Minggu kemarin, tanggal 25 September 2011, sekitar pukul 10.55, terjadi lagi teror bom di Indonesia. Kali ini motifnya bom bunuh diri. Peristiwa itu terjadi di Gereja Betel Injil Supenuh (GBIS), Solo. Kejadian ini membuat satu orang, yaitu pelaku bom itu sendiri, meninggal di tempat kejadian, sedangkan belasan orang luka-luka.
Gue pertama kali tau berita ini ketika hari Minggu siang itu, sepulang dari lari pagi ke Gelora Bung Karno, Senayan, gue ngebaca status BBM temen gue, seorang Nasrani, yang menulis kata-kata seperti ini (kira-kira): "Semoga pelaku bom bunuh diri di GBIS masuk neraka Jahannam." Setelah gue buka twitter, memang di timeline sedang ramai-ramainya ngomongin kasus ini.
Jenazah pelaku dideskripsikan memakai kemeja putih dan rompi. Ia masuk ke gereja saat para jemaat sedang melakukan kebaktian rutin dan membaurkan diri dengan mereka. Korban sekaligus pelaku meninggal dengan bagian perut hancur. Mungkin bom tersebut, menurut asumsi gue, diletakkan di dekat perut.
Mendengar berita ini, dan tentu saja cacian dari banyak orang terhadap sang pelaku, baik dari warga Nasrani sendiri maupun tokoh agama lainnya, gue berharap, sungguh, pelaku bom tersebut bukan lagi-lagi warga Muslim yang sudah terlalu sering dianalogikan dengan istilah "terorisme". Tapi, akhirnya, kenyataannya sesuai ketakutan gue. Saat menonton berita di televisi, pada jam makan siang di kantor, gue mendengar dari si pembaca berita kalau si bomber bernama Ahmad bla bla bla. Nama yang sangat identik dengan Musim. Ternyata, nama asli si bomber bukan itu. Gue kurang tau banyak sih, tapi, lagi-lagi menurut asumsi gue, si bomber mendapatkan nama baru untuk menyembunyikan identitas asli atau setelah mengikuti doktrin tertentu. Si pembaca berita pun mengatakan bahwa alasan pelaku untuk mengerjakan "proyek" bunuh diri itu adalah JIHAD. Oh my Godness. Gue sebagai Muslim hanya bisa mikir....arghhhh... "Look what you have done Man! Lo udah buat agama lo dan saudara lo sesama Muslim nanggung beban!" Beban di sini, maksud gue, adalah tuduhan dari pihak tertentu yang mungkin langsung menyalahkan umat Muslim dan menganggap cap teroris adalah selalu untuk Muslim. Jihad? Jadi, ini cara jihad menurut sebagian orang? Merusak ketenangan hidup umat agama lain yang bahkan mungkin nggak pernah merusak ketenangan agama gue. Okelah, mungkin gue nggak ngerti apa itu tujuan mereka, apa yang ada di pikiran mereka (tentang kaum Nasrani dan jihad), dan gue nggak paham kenapa hal-hal seperti itu yang ada di otak mereka. Ya, jihad itu memang ladang amal. Tapi, bandingin dong dengan zaman Nabi dulu. Nggak semuanya bisa disamain begitu aja. Bahkan, Nabi Muhammad Saw. bersikap sangat lembut kepada orang yang meludahi mukanya dan bersikap sangat baik walau kepada non-Muslim. Beliau dan para sahabat, menurut gue, punya cara yang "pantas" dalam menerapkan perang atau kegiatan sejenis jihad. Nggak kayak pelaku bom akhir-akhir ini.
Entahlah, sekali lagi, gue bener-bener nggak begitu paham atas masalah bom, jihad, doktrin ini-itu atau apa pun yang berhubungan. Tulisan ini hanya gue buat sebagai pelampiasan rasa kecewa gue atas langkah yang diambil para bomber yang pada akhirnya membuat nama Muslim sendiri tercoreng. Padahal, Islam itu damai.
When the world can be healed??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar