Kemerdekaan yang bukan hanya sebagai status dan diakui, namun merdeka di segala bidang, namun tetap dari rakyat dan untuk rakyat.
Beberapa hari sebelum tanggal 10 November 66 tahun lalu, seorang pemimpin Belanda bernama W.V.Ch. Ploegman mengibarkan bendera merah-putih-biru di depan hotel Yamato, Surabaya, tanpa seizin pemerintahan RI. Padahal saat itu telah ada perintah bahwa sang saka merah putih "wajib" dikibarkan di seluruh wilayah RI. Sekumpulan pemberani, pribumi asli, memberanikan diri untuk memaksa sisa penjajahan itu untuk rela mengakui kedaulatan negara Indonesia, dengan cara menurunkan bendera Belanda. Tidak adanya kesepakatan dalam perundingan menciptakan awal perkelahian. Pemimpin Belanda itu tewas tercekik oleh seorang pribumi, yang kemudian juga tewas oleh pengawal sang pemimpin. Lalu, beberapa pemuda lainnya berinisiatif untuk memanjat ke tiang bendera, lalu merobek bagian warna biru dari bendera Belanda, sehingga menjadi sebuah bendera berwarna merah dan putih.
Setelah insiden hotel Yamato, terjadi berbagai insiden antara Indonesia dan pihak penjajah, termasuk Inggris. Puncaknya, terbunuhnya Brigadri Jendral Mallaby yang membuat pihak Inggris marah besar dan mengeluarkan ultimatum pada tanggal 10 November 1945 agar warga negara RI menghentikan perlawanan, namun ditentang oleh warga negara RI sendiri. Hal ini membuat pihak lawan melancarkan serangan ke berbagai wilayah Surabaya dan mewaskan hingga ribuan orang. Peperangan ini memunculkan rasa nasionalisme bagi warga negara di wilayah RI lainnya, sehingga memunculkan gerakan serupa untuk mengusir penjajahan. Banyaknya korban yang berjatuhan dalam usaha memerdekakan bangsa, membuat hari itu ditetapkan sebagai hari pahlawan.
66 tahun yang lalu. Itulah contoh pergerakan kepahlawanan yang muncul. 66 tahun kemudian, saat ini, pasti definisi baru tentang pahlawan lebih banyak bermunculan. Mungkin, seperti gue sendiri, bisa mendefinisikan pahlawan itu seperti karakter Peter Petrelli yang diperankan oleh Milo Ventimiglia dalam serial Heroes. Ada lagi, yang sudah sering didengar adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yaitu guru. Lain lagi mungkin mendefinisikan sosok ayah dan ibu sebagai pahlawan, atau para atlet yang berjuang mengharumkan nama bangsa. Semua pendapat benar, apa lagi kita hidup di negara yang sudah merdeka. Bayangkan jika kita hidup di masa 66 tahun lalu, maka apa definisi pahlawan yang akan muncul di pikiran kita? Maka, berbahagialah kita tak harus hidup di masa 66 tahun lalu, dan menikmati masa yang sudah demikian maju karena awalnya diperjuangkan kemerdekaaannya.
Selamat hari pahlawan! Siapa pun itu, baik dulu maupun sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar