Akhir minggu kemarin terasa sangat wah! Bukan karena menghabiskan banyak materi, lebih karena menghabiskan banyak waktu dan tempat, dengan Argo. Setelah Kamis menikmati sisi kekanakan dengan menonton Monster University, masih ada destinasi yang ternyata bisa didatangi dalam waktu sehari sekaligus.
Sabtu menjelang siang, coba kembali ke tempat yang dulu jadi tempat (kalau kata anak gaul) first date (and at the first meet); La Piazza Kelapa Gading. Walau sekarang harus menempuh perjalanan cukup jauh dari Lenteng Agung (karena dulu masih tinggal di Rawamangun yang notabene lebih dekat dengan Kelapa Gading), tapi tidak rugi tetap ke sana, sekadar makan siang dan mampir ke toko buku, lalu ditutup dengan "ngopi-ngopi" di sebuah coffee shop. Perjalanan dilanjutkan ke daerah Matraman menggunakan salah satu transportasi favorit Argo, Trans Jakarta. Di sana, tujuan utama adalah datang ke salah satu toko buku lain. Dengan nama toko yang sama, hanya saja lebih lengkap dan besar. Di sana, terbelilah antologi sebagai koleksi baru. Terbukti, atmosfir toko buku itu selalu menyenangkan, entah kenapa. Keluar dari toko buku, kembali menggunakan Trans Jakarta menuju arena Jiexpo, yes, apa lagi kalau bukan ke Pekan Raya Jakarta. Menghabiskan sisa tenaga dan waktu dengan melihat aksi super menghibur dari Endah N Rhesa dan Maliq & D'Essentials. Penutupan malam yang nyaris sempurna.
Hari minggu, walau agak kesiangan, terwujudlah keinginan untuk datang ke Taman Suropati. Dulu, saat tinggal di Rawamangun kerap melewati tempat ini, namun baru kemarin bisa datang ke sana. Menggunakan kereta api listrik yang dilanjutkan dengan bajaj, hinggaplah di taman yang memang (ternyata) menyenangkan ini. Di dalamnya, ada sekumpulan orang sedang berlatih biola dan mengukir kayu. Ada juga kawanan burung dara yang sengaja dipelihara di sana. Keluar dari arena taman, berjalan menuju daerah HI melewati susunan rumah-rumah megah milik para pejabat dan kadubes. Daerah Imam Bonjol memang dikenal sebagai rute dengan gugusan rumah-rumah petinggi. Dari shelter HI, Trans Jakarta kembali menjadi pilihan; menuju daerah Kota Tua. Argo ternyata penyuka situs sejarah, sehingga di sana tempat yang menjadi tujuan utama adalah museum. Hari itu, kawasana Kota Tua sangat ramai dikunjungi warga. Menjelang sore, kereta api kembali menjadi pilihan sebagai kendaraan pulang. This is i called "have my time done succesfully."
Orlando and Me
May i say that imagination is a big part of my life?
Senin, 01 Juli 2013
Rabu, 15 Mei 2013
For May 16 2013
If I could, i will back to the time when we first meet, when we felt so head over heels, and the time when i tried to slow my heartbeat down so you wouldn't see my cheeks blushing and hear my slip-of-the-tounge. Crazy to realize that we have been through 2 years as 'not-just-a-friend'.
Dear the lovey dovey . . .
I have a short story for you
Suatu hari, kelinci kecil bertelinga pendek mengintip dari jeruji kayu tempat ia dipelihara. Di ujung matanya, terlihat seekor rubah perak berdiri merasakan hangat matahari. Rubah itu mengerjap-ngerjap kesilauan, namun tersenyum dan bertahan di tempatnya. Kelinci kecil mencari celah agar dapat menyusupkan badan. Andai seekor kucing atau anjing pasti dapat dengan mudah menggali tanah dengan cakarnya, begitu pikir si kelinci. Namun, ia memaksa hingga akhirnya badannya tersangkut dan nyaris tak bisa keluar. Sang rubah menghampiri dan menyentuh hidung si kelinci dengan hidungnya. Seketika si kelinci merasa takjub dan segera menghentak-hentakkan kaki kecilnya ke tanah agar badannya bisa lepas. Tak lama, ia berhasil dan dengan terpesona, berdiri, di depan si rubah perak. Matahari berbagi sinar hangat untuk kedua makhluk itu.
Hahaha . . . This is a random writing. But, all i can conclude is . . . love is all you need and all you need is love. Whoever you are.
Oke, lo benci kalau gue kebanyakan nulis pake bahasa Inggris. Tapi, salah satu inti dari tulisan di atas adalah; mungkin kita sama-sama merindukan masa-masa pertama dulu. Ketika rasanya masih serba baru, serba indah, dan terlalu sentimentil. Sebut itu 'kasmaran'. Namun, jangan tanya setelah hitungan bulan sudah mencapai hampir angka 24. Tidak ada 'serba', namun 'beragam'. Sudah ada berapa pertemuan? Berapa perdebatan? Berapa tawa dan tangis? Berapa film yang ditonton bareng? Berapa gelas kopi dinikmati saat bersama? Berapa putaran kota dihabiskan? Berapa 'ngambek' yang dihadapi? Berapa lain-lain yang menunjukkan kita ada? THANK YOU VERY MUCH.
Hahaha... Maaf kalau masih susah menjadikan apa yang lo suka menjadi yang gue suka. Kita suka berdebat soal selera. Mulai dari Totenham Hotspurs sampai finalis X-Factor bisa bikin kita berargumen mati-matian. Juga mulai dari Adam Levine sampe Megan Fox. Sampe susahnya gue membuka helm sendiri saat naik motor bareng lo dan lo bilang, "Apa sih yang lo bisa?" Sial! Ingat terakhir lo ngotot, "Nonton Iron Man ulang, tapi yang 3D kayaknya seru." Setelah nonton yang 3D lo malah bilang, "Gue mual. Tadi gue sempet tidur." Atau inget ketika gue ngotot di telepon, "Ko, kok nggak bales ucapan 'Good Morning' gue di sms tadiiii?" Lo jawab, "Apaan! Justru gue yang ngucapin duluan. Lo ga baca?" Gue: "Masa???" Hal begini bisa bikin debat ringan haha! SORRY FOR EVERYTHING I MAKE YA DOWN AND BLUE.
Yeah, buat after all, this is our day. Doanya pasti bisa ditebak karena selalu sama seperti peringatan bulan-bulan sebelumnya. Tapi, mungkin harus lebih rajin berdoa dan dikuatin 'amin'-nya. OK?
Oia, terima kasih hadiahnya. Jangan lupa yang dari gue sering-sering dipake dan dicuci. Hihi!
Au neko, Argo.
Happy 2nd Anniversary, btw (:
By: @desimanda - The Saturday Night
Dear the lovey dovey . . .
I have a short story for you
Suatu hari, kelinci kecil bertelinga pendek mengintip dari jeruji kayu tempat ia dipelihara. Di ujung matanya, terlihat seekor rubah perak berdiri merasakan hangat matahari. Rubah itu mengerjap-ngerjap kesilauan, namun tersenyum dan bertahan di tempatnya. Kelinci kecil mencari celah agar dapat menyusupkan badan. Andai seekor kucing atau anjing pasti dapat dengan mudah menggali tanah dengan cakarnya, begitu pikir si kelinci. Namun, ia memaksa hingga akhirnya badannya tersangkut dan nyaris tak bisa keluar. Sang rubah menghampiri dan menyentuh hidung si kelinci dengan hidungnya. Seketika si kelinci merasa takjub dan segera menghentak-hentakkan kaki kecilnya ke tanah agar badannya bisa lepas. Tak lama, ia berhasil dan dengan terpesona, berdiri, di depan si rubah perak. Matahari berbagi sinar hangat untuk kedua makhluk itu.
Hahaha . . . This is a random writing. But, all i can conclude is . . . love is all you need and all you need is love. Whoever you are.
Oke, lo benci kalau gue kebanyakan nulis pake bahasa Inggris. Tapi, salah satu inti dari tulisan di atas adalah; mungkin kita sama-sama merindukan masa-masa pertama dulu. Ketika rasanya masih serba baru, serba indah, dan terlalu sentimentil. Sebut itu 'kasmaran'. Namun, jangan tanya setelah hitungan bulan sudah mencapai hampir angka 24. Tidak ada 'serba', namun 'beragam'. Sudah ada berapa pertemuan? Berapa perdebatan? Berapa tawa dan tangis? Berapa film yang ditonton bareng? Berapa gelas kopi dinikmati saat bersama? Berapa putaran kota dihabiskan? Berapa 'ngambek' yang dihadapi? Berapa lain-lain yang menunjukkan kita ada? THANK YOU VERY MUCH.
Hahaha... Maaf kalau masih susah menjadikan apa yang lo suka menjadi yang gue suka. Kita suka berdebat soal selera. Mulai dari Totenham Hotspurs sampai finalis X-Factor bisa bikin kita berargumen mati-matian. Juga mulai dari Adam Levine sampe Megan Fox. Sampe susahnya gue membuka helm sendiri saat naik motor bareng lo dan lo bilang, "Apa sih yang lo bisa?" Sial! Ingat terakhir lo ngotot, "Nonton Iron Man ulang, tapi yang 3D kayaknya seru." Setelah nonton yang 3D lo malah bilang, "Gue mual. Tadi gue sempet tidur." Atau inget ketika gue ngotot di telepon, "Ko, kok nggak bales ucapan 'Good Morning' gue di sms tadiiii?" Lo jawab, "Apaan! Justru gue yang ngucapin duluan. Lo ga baca?" Gue: "Masa???" Hal begini bisa bikin debat ringan haha! SORRY FOR EVERYTHING I MAKE YA DOWN AND BLUE.
Yeah, buat after all, this is our day. Doanya pasti bisa ditebak karena selalu sama seperti peringatan bulan-bulan sebelumnya. Tapi, mungkin harus lebih rajin berdoa dan dikuatin 'amin'-nya. OK?
Oia, terima kasih hadiahnya. Jangan lupa yang dari gue sering-sering dipake dan dicuci. Hihi!
Au neko, Argo.
Happy 2nd Anniversary, btw (:
By: @desimanda - The Saturday Night
Sabtu, 20 April 2013
Human is a Human
Ternyata
teori-teori biologi, mulai dari yang diungkapkan oleh Darwin hingga teori
Kosmis, atau ide bahwa manusia adalah mamalia dan vivipar, tidak mampu
menyentuh sebuah fakta bahwa manusia adalah makhluk ultra-peka atau
ultra-sensitif. Dua hal tersebut akhirnya membuat manusia menjadi makhluk lemah
super-unik. Kenapa disebut ultra-peka dan ultra-sensitif? Karena kenyataannya
manusia, saya, Anda, mereka, terkadang sangat peka terhadap yang orang lain
lakukan, terutama hal negatif. Aneh rasanya bila kita harus 'mengiyakan' bahwa
orang lain lebih tertarik membicarakan kekalahan daripada kemenangan kita,
bahkan bila mereka itu sahabat atau keluarga Anda sendiri. Pikir, deh! Dan
tanyakan; Apa hal negatif lebih seru dibicarakan? Di sisi lain, manusia menjadi
sangat sensitif, hatinya mudah tersinggung dan beubah-ubah.Yeah, human is a
human. Mereka indah karena lemah, mereka terkadang sangat 'disfungsional' dan 'complicated', oleh
karena itu menjadi menjadi makhluk super-unik. Lagi-lagi, mungkin soal budaya.
Saya pikir, beberapa orang di negara lain tidak 'seperhatian' orang Indonesia
yang saking perhatiannya sampai bisa menyebarkan berita dengan cepat dari mulut
ke mulut. Weird!
Tapi, sungguh kasihan bila lagi-lagi harus menyalahkan negeri
sendiri. Karena tidak semua orang begitu atau bahkan saya sendiri yang seperti
itu. Tapi, berbicara hal ini tentu didasari oleh pengamatan sendiri. May
God saves us from the other's annoying thinking.
Aku Mau Kayak Bule
Sebenarnya mau
menuliskan hal ini di Twitter, tapi akhir-akhir ini terasa kurang nyaman
menulis di micro blogging itu. Mungkin karena sudah terlalu banyak 'bentrokan'
pikiran di linimasa yang terbaca.
Ceritanya begini .
. .
Siang tadi, gue
kebetulan ada di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Utara. Dengan menaiki Commuter
Line dari Stasiun Lenteng Agung, turun di Stasiun Kemayoran, dan menyambung
naik angkot arah Senen. Tapi, bukan itu inti ceritanya. Karena suatu
kepentingan, gue harus mengantri tiket di salah satu loket yang cukup ramai.
Entah ada berapa banyak penduduk Jakarta hingga hari ini yang gue lihat adalah
keramaian di mana-mana. Di salah satu loket, gue melihat kawanan turis asing
sedang antri. Mereka berjumlah lima orang; tiga lelaki dan dua orang perempuan.
Sudah menjadi hukum alam bila ada hal yang tidak biasa akan menjadi daya tarik
bagi orang lain (bisa disebut norak). Pengantri lain banyak yang memelototi
para turis ini, sedangkan para turis mungkin hanya cuek dan menyadari hukum
alam tersebut. Dari security di sebelah gue, gue tahu kalau
mereka mau ke Surabaya. Hal yang sangat menggugah gue untuk 'komentar' adalah
budaya! Yeah, a culture. Mereka, dengan santainya, hanya
memakai pakaian yang sangat sederhana, bahkan masuk kategori belel atau terlalu
santai. Para perempuan memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan yang membuat
pakaian dalam mereka sedikit terlihat (bahkan salah satu memakai kaus
berlubang), sedangkan para lelaki pun memakai jenis yang sama, namun versi lelaki.
Mereka hanya menggunakan sendal jepit dan membawa satu ransel. Kebetulan saat
ini gue lagi membaca The Naked Traveler karangan Trinity, di salah satu bab
Trinity bercerita bahwa penyesuain pakaian sangat penting begitu kita tahu ke
mana kita akan traveling. Mungkin para bule itu paham bahwa mereka akan datang
ke negara tropis yang katanya udaranya hangat. Entah mengapa gue selalu kagum
pada gaya mereka berpakaian. Tidak seperti orang Indonesia yang kadang terlalu
ribet dalam berpikir tentang apa yang akan dipakai (namun terkadang tetap tidak
menarik dilihat), mereka terlihat sangat nyaman dan 'keren' dengan apa yang
mereka pakai. Apa karena mereka pede? Atau karena gue yang terlalu memandang
semua hal tentang mereka itu 'wah'? Hal yang pasti, dengan berpakaian
seperti itu mereka terlihat keren, namun bila orang Indonesia yang memakai di
tempat umum, justru akan dianggap aneh. Mereka, para bule, membuat gue berpikir
bahwa kenyamanan dan percaya diri atas apa yang dipakai akan menambah nilai
'bagus' di mata orang lain.
Selasa, 02 April 2013
Not (Just) about Love Words
Spending some funs without you is like a sequence of white dazzling tooth with a gap
Having a short essentials love talk with you is like a painful wound that already healed
Hope every questions can be understood by your worth explanation on my unimportant curiosity
May God always keep us to fight for an empathy, even the others not
(:
Langganan:
Postingan (Atom)